41 Orang Meninggal Dunia Akibat Siklon Tropis Cempaka
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, 41 warga menjadi korban dari siklon tropis Cempaka yang melanda sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu lalu. Siklon Cempaka sendiri telah menyebabkan banjir, longsor serta angin kencang di Jawa Tengah, Yogyakarta serta Jawa Timur bagian Selatan.
“Data sementara tercatat 41 orang meninggal dunia,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Sutopo mengatakan, daerah terparah dilanda Siklon Cempaka Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Pacitan. Namun Kabupaten Pacitan yang paling parah dengan korban meninggal mencapai 25 orang.
“Satu orang belum ditemukan, kemudian ribuan rumah mengalami kerusakan dan sampai saat ini penanganan darurat dilakukan,” tutur Sutopo.
Sutopo melanjutkan, di Pacitan sendiri pada 27 November intensitas hujan mencapai 383 milimeter perhari, dimana biasanya rata-rata dalam satu bulan intensitas yang jatuh pada waktu satu hari. Kondisi ini yang membuat daerah aliran sungai Grindulu yang melintasi Pacitan tidak mampu menampung aliran permukaan.
“Apalagi pada saat bersamaan laut yang ada di teluk Pacitan mengalami gelombang tinggi atau pasang, sehingga menyebabkan banjir dan longsor dibagian hulunya,” tambah Sutopo.
Data BNPB menyebut pengungsi mencapai 28.190 jiwa yang sampai saat ini masih berada di pengungsian. “Penanganan masih dilakukan,” tutup Sutopo.
“Data sementara tercatat 41 orang meninggal dunia,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Sutopo mengatakan, daerah terparah dilanda Siklon Cempaka Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Pacitan. Namun Kabupaten Pacitan yang paling parah dengan korban meninggal mencapai 25 orang.
“Satu orang belum ditemukan, kemudian ribuan rumah mengalami kerusakan dan sampai saat ini penanganan darurat dilakukan,” tutur Sutopo.
Sutopo melanjutkan, di Pacitan sendiri pada 27 November intensitas hujan mencapai 383 milimeter perhari, dimana biasanya rata-rata dalam satu bulan intensitas yang jatuh pada waktu satu hari. Kondisi ini yang membuat daerah aliran sungai Grindulu yang melintasi Pacitan tidak mampu menampung aliran permukaan.
“Apalagi pada saat bersamaan laut yang ada di teluk Pacitan mengalami gelombang tinggi atau pasang, sehingga menyebabkan banjir dan longsor dibagian hulunya,” tambah Sutopo.
Data BNPB menyebut pengungsi mencapai 28.190 jiwa yang sampai saat ini masih berada di pengungsian. “Penanganan masih dilakukan,” tutup Sutopo.
(kri)