Badai Berkekuatan Besar, Begini Proses Terbentuknya Siklon Tropis
A
A
A
JAKARTA - Siklon tropis menghantam sebagian wilayah Indonesia sejak Senin (27/11/2017). Badai ini telah menyebabkan longsor di sejumlah daerah hingga menewaskan belasan orang. Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km.
Kepala Bidang Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Djatmiko, mengatakan, seperti namanya, siklon tropis tumbuh di perairan sekitar daerah tropis, terutama yang memiliki suhu muka laut yang hangat. Jumlah siklon tropis yang tumbuh dibelahan bumi utara rata-rata 57.3 kejadian dalam satu tahun. Sedangkan dibelahan bumi Selatan, terjadi rata-rata 26.3 dalam setahun sesuai data tahun 1968-1989.
Siklon tropis dapat terbentuk dengan persyaratan suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter. Kemudian, kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan cumulonimbus. Awan-awan ini yang merupakan awan-awan guntur dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, sangat penting dalam perkembangan siklon tropis.
"Atmosfer yang relatif lembab berada di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon," jelas Hary saat dihubungi SINDOnews, Rabu (29/11/2017).
Syarat pembentukan siklon tropis berikutnya adalah berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari khatulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
"Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai gunturm," ucapnya.
Siklon tropis mempunyai daur hidup mulai dari proses pembentukannya hingga saat kepunahannya. Siklus hidup siklon tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pembentukan, tahap belum matang, tahap matang, dan tahap pelemahan.
Tahap pembentukan ditandai dengan adanya gangguan atmoster. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan cumulonimbus. Pusat sirkulasi seringkali belum terbentuk, namun kadangkala sudah nampak pada ujung sabuk perawanan yang membentuk spiral.
Selanjutnya tahap belum matang. Pada tahap ini wilayah konvektif kuat terbentuk lebih teratur membentuk sabuk perawanan melingkar (berbentuk spiral) atau membentuk wilayah yang bentuknya relatif bulat. Intensitasnya meningkat secara simultan ditandai dengan tekanan udara permukaan yang turun mencapai kurang dari 1000 mb.
Selain itu, kecepatan angin maksimum yang meningkat hingga mencapai gale force wind (kecepatan angin kurang dari 34 knot atau 63 km per jam). Angin dengan kecepatan maksimum terkonsentrasi pada cincin yang mengelilingi pusat sirkulasi. Pusat sirkulasi terpantau jelas dan mulai tampak terbentuknya mata siklon.
Kemudian tahap matang. Pada tahap ini bentuk siklon tropis cenderung stabil. Tekanan udara minimum di pusatnya dan angin maksimum di sekelilingnya yang tidak banyak mengalami fluktuasi berarti. Sirkulasi siklonik dan wilayah dengan gale force wind meluas, citra satelit cuaca menunjukkan kondisi perawanan teratur dan lebih simetris. Pada siklon tropis yang lebih kuat dapat jelas terlihat adanya mata siklon.
Fenomena ini ditandai dengan wilayah bersuhu paling hangat di tengah-tengah sistem perawanan dengan angin permukaan yang tenang dan dikelilingi oleh dinding perawanan konvektif tebal di sekelilingnya (dinding mata). Kecuali jika siklon tropis berada di wilayah yang sangat mendukung perkembangannya, tahap matang biasanya hanya bertahan selama kurang lebih 24 jam sebelum intensitasnya mulai melemah.
Terakhir, tahap pelemahan. Pada tahap punah, pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan udara meningkat dan wilayah dengan kecepatan angin maksimum meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon. Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika siklon tropis melintas di wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, seperti misalnya memasuki wilayah perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut yang dingin atau masuk ke daratan.
Dari citra satelit dapat terlihat jelas bahwa wilayah konvektif siklon tropis tersebut berkurang, dan sabuk perawanan perlahan menghilang. "Waktu rata-rata yang dibutuhkan sebuah siklon tropis dari mulai tumbuh hingga punah adalah sekitar tujuh hari, namun variasinya bisa mencapai 1 hingga 30 hari," pungkasnya.
Kepala Bidang Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Djatmiko, mengatakan, seperti namanya, siklon tropis tumbuh di perairan sekitar daerah tropis, terutama yang memiliki suhu muka laut yang hangat. Jumlah siklon tropis yang tumbuh dibelahan bumi utara rata-rata 57.3 kejadian dalam satu tahun. Sedangkan dibelahan bumi Selatan, terjadi rata-rata 26.3 dalam setahun sesuai data tahun 1968-1989.
Siklon tropis dapat terbentuk dengan persyaratan suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter. Kemudian, kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan cumulonimbus. Awan-awan ini yang merupakan awan-awan guntur dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, sangat penting dalam perkembangan siklon tropis.
"Atmosfer yang relatif lembab berada di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon," jelas Hary saat dihubungi SINDOnews, Rabu (29/11/2017).
Syarat pembentukan siklon tropis berikutnya adalah berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari khatulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
"Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai gunturm," ucapnya.
Siklon tropis mempunyai daur hidup mulai dari proses pembentukannya hingga saat kepunahannya. Siklus hidup siklon tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pembentukan, tahap belum matang, tahap matang, dan tahap pelemahan.
Tahap pembentukan ditandai dengan adanya gangguan atmoster. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan cumulonimbus. Pusat sirkulasi seringkali belum terbentuk, namun kadangkala sudah nampak pada ujung sabuk perawanan yang membentuk spiral.
Selanjutnya tahap belum matang. Pada tahap ini wilayah konvektif kuat terbentuk lebih teratur membentuk sabuk perawanan melingkar (berbentuk spiral) atau membentuk wilayah yang bentuknya relatif bulat. Intensitasnya meningkat secara simultan ditandai dengan tekanan udara permukaan yang turun mencapai kurang dari 1000 mb.
Selain itu, kecepatan angin maksimum yang meningkat hingga mencapai gale force wind (kecepatan angin kurang dari 34 knot atau 63 km per jam). Angin dengan kecepatan maksimum terkonsentrasi pada cincin yang mengelilingi pusat sirkulasi. Pusat sirkulasi terpantau jelas dan mulai tampak terbentuknya mata siklon.
Kemudian tahap matang. Pada tahap ini bentuk siklon tropis cenderung stabil. Tekanan udara minimum di pusatnya dan angin maksimum di sekelilingnya yang tidak banyak mengalami fluktuasi berarti. Sirkulasi siklonik dan wilayah dengan gale force wind meluas, citra satelit cuaca menunjukkan kondisi perawanan teratur dan lebih simetris. Pada siklon tropis yang lebih kuat dapat jelas terlihat adanya mata siklon.
Fenomena ini ditandai dengan wilayah bersuhu paling hangat di tengah-tengah sistem perawanan dengan angin permukaan yang tenang dan dikelilingi oleh dinding perawanan konvektif tebal di sekelilingnya (dinding mata). Kecuali jika siklon tropis berada di wilayah yang sangat mendukung perkembangannya, tahap matang biasanya hanya bertahan selama kurang lebih 24 jam sebelum intensitasnya mulai melemah.
Terakhir, tahap pelemahan. Pada tahap punah, pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan udara meningkat dan wilayah dengan kecepatan angin maksimum meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon. Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika siklon tropis melintas di wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, seperti misalnya memasuki wilayah perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut yang dingin atau masuk ke daratan.
Dari citra satelit dapat terlihat jelas bahwa wilayah konvektif siklon tropis tersebut berkurang, dan sabuk perawanan perlahan menghilang. "Waktu rata-rata yang dibutuhkan sebuah siklon tropis dari mulai tumbuh hingga punah adalah sekitar tujuh hari, namun variasinya bisa mencapai 1 hingga 30 hari," pungkasnya.
(thm)