Fadli Zon: Tantangan Bagi Persatuan Kita Hari Ini Adalah Masalah Ketimpangan

Sabtu, 28 Oktober 2017 - 09:29 WIB
Fadli Zon: Tantangan...
Fadli Zon: Tantangan Bagi Persatuan Kita Hari Ini Adalah Masalah Ketimpangan
A A A
JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyatakan, bahwa meskipun Sumpah Pemuda telah berhasil mempersatukan kita sebagai bangsa, namun persatuan itu masih perlu diteguhkan terus-menerus. Secara kebetulan, tema peringatan Sumpah Pemuda tahun ini adalah 'Berani Bersatu'.

Semua elemen bangsa, kata dia, harus menyadari jika persatuan butuh dirawat. "Dulu, tantangan untuk membangun persatuan adalah perbedaan suku, adat, agama dan bahasa. Namun, dengan visi dan kebesaran hati para pendahulu kita, mereka kemudian berhasil melampaui semua perbedaan tadi, sehingga akhirnya kita bisa dipersatukan menjadi sebuah bangsa,” kata dia dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan ke SINDOnews, Sabtu (18/10/2017)

Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra ini, kini tantangan merawat persatuan telah berubah. Tantangan terkait persatuan pada hari ini adalah ketidakadilan dan ketimpangan. "Setiap kali kita membiarkan terjadinya ketidakadilan, baik politik, hukum, ataupun ekonomi, maka kita sebenarnya sedang melonggarkan ikatan persatuan. Menurut studi Amy Chua, sebuah sistem yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat memang akan melahirkan konflik dan instabilitas,” timpalnya.

Jadi, lanjut dia, kalau dulu problem persatuan lebih bersifat kultural, maka kini problemnya menjadi bersifat struktural. Itu sebabnya harus memperhatikan isu keadilan dan kesetaraan secara serius, karena pertaruhannya bisa sangat mahal.

Fadli Zon menegaskan, masalah ketimpangan, misalnya, bukan hanya semata masalah ekonomi, namun bisa mendatangkan masalah bagi persatuan. "Kita sudah sering melihat dari pengalaman masa lalu, bahwa setiap kali jurang ketimpangan ekonomi menganga, maka pada saat itu juga kohesi sosial kita melemah,” ujarnya.

Masalahnya, kata Politisi Partai Gerindra ini, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, berbagai data menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi sebenarnya hanya menguntungkan 20% warga terkaya saja. Dimana 80% sisanya, yang mencakup sekitar 205 juta penduduk, tetap tertinggal di belakang. Pertumbuhan pendapatan 10% orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih cepat ketimbang pertumbuhan 40% warga termiskin.

“Itu sebabnya, dalam rentang 2013 hingga 2015 yang lalu, angka koefisien gini kita mencapai 0,41, sebuah rekor ketimpangan tertinggi sepanjang sejarah. Tahun ini, angka koefisien gini kita memang turun ke angka 0,39, tapi karena kelas menengah menurun income dan konsumsinya. Itu bukan realitas yang bagus,” ungkap Fadli Zon.

Sehingga, urai dia, bagi pemerintah tema peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya bukanlah ‘Berani Bersatu’, tapi ‘berani adil’ dan ‘berani mengatasi ketimpangan’.

"Satu lagi, perbedaan suku, agama, ras dan lainnya selalu menjadi kekuatan di tangan pemimpin yang kuat dan adil. Tapi hal itu bisa jadi ancaman di tangan pemimpin yang lemah dan tak adil," tandas Fadli Zon.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9022 seconds (0.1#10.140)