Ketum PBNU: Santri Adalah Bandul Islam Moderat Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober kemarin diperingati antusias oleh ribuan santri di seluruh pelosok Tanah Air. Momentum tersebut diharapkan meneguhkan kembali gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan.
Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di hadapan ribuan santri dalam pidato peringatan Hari Santri di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (22/10/2017). Adapun dari unsur pemerintah yang hadir antara lain Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan perwakilan jajaran TNI/Polri.
"Spirit nasionalisme bagian dari iman perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundamentalisme agama yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme. Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air," kata Said.
Said mengungkapkan, mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air. Karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan. Kiai Said dalam kesempatan pidatonya juga menyampaikan bahwa Keputusan Presiden Republik Indonesia No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri tanggal 22 Oktober 2015 yang bertepatan dengan tanggal 9 Muharam 1437 Hijriah merupakan bukti pengakuan negara atas jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.
Menurut dia, pengakuan terhadap kiprah ulama dan santri tidak lepas dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan Rais Akbar NU KH Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945. "Tanpa Resolusi Jihad NU dan pidato KH Hasyim Asyari, tidak akan pernah ada peristiwa 10 November di Surabaya yang kelak diperingati sebagai Hari Pahlawan," ungkap Kiai Said.
Lebih lanjut, Said mengungkapkan kiprah santri teruji dalam mengokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika, mulai sebelum kemerdekaan hingga saat merebut kemerdekaan dan mempertahankannya, serta menjaga ideologi bangsa dari ancaman komunisme serta radikalisme yang dipelopori DI/TII kala itu.
"Selepas reformasi, kaum santri menjadi bandul kekuatan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari khitah 1945 bahwa NKRI adalah negara-bangsa, bukan negara agama, bukan negara suku, yang mengakui seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama," tuturnya.
Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan, Hari Santri ini merupakan janji kampanye Presiden Jokowi yang sudah terealisasi. Dengan telah ditetapkannya Hari Santri, Presiden ingin mengajak dan mengingatkan bahwa para santri ini mulai sebelum kemerdekaan sampai sekarang begitu besar perannya. Tjahjo mengatakan Hari Santri bisa dijadikan benteng Pancasila, benteng ideologi bangsa yang harus dipertahankan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sependapat dengan imbauan Kiai Said agar para santri mulai memanfaatkan internet, khususnya media sosial, untuk menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin atau menjadi rahmat untuk semesta alam. Bukan malah digunakan untuk menyebar fitnah dan berita bohong.
Di Semarang sekitar 60.000 santri menggelar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 dengan serangkaian kegiatan. Kegiatan diawali dengan tahlil kebangsaan dan tabur bunga yang diikuti sejumlah ulama dan para santri dari berbagai pondok pesantren dan sekolah se-Kota Semarang dan sekitarnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal, Semarang, Minggu (22/10/2017).
Ketua Tanfidziyah PCNU Semarang KH Anasom menjelaskan, kegiatan merayakan Hari Santri Nasional di Kota Semarang diawali dengan tahlil kebangsaan yang dipimpin Habib Umar Muthohar dan dihadiri seluruh ulama, umara, dan masyarakat Semarang.
Di Malang Raya ribuan santri berdoa dan bersalawat bersama di Lapangan Tumapel, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Minggu (22/10/2017). Ketua Panitia HSN Malang Gus Thoriq bin Ziyyad mengungkapkan bahwa peringatan HSN menjadi momentumpentingbagi kalangansantri untuk selalu setia kepada NKRI.
Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di hadapan ribuan santri dalam pidato peringatan Hari Santri di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (22/10/2017). Adapun dari unsur pemerintah yang hadir antara lain Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan perwakilan jajaran TNI/Polri.
"Spirit nasionalisme bagian dari iman perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundamentalisme agama yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme. Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air," kata Said.
Said mengungkapkan, mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air. Karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan. Kiai Said dalam kesempatan pidatonya juga menyampaikan bahwa Keputusan Presiden Republik Indonesia No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri tanggal 22 Oktober 2015 yang bertepatan dengan tanggal 9 Muharam 1437 Hijriah merupakan bukti pengakuan negara atas jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.
Menurut dia, pengakuan terhadap kiprah ulama dan santri tidak lepas dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan Rais Akbar NU KH Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945. "Tanpa Resolusi Jihad NU dan pidato KH Hasyim Asyari, tidak akan pernah ada peristiwa 10 November di Surabaya yang kelak diperingati sebagai Hari Pahlawan," ungkap Kiai Said.
Lebih lanjut, Said mengungkapkan kiprah santri teruji dalam mengokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika, mulai sebelum kemerdekaan hingga saat merebut kemerdekaan dan mempertahankannya, serta menjaga ideologi bangsa dari ancaman komunisme serta radikalisme yang dipelopori DI/TII kala itu.
"Selepas reformasi, kaum santri menjadi bandul kekuatan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari khitah 1945 bahwa NKRI adalah negara-bangsa, bukan negara agama, bukan negara suku, yang mengakui seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama," tuturnya.
Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan, Hari Santri ini merupakan janji kampanye Presiden Jokowi yang sudah terealisasi. Dengan telah ditetapkannya Hari Santri, Presiden ingin mengajak dan mengingatkan bahwa para santri ini mulai sebelum kemerdekaan sampai sekarang begitu besar perannya. Tjahjo mengatakan Hari Santri bisa dijadikan benteng Pancasila, benteng ideologi bangsa yang harus dipertahankan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sependapat dengan imbauan Kiai Said agar para santri mulai memanfaatkan internet, khususnya media sosial, untuk menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin atau menjadi rahmat untuk semesta alam. Bukan malah digunakan untuk menyebar fitnah dan berita bohong.
Di Semarang sekitar 60.000 santri menggelar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 dengan serangkaian kegiatan. Kegiatan diawali dengan tahlil kebangsaan dan tabur bunga yang diikuti sejumlah ulama dan para santri dari berbagai pondok pesantren dan sekolah se-Kota Semarang dan sekitarnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal, Semarang, Minggu (22/10/2017).
Ketua Tanfidziyah PCNU Semarang KH Anasom menjelaskan, kegiatan merayakan Hari Santri Nasional di Kota Semarang diawali dengan tahlil kebangsaan yang dipimpin Habib Umar Muthohar dan dihadiri seluruh ulama, umara, dan masyarakat Semarang.
Di Malang Raya ribuan santri berdoa dan bersalawat bersama di Lapangan Tumapel, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Minggu (22/10/2017). Ketua Panitia HSN Malang Gus Thoriq bin Ziyyad mengungkapkan bahwa peringatan HSN menjadi momentumpentingbagi kalangansantri untuk selalu setia kepada NKRI.
(amm)