Kampus Harus Terbebas dari Paham Radikal

Kamis, 19 Oktober 2017 - 21:34 WIB
Kampus Harus Terbebas dari Paham Radikal
Kampus Harus Terbebas dari Paham Radikal
A A A
JAKARTA - Maraknya paham radikal tidak boleh dianggap remeh, termasuk oleh kalangan perguruan tinggi. Apalagi, kampus sekarang ini bisa dikatakan sebagai salah satu sasaran radikalisme dan terorisme.

Oleh karena itu perlu upaya agar paham radikal tidak masuk ke lingkungan universitas. Tidak hanya itu, kampus pun kini terus berbenah untuk membersihkan bibit-bibit paham radikal.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Prof Dr Dede Rosyada, MA mengatakan, kampus merupakan tempat kaum intelektual dan calon intelektual.

Untuk itu, kata dia, kampus harus dapat mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme.

Menurut dia, ada beberapa cara agar lingkungan kampus terbebas dari paham radikalisme. “Untuk mencegah radikalisme di lingkungan kampus, pertama tentumya yakni pekuliahan. Di mana dalam perkuliahan ini yaitu perkuliahan yang sesuai kalender akademik atau program studi yang telah ditentukan sesuai yang apa menjadi pilihan mahasiswa itu sendiri dan juga pendidikan yang di luar program studi seperti kegiatan kemahasiswaan,” tutur Dede di Jakarta, Kamis (19/10/2017)

Kedua, memperkuat mata kuliah tertentu seperti penguatan tafsir, penguatan ideologi negara itu sendiri dan mata kuliah tertentu lainnya.

“Nanti di mata kuliah itu kita antisipasi dalam pokok-pokok bahasannya. Selain itu, mahasiswa yang berkuliah di kampus tersebut tidak hanya diberikan teori, namun juga dibekali dengan praktik di lapangan,” ujarnya.

Ketiga, ketiga dalam mencegah masuknya paham radikal di kampus perlu dilihat tenaga pendidik atau dosen.

Apabila dosen yang masuk itu berlatar belakang pendidikan atau berpandangan ektrem ataupun berideologi radikal tentunya harus ditolak.

“Rekruitmen dosen di fakultas agama maupun umum, dan tenaga kependidikan lainnya benar-benar diseleksi dengan ketat terkait paham dan komitmennya terhadap nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Di sinilah peran kampus dalam melakukan seleksi terhadap dosen sangat besar agar kampus itu terbebas dari benih-benih radikal,” ujarnya

Menurut dia, setiap tenaga pengajar di perguruan tinggi juga harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, baik itu dalam aktivitas belajar mengajar maupun dalam setiap kegiatan kemahasiswaan.

“Komitmen ini penting untuk dilakukan, mengingat penyusupan paham radikalisme, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Kelompok radikal yang telah menyusup di dalam kampus, umumnya menyasar mahasiswa yang baru masuk,” ujar pria yang mengambil gelar Doktor dari McGill University, Kanada ini.

Selain itu, katanya, hal lain yang bisa dilakukan adalah menjadikan moderasi Islam sebagai gerakan segenap sivitas akademika di lingkungan kampus.

“Kami di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mempunyai modal cukup untuk ini. Sebab diskursus pemikiran keislaman berkembang baik sehingga tinggal didorong agar moderasi bisa menjadi gerakan bersama,” ujarnya.

Selanjutnya, sambung dia, memperkuat wawasan kebangsaan mahasiswa dan sivitas akademika kampus. Selain sesi-sesi perkuliahan, upaya ini bisa dikemas dalam ragam aktivitas positif yang dapat mencegah secara dini berkembangnya paham ekstrem yang tidak sesuai dengan nilai moderasi Islam serta Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Ini harus diikuti dengan penguatan semangat kebangsaan dan moderasi Islam, bukan justru sebaliknya,” ujarnya.

Dia menambahkan, kampus juga harus ikut serta mengawasi segalam macam bentuk kegiatan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di dalam kampus.

Dia mengatakan, komitmen UIN Jakarta dalam memerangi radikalisme dan terorisme sangat kuat. Bahkan, kata dia, UIN Jakarta juga sudah meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2015 silam untuk mengurus kerjasama terkait penelitian, advokasi, dan pelatihan tentang terorisme dan radikalisme.

“Indonesia tidak bisa menanggulangi berkembangnya radikalisme agama dan terorisme tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya," ujar pria kelahiran Ciamis ini.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6851 seconds (0.1#10.140)