Enam Penerjun Kopassus Dapat Sertifikat Muri
A
A
A
JAKARTA - Enam Penerjun Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang membawa anjing penyerang dalam demonstrasi terjun bebas militer (free fall) saat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 TNI 5, Oktober di Pelabuhan Dermaga Indah Kiat Merak Cilegon Banten menerima sertifikat piagam penghargaan dari Ketua Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) Jaya Suprana.
Piagam Penghargaan yang sama juga diterima dari Ketua Persatuan Olahraga Dirgantara Terjun Payung (Pordirga) Bapak Nisfu Chasbullah, didampingi oleh Sekjen Pordirga Effendi Soen.
Pemberian penghargaan tersebut dilaksanakan di Lapangan Makopassus Cijantung, Jawa Timur, Sabtu 14 Oktober 2017.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni memberikan apresiasi secara khusus atas keberhasilan dan kesuksesan prajuritnya melaksanakan pemecahan Rekor Muri ini.
Pelaksanaan pemecahan Rekor Muri tersebut telah diverifikasi saat gladi resik HUT ke-72 TNI dan disaksikan langsung oleh Ketua Muri Jaya Suprana dan perwakilan Muri Triyono selaku Manajer Operasional Muri.
Bahkan sebelum pemberian piagam penghargaan dilakukan, Jaya Suprana, Direktur Utama Muri Alyawati Sarwono, Ketua Pordirga Nisfu Chasbullah dan Sekjen Pordirga Efendi Soen diberikan kesempatan menyaksikan langsung demonstrasi para penerjun free fall beserta satwa/anjing penyerang dari ketinggian 8.000 feet/kaki, yang mendarat sempurna di lapangan upacara Makopassus Cijantung.
Pelaksanaan terjun bebas militer (free fall) dengan membawa anjing penyerang sangat berisiko dan memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Terjun tandem seperti ini biasanya dilakukan peterjun dengan membawa manusia dalam satu payung. Teknik terjun payung tandem membawa anjing jauh lebih sukar dibandingkan dengan membawa manusia, karena penerjun harus memiliki ikatan bathin dan emotional (bounding) dengan sanjing yang dibawa untuk terjun.
Jika manusia bisa diatur maka anjing tidak bisa diatur seperti layaknya manusia. Selain itu, terjun bebas militer (free fall) sangat jauh berbeda dengan terjun statik dan teknik pendaratan para peterjun pun memiliki kerawanan tersendiri ketika melakukan pendaratan.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni menyampaikan untuk mengukir Rekor Muri, terjun tandem satwa K-9 tidak mudah karena harus memenuhi persyaratan, yaitu berkualifikasi pawang satwa anjing K-9 dan peterjun tandem master dengan catatan minimal 500 kali jam terbang serta jenis satwa K-9 yang dibawa juga merupakan anjing penyerang yang harus dalam kondisi prima sehingga berdaya serang maksimal pada saat melaksanakan aksi serangan.
"Kegiatan ini sebelumnya diawali dengan uji coba penerjunan individu pada Latihan Tribuana Cakti XXI Kopassus TA. 2017 beberapa bulan lalu di Merauke pada materi terjun taktis Blind Jump Free Fall malam hari dengan kondisi gelap gulita," tutur Danjen.
Untuk menjawab tuntutan tugas ke depan, kegiatan seperti ini perlu ditingkatkan kembali dihadapkan dengan spektrum ancaman dan kerawanan-kerawanan di daerah tugas operasi.
Menurut Madsuni, para penerjun harus mampu menguasai dan menjinakkan satwanya, baik sebelum, selama dan sesudah penerjunan, dilanjutkan dengan serangan aksi di sasaran.
Hal tersebut, kata dia, menjadi tantangan yang tidak mudah bagi prajurit Kopassus yang telah melewati proses latihan yang keras efektif dan efisien serta berhasil guna mendukung kegiatan infiltrasi, baik siang maupun malam hari.
Piagam Penghargaan yang sama juga diterima dari Ketua Persatuan Olahraga Dirgantara Terjun Payung (Pordirga) Bapak Nisfu Chasbullah, didampingi oleh Sekjen Pordirga Effendi Soen.
Pemberian penghargaan tersebut dilaksanakan di Lapangan Makopassus Cijantung, Jawa Timur, Sabtu 14 Oktober 2017.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni memberikan apresiasi secara khusus atas keberhasilan dan kesuksesan prajuritnya melaksanakan pemecahan Rekor Muri ini.
Pelaksanaan pemecahan Rekor Muri tersebut telah diverifikasi saat gladi resik HUT ke-72 TNI dan disaksikan langsung oleh Ketua Muri Jaya Suprana dan perwakilan Muri Triyono selaku Manajer Operasional Muri.
Bahkan sebelum pemberian piagam penghargaan dilakukan, Jaya Suprana, Direktur Utama Muri Alyawati Sarwono, Ketua Pordirga Nisfu Chasbullah dan Sekjen Pordirga Efendi Soen diberikan kesempatan menyaksikan langsung demonstrasi para penerjun free fall beserta satwa/anjing penyerang dari ketinggian 8.000 feet/kaki, yang mendarat sempurna di lapangan upacara Makopassus Cijantung.
Pelaksanaan terjun bebas militer (free fall) dengan membawa anjing penyerang sangat berisiko dan memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Terjun tandem seperti ini biasanya dilakukan peterjun dengan membawa manusia dalam satu payung. Teknik terjun payung tandem membawa anjing jauh lebih sukar dibandingkan dengan membawa manusia, karena penerjun harus memiliki ikatan bathin dan emotional (bounding) dengan sanjing yang dibawa untuk terjun.
Jika manusia bisa diatur maka anjing tidak bisa diatur seperti layaknya manusia. Selain itu, terjun bebas militer (free fall) sangat jauh berbeda dengan terjun statik dan teknik pendaratan para peterjun pun memiliki kerawanan tersendiri ketika melakukan pendaratan.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni menyampaikan untuk mengukir Rekor Muri, terjun tandem satwa K-9 tidak mudah karena harus memenuhi persyaratan, yaitu berkualifikasi pawang satwa anjing K-9 dan peterjun tandem master dengan catatan minimal 500 kali jam terbang serta jenis satwa K-9 yang dibawa juga merupakan anjing penyerang yang harus dalam kondisi prima sehingga berdaya serang maksimal pada saat melaksanakan aksi serangan.
"Kegiatan ini sebelumnya diawali dengan uji coba penerjunan individu pada Latihan Tribuana Cakti XXI Kopassus TA. 2017 beberapa bulan lalu di Merauke pada materi terjun taktis Blind Jump Free Fall malam hari dengan kondisi gelap gulita," tutur Danjen.
Untuk menjawab tuntutan tugas ke depan, kegiatan seperti ini perlu ditingkatkan kembali dihadapkan dengan spektrum ancaman dan kerawanan-kerawanan di daerah tugas operasi.
Menurut Madsuni, para penerjun harus mampu menguasai dan menjinakkan satwanya, baik sebelum, selama dan sesudah penerjunan, dilanjutkan dengan serangan aksi di sasaran.
Hal tersebut, kata dia, menjadi tantangan yang tidak mudah bagi prajurit Kopassus yang telah melewati proses latihan yang keras efektif dan efisien serta berhasil guna mendukung kegiatan infiltrasi, baik siang maupun malam hari.
(dam)