TKHI Diminta Sosialisasikan Imbauan Antisipasi Cuaca di Madinah
A
A
A
MADINAH - Cuaca di Kota Madinah menjadi hal yang harus diantisipasi jamaah haji gelombang kedua yang mulai berdatangan hari ini dari Kota Mekkah. Jamaah diharapkan tidak menganggap remeh cuaca di Madinah lantaran kondisinya yang berbeda dengan Mekkah.
Karena itu, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) diimbau melakukan tindakan antisipasi dan pengendalian faktor risiko jamaah haji gelombang kedua. “Khususnya mengantisipasi pengaruh cuaca, faktor kelelahan jamaah, serta faktor risiko penyakit yang sudah diderita,” ujar dr Edi Supriyatna, Kasi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, baru-baru ini.
Jamaah harus diberi pemahaman bahwa makan dan minum adalah suatu keharusan. Ditekankan makan itu untuk sehat, bukan untuk kenyang. “Jadi jika tidak makan akan tidak sehat, makan dan minum sebelum beraktivitas. Lalu pastikan kepada jamaah haji harus membawa air minum, semprot air, pakai masker, menggunakan payung saat keluar dari kamarnya,” paparnya.
TKHI diharapkan, meminta bantuan kepada ketua regu (karu) dan ketua rombongan (karom) agar mereka juga ikut membantu mengawasi jamaah agar melaksanakan imbauan tersebut. “Pastikan bagi jamaah risiko tinggi (risti) yang letak pondokannya agak jauh dari Masjid Nabawi terutama di Sektor 1 dan Sektor 4, telah didampingi oleh kepala regu dan rombongannya baik pergi ke masjid maupun pulangnya,” harapnya.
Dia juga meminta karu-karom agar memastikan jamaah haji datang lebih awal datang ke Masjid Nabawi, terutama waktu salat zuhur, ashar serta waktu jumatan. “Ini dilakukan agar jamaah haji tidak mendapat tempat di luar area masjid, bayangkan di bawah payung saja akan berisiko terpapar panas,” imbuh Edi.
TKHI juga wajib berkolaborasi dengan tim kloter, karu serta karom agar secara ketat bisa mengawasi jamaah dan persediaan obat-obatannya. Mereka juga dilarang meninggalkan jamaahnya sendirian di dalam kamar.
Lebih lanjut dikatakan, TKHI dituntut berkoordinasi dengan ketua kloternya untuk meminta kamar khusus untuk melayani jamaah haji. Supaya mereka dapat memberikan pelayanan maksimal. Wajib melakukan pemetaan terhadap jamaah risti sehingga dapat diketahui betul jamaahnya ada di lantai berapa kamarnya.
“Sehingga jika terjadi kondisi darurat dapat segera memberikan bantuan,” pungkasnya.
Karena itu, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) diimbau melakukan tindakan antisipasi dan pengendalian faktor risiko jamaah haji gelombang kedua. “Khususnya mengantisipasi pengaruh cuaca, faktor kelelahan jamaah, serta faktor risiko penyakit yang sudah diderita,” ujar dr Edi Supriyatna, Kasi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, baru-baru ini.
Jamaah harus diberi pemahaman bahwa makan dan minum adalah suatu keharusan. Ditekankan makan itu untuk sehat, bukan untuk kenyang. “Jadi jika tidak makan akan tidak sehat, makan dan minum sebelum beraktivitas. Lalu pastikan kepada jamaah haji harus membawa air minum, semprot air, pakai masker, menggunakan payung saat keluar dari kamarnya,” paparnya.
TKHI diharapkan, meminta bantuan kepada ketua regu (karu) dan ketua rombongan (karom) agar mereka juga ikut membantu mengawasi jamaah agar melaksanakan imbauan tersebut. “Pastikan bagi jamaah risiko tinggi (risti) yang letak pondokannya agak jauh dari Masjid Nabawi terutama di Sektor 1 dan Sektor 4, telah didampingi oleh kepala regu dan rombongannya baik pergi ke masjid maupun pulangnya,” harapnya.
Dia juga meminta karu-karom agar memastikan jamaah haji datang lebih awal datang ke Masjid Nabawi, terutama waktu salat zuhur, ashar serta waktu jumatan. “Ini dilakukan agar jamaah haji tidak mendapat tempat di luar area masjid, bayangkan di bawah payung saja akan berisiko terpapar panas,” imbuh Edi.
TKHI juga wajib berkolaborasi dengan tim kloter, karu serta karom agar secara ketat bisa mengawasi jamaah dan persediaan obat-obatannya. Mereka juga dilarang meninggalkan jamaahnya sendirian di dalam kamar.
Lebih lanjut dikatakan, TKHI dituntut berkoordinasi dengan ketua kloternya untuk meminta kamar khusus untuk melayani jamaah haji. Supaya mereka dapat memberikan pelayanan maksimal. Wajib melakukan pemetaan terhadap jamaah risti sehingga dapat diketahui betul jamaahnya ada di lantai berapa kamarnya.
“Sehingga jika terjadi kondisi darurat dapat segera memberikan bantuan,” pungkasnya.
(kri)