Nenek 85 Tahun Ini Bikin Menteri Agama Terpukau
A
A
A
JAKARTA - Setelah selesai memastikan pelayanan jamaah gelombang kedua di Daker Madinah siap, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin dan rombongan Amirulhaj langsung bergerak ke Jeddah, Sabtu 9 September 2017.
Di wilayah kerja Daker Bandara, Lukman Hakim Saifuddin memeriksa langsung proses kepulangan jamaah Indonesia di bandara.
Pada kesempatan tersebut, Menag sempat bertemu dengan Siraj, jamaah haji perempuan berusia 85 tahun. Bagi sang menteri, pertemuan itu pun dianggap momentum yang berkesan.
Menag berbincang dengan jamaah Kelompok Terbang (Kloter) 10 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 10) yang sudah dua jam di bandara menunggu pemeriksaan dokumen imigrasi.
Dia juga menyapa jamaah Kloter 4 Embarkasi Makassar (UPG 04) yang mulai memasuki pintu keberangkatan. “Alhamdulillah mereka bersyukur dan senang bisa berhaji. Segala sesuatunya sesuai harapan. Bahkan saya menemui jamaah berusia 85 dalam kondisi fit,” kata Menag di Bandara King Abdul Aziz International Airport Jeddah.
Lukman Hakim Saifuddin menceritakan, nenek asal Karawang, Jabar itu melakukan tahapan ibadah haji sendiri. Tawaf, sai, hingga lempar jumrah tidak dibadalkan atau diwakilkan. Semua dilakukan sendiri.
Prosesi puncak haji, mulai wukuf di Padang Arafah, mabit (singgah atau bermalam) di Muzdalifah, mabit di Mina, lempar jumrah, tawaf serta sai memakan waktu 4–5 hari.
Untuk prosesi lempar jumrah dan tawaf, jamaah harus berjalan kaki dengan kepadatan luar biasa. Hal ini membutuhkan kekuatan fisik yang prima. “Alhamdulilah kondisinya sangat baik,” kata Menag mengomentari jamaah lansia tersebut.
Selain memantau kepulangan, Menag dan rombongan juga mengecek dapur bagi jamaah yang hendak pulang ke Tanah Air. Sebagaimana ketentuan, jamaah dari Mekkah yang bergeser ke Jeddah harus menunggu beberapa jam di bandara untuk pengecekan dokumen.
Di tengah proses itu, jamaah mendapatkan makanan. “Makanan terdiri atas nasi, sayur, daging sapi, ayam,” ujar Lukman Hakim Saifuddin.
Menag mengapresiasi kinerja petugas haji. Menurut dia, berharap petugas sabar karena kadang ada jamaah ingin dilayani. “Dalam kondisi lelah, mungkin ada cara, tindakan, atau perilaku jamaah yang tidak sebagaimana mestinya. Dicaci, dimarahi, itu bagian dari pekerjaan kita melayani tamu Allah,” ujarnya.
Lukman Hakim Saifuddin sendiri sudah hampir tiga pekan di Tanah Suci. Dia dan rombongan akan bertolak ke Tanah Air, Senin 11 September 2017 dini hari.
Di wilayah kerja Daker Bandara, Lukman Hakim Saifuddin memeriksa langsung proses kepulangan jamaah Indonesia di bandara.
Pada kesempatan tersebut, Menag sempat bertemu dengan Siraj, jamaah haji perempuan berusia 85 tahun. Bagi sang menteri, pertemuan itu pun dianggap momentum yang berkesan.
Menag berbincang dengan jamaah Kelompok Terbang (Kloter) 10 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 10) yang sudah dua jam di bandara menunggu pemeriksaan dokumen imigrasi.
Dia juga menyapa jamaah Kloter 4 Embarkasi Makassar (UPG 04) yang mulai memasuki pintu keberangkatan. “Alhamdulillah mereka bersyukur dan senang bisa berhaji. Segala sesuatunya sesuai harapan. Bahkan saya menemui jamaah berusia 85 dalam kondisi fit,” kata Menag di Bandara King Abdul Aziz International Airport Jeddah.
Lukman Hakim Saifuddin menceritakan, nenek asal Karawang, Jabar itu melakukan tahapan ibadah haji sendiri. Tawaf, sai, hingga lempar jumrah tidak dibadalkan atau diwakilkan. Semua dilakukan sendiri.
Prosesi puncak haji, mulai wukuf di Padang Arafah, mabit (singgah atau bermalam) di Muzdalifah, mabit di Mina, lempar jumrah, tawaf serta sai memakan waktu 4–5 hari.
Untuk prosesi lempar jumrah dan tawaf, jamaah harus berjalan kaki dengan kepadatan luar biasa. Hal ini membutuhkan kekuatan fisik yang prima. “Alhamdulilah kondisinya sangat baik,” kata Menag mengomentari jamaah lansia tersebut.
Selain memantau kepulangan, Menag dan rombongan juga mengecek dapur bagi jamaah yang hendak pulang ke Tanah Air. Sebagaimana ketentuan, jamaah dari Mekkah yang bergeser ke Jeddah harus menunggu beberapa jam di bandara untuk pengecekan dokumen.
Di tengah proses itu, jamaah mendapatkan makanan. “Makanan terdiri atas nasi, sayur, daging sapi, ayam,” ujar Lukman Hakim Saifuddin.
Menag mengapresiasi kinerja petugas haji. Menurut dia, berharap petugas sabar karena kadang ada jamaah ingin dilayani. “Dalam kondisi lelah, mungkin ada cara, tindakan, atau perilaku jamaah yang tidak sebagaimana mestinya. Dicaci, dimarahi, itu bagian dari pekerjaan kita melayani tamu Allah,” ujarnya.
Lukman Hakim Saifuddin sendiri sudah hampir tiga pekan di Tanah Suci. Dia dan rombongan akan bertolak ke Tanah Air, Senin 11 September 2017 dini hari.
(dam)