Indonesia Harus Jadi Garda Terdepan Membela Muslim Rohingya
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengutuk tindakan brutal pemerintah melalui militer Myanmar yang melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap Etnis Muslim Rohingya di negara tersebut.
Menurut Ujang, sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia mestinya menjadi negara yang berdiri di garda terdepan membela etnis Muslim rohingya.
“Etnis Rohingya itu adalah umat Islam juga, jadi Indonesia sebagai negara yang penduduk Muslim paling besar di dunia harus terdepan membela hak-hak mereka,” kata Ujang kepada SINDOnews, Minggu (3/9/2017).
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mesti turun langsung dan berperan dalam mengatasi pembantaian warga muslim di Rakhine Myanmar itu. “Ini saatnya Presiden peduli terhadap nasib umat Islam yang tertindas, teraniaya, dan terbunuh di Myanmar,” kata Ujang.
Ujang pun meminta, PBB untuk mengusulkan pencabutan nobel perdamaian dunia yang diterima Aung San suu kyi yang saat ini menjabat sebagai penasehat negara Myanmar. Jika berhasil, kata Ujang, maka Jokowi akan mendapat simpati umat Islam Indonesia dan dunia
“Setidaknya akan mengobati kekecewaan umat Islam terhadap Jokowi. Termasuk Pilpres 2019 mendatang,” tegas Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar (UAI) ini.
Pria yang juga Dosen Hubungan Internasional di UAI ini menambahkan, peran konkrit yang bisa dilakukan oleh Jokowi Selaku Presiden Republik Indonesia adalah melakukan negosiasi dengan pemerintah Myanmar dan meminta mereka untuk menghentikan genocida pada Etnis Muslim Rohingya.
“Juga berbicara di forum internasional, dan Indonesia harus bersedia menerima pengungsi Rohingya,” ujarnya.
Menurut Ujang, sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia mestinya menjadi negara yang berdiri di garda terdepan membela etnis Muslim rohingya.
“Etnis Rohingya itu adalah umat Islam juga, jadi Indonesia sebagai negara yang penduduk Muslim paling besar di dunia harus terdepan membela hak-hak mereka,” kata Ujang kepada SINDOnews, Minggu (3/9/2017).
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mesti turun langsung dan berperan dalam mengatasi pembantaian warga muslim di Rakhine Myanmar itu. “Ini saatnya Presiden peduli terhadap nasib umat Islam yang tertindas, teraniaya, dan terbunuh di Myanmar,” kata Ujang.
Ujang pun meminta, PBB untuk mengusulkan pencabutan nobel perdamaian dunia yang diterima Aung San suu kyi yang saat ini menjabat sebagai penasehat negara Myanmar. Jika berhasil, kata Ujang, maka Jokowi akan mendapat simpati umat Islam Indonesia dan dunia
“Setidaknya akan mengobati kekecewaan umat Islam terhadap Jokowi. Termasuk Pilpres 2019 mendatang,” tegas Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar (UAI) ini.
Pria yang juga Dosen Hubungan Internasional di UAI ini menambahkan, peran konkrit yang bisa dilakukan oleh Jokowi Selaku Presiden Republik Indonesia adalah melakukan negosiasi dengan pemerintah Myanmar dan meminta mereka untuk menghentikan genocida pada Etnis Muslim Rohingya.
“Juga berbicara di forum internasional, dan Indonesia harus bersedia menerima pengungsi Rohingya,” ujarnya.
(pur)