Di Tengah Kemajemukan, Spirit Keagamaan dan Kebangsaan Harus Jalan Seiring
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menjadi khatib salat Idul Adha 1438 Hijriyah. Dalam khutbahnya, Kamaruddin menyerukan umat Islam untuk bersatu bersama-sama mewujudkan cita-cita agama dan bangsa.
Kamaruddin mengatakan, dalam konteks Indonesia yang majemuk, agama seyogyanya tidak hanya menjadi ruh yang mengalirkan energi religiusitas yang positif dalam aktivitas umat. Agama juga harus menjadi perekat sosial, menjadi pemacu persatuan dan kesatuan bangsa.
"Refleksi keagamaan dan refleksi kebangsaan harus bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama," ujar Kamaruddin saat menyampaikan khutbah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (1/9/2017).
Dia menuturkan, semangat berkurban adalah tuntunan agama yang harus dikontekstualisasi dan direvitalisasi agar dapat berkontribusi mewujudkan cita-cita bangsa dan agama.
Dalam konteks kemajemukan Indonesia, kata Kamaruddin, pemahaman dan refleksi keagamaan harus dibungkus dalam konteks kebangsaan yang majemuk ini. Beragama tanpa berbangsa tidak hanya ahistoris, tetapi juga bertentangan dengan agama dan tujuan beragama itu sendiri.
"Tujuan beragama adalah menciptakan kemaslahatan manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Hanya dengan berbangsa dan bernegara amanah tersebut dapat diwujudkan," kata Kamaruddin.
Kamaruddin mengatakan, dalam konteks Indonesia yang majemuk, agama seyogyanya tidak hanya menjadi ruh yang mengalirkan energi religiusitas yang positif dalam aktivitas umat. Agama juga harus menjadi perekat sosial, menjadi pemacu persatuan dan kesatuan bangsa.
"Refleksi keagamaan dan refleksi kebangsaan harus bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama," ujar Kamaruddin saat menyampaikan khutbah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (1/9/2017).
Dia menuturkan, semangat berkurban adalah tuntunan agama yang harus dikontekstualisasi dan direvitalisasi agar dapat berkontribusi mewujudkan cita-cita bangsa dan agama.
Dalam konteks kemajemukan Indonesia, kata Kamaruddin, pemahaman dan refleksi keagamaan harus dibungkus dalam konteks kebangsaan yang majemuk ini. Beragama tanpa berbangsa tidak hanya ahistoris, tetapi juga bertentangan dengan agama dan tujuan beragama itu sendiri.
"Tujuan beragama adalah menciptakan kemaslahatan manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Hanya dengan berbangsa dan bernegara amanah tersebut dapat diwujudkan," kata Kamaruddin.
(kri)