Kemhan Tambah Pembelian Pesawat Tempur Sukhoi-35 Jadi 11 Unit
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menambah pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari semula delapan menjadi 11 unit guna memenuhi kebutuhan minimum essential force (MEF) tahap dua 2015-2019.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menggelar Rapat Koordinasi dan Pembekalan kepada Ketua Kopertis dan Rektor Seluruh Indonesia dalam rangka Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017).
"Sukhoi itu bukan seperti membeli kacang goreng. Kita pesan melalui berbagai tahapan, lalu berkoordinasi dengan presiden. Kita nego, lama bolak-balik, bolak-balik. Saya ke sana. Kita pesan itu dibuat, enggak mudah buatnya lama," ujarnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menegaskan, penggunaan pesawat tempur multiperan Sukhoi Su-35 setelah Rusia adalah Indonesia. "Ada negonya supaya harganya, dapat harga dasar. Dulu pesan delapan dengan harga yang sama sekarang 11 (pesawat) itu nego," katanya.
Menurut Ryamizard, pembelian pesawat tempur tersebut menggunakan mekanisme imbal dagang antara Indonesia dan Rusia. "Iya dong, 50% offset termasuk bikin pabrik untuk pemeliharaan sendiri dari pada bolak-balik ke sana (Rusia) mahal harganya," jelasnya.
Tidak hanya itu, kata Ryamizard, keberadaan pabrik Sukhoi di Indonesia akan memberikan keuntungan tersendiri karena negara-negara tetangga yang menggunakan Sukhoi seperti Malaysia dan Vietnam akan membeli suku cadang dari pabrik di Indonesia. “Jadi, nanti (negara) yang punya Sukhoi, seperti Malaysia dan Vietnam, perbaikannya di sini juga,” ungkapnya.
Mantan Pangkostrad ini optimistis pengadaan pesawat tempur canggih tersebut akan terlaksana pada rencana strategi (renstra) tahap dua. "Oh iya pasti, mudah-mudahan. (Kapal selam kilo) dua, itu baru pengajuan bawah kepada saya. Saya belum koordinasi dengan menteri dan presiden mau apa enggak. Kalau beli mobil langsung ke showroom langsung bisa bawa pulang, kalau alutsista tidak," ucapnya.
Senada, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Laksamana Madya Widodo menambahkan pengadaan pesawat Sukhoi Su-35 masih dalam proses. Dia menjelaskan, jika pengadaan alutsista memang tidak mudah apalagi pengadaannya dari luar negeri.
"Harus melalui tender, kemudian imbal dagang, dan ini melibatkan seluruh Kementerian BUMN, perindustrian dan sebagainya. Artinya semua terlibat," kata Widodo.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan keinginannya untuk segera memiliki pesawat Sukhoi Su-35 untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger yang sudah tidak lagi bisa terbang. "Pesawat F-5 Tiger tidak bisa terbang, kami sudah mencanangkan Sukhoi 35 pada 1,5 tahun program sampai sekarang belum ada," ujarnya saat pembekalan calon perwira TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (21/7/2017).
Hadir dalam acara tersebut Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Komisi I DPR. Dalam kesempatan itu, Gatot meminta pemerintah dan Komisi I DPR membujuk Kemhan.
"Mudah-mudahan dengan ini Komisi I bisa menekan menteri pertahanan Bu (Megawati), agar Sukhoi-35 dan kapal class kilo bisa terwujud bersama-sama angkatan udara dan angkatan laut," katanya.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mendukung penuh rencana pengadaan alutsista tersebut oleh pemerintah. "Saya setuju pembelian Sukhoi Su-35 sehingga TNI AU akan mampu mengawasi ruang udara dan wilayah yang ada di bawahnya mulai dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)," katanya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini juga menyetujui rencana pembelian kapal selam Kilo Class oleh TNI AL. "Saya juga setuju pembelian kapal selam kilo.Untuk sistem anti kapal selam juga kita butuhkan untuk menghadapi kapal selam lawan. Kapal selam yang kita miliki (Kelas 209) dan kapal selam yang akan kita beli (Kelas Kilo) kita gunakan untuk melawan kapal permukaan lawan dan peluncuran rudal strategik bawah air," tegasnya.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menggelar Rapat Koordinasi dan Pembekalan kepada Ketua Kopertis dan Rektor Seluruh Indonesia dalam rangka Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017).
"Sukhoi itu bukan seperti membeli kacang goreng. Kita pesan melalui berbagai tahapan, lalu berkoordinasi dengan presiden. Kita nego, lama bolak-balik, bolak-balik. Saya ke sana. Kita pesan itu dibuat, enggak mudah buatnya lama," ujarnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menegaskan, penggunaan pesawat tempur multiperan Sukhoi Su-35 setelah Rusia adalah Indonesia. "Ada negonya supaya harganya, dapat harga dasar. Dulu pesan delapan dengan harga yang sama sekarang 11 (pesawat) itu nego," katanya.
Menurut Ryamizard, pembelian pesawat tempur tersebut menggunakan mekanisme imbal dagang antara Indonesia dan Rusia. "Iya dong, 50% offset termasuk bikin pabrik untuk pemeliharaan sendiri dari pada bolak-balik ke sana (Rusia) mahal harganya," jelasnya.
Tidak hanya itu, kata Ryamizard, keberadaan pabrik Sukhoi di Indonesia akan memberikan keuntungan tersendiri karena negara-negara tetangga yang menggunakan Sukhoi seperti Malaysia dan Vietnam akan membeli suku cadang dari pabrik di Indonesia. “Jadi, nanti (negara) yang punya Sukhoi, seperti Malaysia dan Vietnam, perbaikannya di sini juga,” ungkapnya.
Mantan Pangkostrad ini optimistis pengadaan pesawat tempur canggih tersebut akan terlaksana pada rencana strategi (renstra) tahap dua. "Oh iya pasti, mudah-mudahan. (Kapal selam kilo) dua, itu baru pengajuan bawah kepada saya. Saya belum koordinasi dengan menteri dan presiden mau apa enggak. Kalau beli mobil langsung ke showroom langsung bisa bawa pulang, kalau alutsista tidak," ucapnya.
Senada, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Laksamana Madya Widodo menambahkan pengadaan pesawat Sukhoi Su-35 masih dalam proses. Dia menjelaskan, jika pengadaan alutsista memang tidak mudah apalagi pengadaannya dari luar negeri.
"Harus melalui tender, kemudian imbal dagang, dan ini melibatkan seluruh Kementerian BUMN, perindustrian dan sebagainya. Artinya semua terlibat," kata Widodo.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan keinginannya untuk segera memiliki pesawat Sukhoi Su-35 untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger yang sudah tidak lagi bisa terbang. "Pesawat F-5 Tiger tidak bisa terbang, kami sudah mencanangkan Sukhoi 35 pada 1,5 tahun program sampai sekarang belum ada," ujarnya saat pembekalan calon perwira TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (21/7/2017).
Hadir dalam acara tersebut Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Komisi I DPR. Dalam kesempatan itu, Gatot meminta pemerintah dan Komisi I DPR membujuk Kemhan.
"Mudah-mudahan dengan ini Komisi I bisa menekan menteri pertahanan Bu (Megawati), agar Sukhoi-35 dan kapal class kilo bisa terwujud bersama-sama angkatan udara dan angkatan laut," katanya.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mendukung penuh rencana pengadaan alutsista tersebut oleh pemerintah. "Saya setuju pembelian Sukhoi Su-35 sehingga TNI AU akan mampu mengawasi ruang udara dan wilayah yang ada di bawahnya mulai dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)," katanya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini juga menyetujui rencana pembelian kapal selam Kilo Class oleh TNI AL. "Saya juga setuju pembelian kapal selam kilo.Untuk sistem anti kapal selam juga kita butuhkan untuk menghadapi kapal selam lawan. Kapal selam yang kita miliki (Kelas 209) dan kapal selam yang akan kita beli (Kelas Kilo) kita gunakan untuk melawan kapal permukaan lawan dan peluncuran rudal strategik bawah air," tegasnya.
(kri)