JK Minta Menkominfo Buru Penyebar Radikalisme di Internet
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara untuk mengejar dan menindak tegas penyebaran radikalisme di internet.
"Dewasa ini paling ekstrem penyebarannya adalah dengan teknologi," kata Wapres di Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, Sabtu (15/7/2017).
"Karena itu Pak Menkominfo harus mengejar (pelaku penyebaran-) radikalisme di internet, bagaimana kita mengejar bersama-sama ke situ," imbuh JK.
Kemkominfo pada Jumat telah meminta Internet Service Provider (ISP) untuk melakukan pemutusan akses (pemblokiran) terhadap 11 domain name system (DNS) milik Telegram yang semula dapat diakses melalui PC karena mengandung konten radikalisme, ekstremisme hingga yang mengarah pada terorisme.
Pernyataan tersebut disampaikan Wapres untuk menanggapi Deklarasi Anti-Radikalisme yang dilakukan sejumlah rektor perguruan tinggi negeri dan swasta dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau di UNP.
Menurut Wapres, radikalisme sengaja disebarkan kepada anak-anak muda dengan "mencuci otak" mereka bahwa ada jalan pintas mencapai surga dengan jihad sehingga paham seperti itu tidak bisa diperangi dengan kekerasan tapi dengan memberikan pencerahan melalui pendidikan yang baik.
"Radikalisme tidak akan selesai dengan membaca deklarasi bersama, radikalisme baru selesai dengan memberikan pendidikan yang baik, memberikan contoh yang baik, memberikan ajaran agama yang benar. Karena itulah universitas itu penting untuk menetralkan dan meredamkan cara berpikir generasi muda kita," kata dia.
Terkait teknologi yang disalahgunakan untuk penyebaran radikalisme dan bahkan mengarah pada terorisme, Wapres mengimbau generasi muda di Indonesia, khususnya mahasiswa UNP, untuk belajar dengan giat dan semangat karena itu juga bagian dari jihad.
"Kalau orang semangat tanpa ilmu, dia meledak-ledak, berilmu tanpa semangat dia bergerak tanpa dinamika. Oleh karena itu tetaplah memajukan pendidikan karena itu juga bagian dari jihad," ucap dia.
"Dewasa ini paling ekstrem penyebarannya adalah dengan teknologi," kata Wapres di Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, Sabtu (15/7/2017).
"Karena itu Pak Menkominfo harus mengejar (pelaku penyebaran-) radikalisme di internet, bagaimana kita mengejar bersama-sama ke situ," imbuh JK.
Kemkominfo pada Jumat telah meminta Internet Service Provider (ISP) untuk melakukan pemutusan akses (pemblokiran) terhadap 11 domain name system (DNS) milik Telegram yang semula dapat diakses melalui PC karena mengandung konten radikalisme, ekstremisme hingga yang mengarah pada terorisme.
Pernyataan tersebut disampaikan Wapres untuk menanggapi Deklarasi Anti-Radikalisme yang dilakukan sejumlah rektor perguruan tinggi negeri dan swasta dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau di UNP.
Menurut Wapres, radikalisme sengaja disebarkan kepada anak-anak muda dengan "mencuci otak" mereka bahwa ada jalan pintas mencapai surga dengan jihad sehingga paham seperti itu tidak bisa diperangi dengan kekerasan tapi dengan memberikan pencerahan melalui pendidikan yang baik.
"Radikalisme tidak akan selesai dengan membaca deklarasi bersama, radikalisme baru selesai dengan memberikan pendidikan yang baik, memberikan contoh yang baik, memberikan ajaran agama yang benar. Karena itulah universitas itu penting untuk menetralkan dan meredamkan cara berpikir generasi muda kita," kata dia.
Terkait teknologi yang disalahgunakan untuk penyebaran radikalisme dan bahkan mengarah pada terorisme, Wapres mengimbau generasi muda di Indonesia, khususnya mahasiswa UNP, untuk belajar dengan giat dan semangat karena itu juga bagian dari jihad.
"Kalau orang semangat tanpa ilmu, dia meledak-ledak, berilmu tanpa semangat dia bergerak tanpa dinamika. Oleh karena itu tetaplah memajukan pendidikan karena itu juga bagian dari jihad," ucap dia.
(maf)