Pegawai KPK Minta Jokowi Bentuk TPF Penyerangan Novel Baswedan
A
A
A
JAKARTA - Lantunan doa berkumandang dari seraturan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk kesembuhan penyidik senior sekaligus Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK, Novel Baswedan, Kamis (13/4/2017) sore.
Doa bersama dan aksi simpatik digelar Wadah Pegawai KPK sehubungan kasus teror terhadap Novel Baswedan yang disiram dengan air keras oleh orang tidak dikenal usai salat subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa 11 April lalu.
Doa dilantunkan untuk mendoakan kesembuhan Novel yang sedang menjalani perawatan di Singapura. Dipimpin Wakil Ketua WP Heri Nurudin, ratusan pegawai khusyuk mengikuti doa bersama dan aksi simpatik.
Pegawai dari unsur berbagai direktorat, biro, hingga sekretariat jenderal (setjen) terlihat membawa karton bertuliskan dukungan untuk Novel. Dukungan juga diberikan kepada Polri untuk mengusut pelaku teror terhadap Novel.
Namun, doa bersama dan aksi simpatik para pegawai tidak dihadiri satupun dari lima pimpinan KPK. Hanya terlihat dari jauh mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyaksikan acara tersebut.
Heri Nurudin mengatakan, pegawai KPK mendorong pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) untuk menyelesaikan kasus ini. Bahkan, para pegawai meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut membongkar kasus ini.
"Kami konsisten meminta dan mendorong kepada Presiden membongkar teror kepada KPK dan membentuk TPF yang libatkan internal dan eksternal‎ pemerintahan," ucap Heri. (Baca Juga: Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Tindakan Brutal)
Dia menuturkan, para pegawai KPK sangat berterima kasih kepada semua pihak termasuk para jurnalis yang sudah dan terus mendukung pemberantasan korupsi dan mendoakan kesembuhan Novel.
"Kami juga menyatakan bahwa kejadian Novel tidak menyurutkan tugas kami untuk memberantas korupsi," katanya.
Para pegawai KPK mengajak masyarakat untuk terus mendukung langkah-langkah KPK dalam menuntaskan kasus-kasus yang ditangani.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, Polri dan KPK terus berkoordinasi mengungkap kasus teror terhadap Novel.
"Pengumpulan fakta masih dilakukan kemudian analisis lebih lanjut pelakunya dan motif. Pihak kami juga sedang dalami," ujar Febri.
Doa bersama dan aksi simpatik digelar Wadah Pegawai KPK sehubungan kasus teror terhadap Novel Baswedan yang disiram dengan air keras oleh orang tidak dikenal usai salat subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa 11 April lalu.
Doa dilantunkan untuk mendoakan kesembuhan Novel yang sedang menjalani perawatan di Singapura. Dipimpin Wakil Ketua WP Heri Nurudin, ratusan pegawai khusyuk mengikuti doa bersama dan aksi simpatik.
Pegawai dari unsur berbagai direktorat, biro, hingga sekretariat jenderal (setjen) terlihat membawa karton bertuliskan dukungan untuk Novel. Dukungan juga diberikan kepada Polri untuk mengusut pelaku teror terhadap Novel.
Namun, doa bersama dan aksi simpatik para pegawai tidak dihadiri satupun dari lima pimpinan KPK. Hanya terlihat dari jauh mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyaksikan acara tersebut.
Heri Nurudin mengatakan, pegawai KPK mendorong pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) untuk menyelesaikan kasus ini. Bahkan, para pegawai meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut membongkar kasus ini.
"Kami konsisten meminta dan mendorong kepada Presiden membongkar teror kepada KPK dan membentuk TPF yang libatkan internal dan eksternal‎ pemerintahan," ucap Heri. (Baca Juga: Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Tindakan Brutal)
Dia menuturkan, para pegawai KPK sangat berterima kasih kepada semua pihak termasuk para jurnalis yang sudah dan terus mendukung pemberantasan korupsi dan mendoakan kesembuhan Novel.
"Kami juga menyatakan bahwa kejadian Novel tidak menyurutkan tugas kami untuk memberantas korupsi," katanya.
Para pegawai KPK mengajak masyarakat untuk terus mendukung langkah-langkah KPK dalam menuntaskan kasus-kasus yang ditangani.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, Polri dan KPK terus berkoordinasi mengungkap kasus teror terhadap Novel.
"Pengumpulan fakta masih dilakukan kemudian analisis lebih lanjut pelakunya dan motif. Pihak kami juga sedang dalami," ujar Febri.
(dam)