DPD Jadi Ladang Baru Berebut Kekuasaan
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang saat ini dipimpin ketua umum partai politik terus menuai cibiran di masyarakat. Kondisi itu menjadi ironi di tengah kepercayaan masyarakat yang masih menurun kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang satu 'atap' dengan DPD di Senayan.
"Di tengah publik yang berusaha menguatkan posisi DPD, mereka malah sibuk berkelahi berebut kekuasaan," ujar Pengamat Politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno saat dihubungi SINDOnews, Minggu (9/4/2017).
Menurut Adi, salah satu yang membuat DPD sekarang kehilangan kepercayaan dari masyarakat adalah masuknya kepentingan politik di dalamnya.
Menurutnya, lembaga senator yang seharusnya bersih dari intervensi partai politik, sekarang justru dikuasai elite parpol. "Para politisi parpol kalap menggasak semua unsur kekuasaan yang ada di Senayan," ucapnya.
Adi menilai, sinyalemen DPD sudah terpengaruh dengan kepentingan parpol bisa dilihat ketika anggota DPD mulai berafiliasi dengan kekuatan parpol. Bahkan, ada yang terang-terangan anggota DPD masuk ke parpol.
Menurut Adi, sejatinya aktivis politik harus paham dalam memilih jalan hidupnya. Menurutnya, aktivis politik yang terjun menjadi anggota Senat, maka seyogianya mau menanggalkan seluruh atribut partai. Begitu pun sebaliknya. Sehingga, model demokrasi di Indonesia menjadi jelas kelaminnya.
Terkecuali, kata Adi, undang-undang sudah berubah yang membolehkan anggota DPD dari unsur Parpol. Menurutnya, sejauh ini belum ada perubahan dalam UU tersebut.
"Praktik ini akan menjadi preseden buruk bagi perkembangan demokrasi kita ke depan. Tak ada lagi tata krama dan etika dalam politik. Semuanya hanyalah demi memenuhi syahwat berkuasa. Tak terkecuali DPD yang seharuanya 'suci' dari parpol malah jadi ladang baru buat berebut kekuasaan," pungkasnya.
"Di tengah publik yang berusaha menguatkan posisi DPD, mereka malah sibuk berkelahi berebut kekuasaan," ujar Pengamat Politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno saat dihubungi SINDOnews, Minggu (9/4/2017).
Menurut Adi, salah satu yang membuat DPD sekarang kehilangan kepercayaan dari masyarakat adalah masuknya kepentingan politik di dalamnya.
Menurutnya, lembaga senator yang seharusnya bersih dari intervensi partai politik, sekarang justru dikuasai elite parpol. "Para politisi parpol kalap menggasak semua unsur kekuasaan yang ada di Senayan," ucapnya.
Adi menilai, sinyalemen DPD sudah terpengaruh dengan kepentingan parpol bisa dilihat ketika anggota DPD mulai berafiliasi dengan kekuatan parpol. Bahkan, ada yang terang-terangan anggota DPD masuk ke parpol.
Menurut Adi, sejatinya aktivis politik harus paham dalam memilih jalan hidupnya. Menurutnya, aktivis politik yang terjun menjadi anggota Senat, maka seyogianya mau menanggalkan seluruh atribut partai. Begitu pun sebaliknya. Sehingga, model demokrasi di Indonesia menjadi jelas kelaminnya.
Terkecuali, kata Adi, undang-undang sudah berubah yang membolehkan anggota DPD dari unsur Parpol. Menurutnya, sejauh ini belum ada perubahan dalam UU tersebut.
"Praktik ini akan menjadi preseden buruk bagi perkembangan demokrasi kita ke depan. Tak ada lagi tata krama dan etika dalam politik. Semuanya hanyalah demi memenuhi syahwat berkuasa. Tak terkecuali DPD yang seharuanya 'suci' dari parpol malah jadi ladang baru buat berebut kekuasaan," pungkasnya.
(zik)