Anak Muda Jangan Takut Politik!
A
A
A
CIREBON - Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno menyatakan, anak muda jangan takut dalam berpolitik dan diminta aktif untuk terjun ke dunia politik. Karenanya Eddy Soeparno mengajak anak muda harus aktif dan terjun ke politik, kalau perlu masuk partai politik.
"Jangan takut atau khawatir. Berikan kontribusi politik yang aktif. Mari berpartisipasi aktif untuk memberikan warna dan memperbaiki iklim politik Indonesia," ungkap Eddy Soeparno dalam Kuliah umum FISIP Universitas Muhammadiyah Cirebon, di Auditorium Kampus 2 UMC Rabu 8 Maret lalu.
Kuliah umum FISIP Universitas Muhammadiyah Cirebon kali ini menghadirkan Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno, dengan tema 'Peran Pemuda dalam Politik' di Auditorium Kampus 2 UMC (08/3/2017).
Selain Eddy Soeparno, hadir pula Rektor UMC, Khaerul Wahidin, sebagai pembicara pendamping dalam kuliah umum yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan di UMC.
Dalan sambutannya, Dekan FISIP UMC, Harry Saphari menyambut baik kehadiran Eddy Soeparno sebagai narasumber utama dalam kuliah umum FISIP kali ini.
"Ini ruang ilmiah, ruang yang bisa menghadirkan berbagai tokoh dan kalangan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya agar dapat menginspirasi mahasiswa/i di lingkungan UMC," ungkap Dekan FISIP UMC ini.
Acara dibuka dengan pembacaan puisi 'Sajak Anak Muda' karya WS Rendra oleh Nita Amalia, mahasiswi yang aktif berkegiatan di Teater Roempoet. Sajak Anak Muda menjadi kritik bagi para generasi muda hari ini yang tidak berpikir kritis dan kreatif.
Acara kuliah umum dimoderatori Nissa Rengganis, dengan menceritakan latar belakang Eddy Soeparno yang 20 tahun bekerja di dunia perbankan, kemudian tertarik terjun ke dunia politik.
Diskusi ini diawali dengan pertanyaan: bagaimana optimisme Eddy Soeparno yang menilai keterlibatan pemuda dalam politik menjadi angin segar dalam perubahan bangsa. Sementara kita tahu bahwa masyarakat hampir pesimistis dengan politik yang terkesan transaksional belaka.
"Kita dipersatukan oleh sejarah karena perasaan kita sebagai bangsa yg terjajah dan keinginan kita ingin merdeka. Character building saat ini menghadapi tantangan globalisasi" ungkap Eddy.
Eddy Soeparno memaparkan tahun 2017 penuh ketidakpastian. Kita dihadapi masalah kesenjangan yang ada di Indonesia yang memicu berbagai hal, termasuk masalah penistaan agama.
Disamping keberpihakan, ada masalah kebhinekaan dan nasionalisme. Saat ini Indonesia sedang dalam masa krisis, kebhinekaan kita sedang diungkit, sedang diuji.
Dalam kesempatan kuliah umum, Khaerul Wahidin selaku Rektor UMC juga mengajak kelompok pemuda untuk memiliki tradisi berfikir yang kritis, memiliki peranan strategis dalam mengokohkan jati diri bangsa.
"Sejarah mencatat, kemajuan sebuah peradaban ditentukan oleh kehadiran kelompok muda yang kritis dan memiliki tradisi intelektualitas dan kreatifitas," ungkap Khaerul Wahidin.
Dalam menutup kuliah umum, Eddy Soeparno menyinggung persoalan ekonomi yang merupakan aspek penting dalam kemakmuran bangsa Indonesia.
Mengutip Moh Hatta bahwa kebahagiaan rakyat itu harus berdasarkan cukup pangan, kesejahteraan, kebebasan dan perdamaian.
Untuk mencapai itu, pembangunan karakter menjadi penting. Memperkokoh jati diri bangsa di tengah lingkungan yang semakin terbuka adalah suatu keharusan.
Jika tidak, identitas kebangsaan dapat tergilas. Selain itu, tantangan dan tingkat kompetisi yang mengitari saat ini pun juga semakin kompleks.
"Jangan takut atau khawatir. Berikan kontribusi politik yang aktif. Mari berpartisipasi aktif untuk memberikan warna dan memperbaiki iklim politik Indonesia," ungkap Eddy Soeparno dalam Kuliah umum FISIP Universitas Muhammadiyah Cirebon, di Auditorium Kampus 2 UMC Rabu 8 Maret lalu.
Kuliah umum FISIP Universitas Muhammadiyah Cirebon kali ini menghadirkan Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno, dengan tema 'Peran Pemuda dalam Politik' di Auditorium Kampus 2 UMC (08/3/2017).
Selain Eddy Soeparno, hadir pula Rektor UMC, Khaerul Wahidin, sebagai pembicara pendamping dalam kuliah umum yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan di UMC.
Dalan sambutannya, Dekan FISIP UMC, Harry Saphari menyambut baik kehadiran Eddy Soeparno sebagai narasumber utama dalam kuliah umum FISIP kali ini.
"Ini ruang ilmiah, ruang yang bisa menghadirkan berbagai tokoh dan kalangan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya agar dapat menginspirasi mahasiswa/i di lingkungan UMC," ungkap Dekan FISIP UMC ini.
Acara dibuka dengan pembacaan puisi 'Sajak Anak Muda' karya WS Rendra oleh Nita Amalia, mahasiswi yang aktif berkegiatan di Teater Roempoet. Sajak Anak Muda menjadi kritik bagi para generasi muda hari ini yang tidak berpikir kritis dan kreatif.
Acara kuliah umum dimoderatori Nissa Rengganis, dengan menceritakan latar belakang Eddy Soeparno yang 20 tahun bekerja di dunia perbankan, kemudian tertarik terjun ke dunia politik.
Diskusi ini diawali dengan pertanyaan: bagaimana optimisme Eddy Soeparno yang menilai keterlibatan pemuda dalam politik menjadi angin segar dalam perubahan bangsa. Sementara kita tahu bahwa masyarakat hampir pesimistis dengan politik yang terkesan transaksional belaka.
"Kita dipersatukan oleh sejarah karena perasaan kita sebagai bangsa yg terjajah dan keinginan kita ingin merdeka. Character building saat ini menghadapi tantangan globalisasi" ungkap Eddy.
Eddy Soeparno memaparkan tahun 2017 penuh ketidakpastian. Kita dihadapi masalah kesenjangan yang ada di Indonesia yang memicu berbagai hal, termasuk masalah penistaan agama.
Disamping keberpihakan, ada masalah kebhinekaan dan nasionalisme. Saat ini Indonesia sedang dalam masa krisis, kebhinekaan kita sedang diungkit, sedang diuji.
Dalam kesempatan kuliah umum, Khaerul Wahidin selaku Rektor UMC juga mengajak kelompok pemuda untuk memiliki tradisi berfikir yang kritis, memiliki peranan strategis dalam mengokohkan jati diri bangsa.
"Sejarah mencatat, kemajuan sebuah peradaban ditentukan oleh kehadiran kelompok muda yang kritis dan memiliki tradisi intelektualitas dan kreatifitas," ungkap Khaerul Wahidin.
Dalam menutup kuliah umum, Eddy Soeparno menyinggung persoalan ekonomi yang merupakan aspek penting dalam kemakmuran bangsa Indonesia.
Mengutip Moh Hatta bahwa kebahagiaan rakyat itu harus berdasarkan cukup pangan, kesejahteraan, kebebasan dan perdamaian.
Untuk mencapai itu, pembangunan karakter menjadi penting. Memperkokoh jati diri bangsa di tengah lingkungan yang semakin terbuka adalah suatu keharusan.
Jika tidak, identitas kebangsaan dapat tergilas. Selain itu, tantangan dan tingkat kompetisi yang mengitari saat ini pun juga semakin kompleks.
(sms)