Sajak Sang Penista dari Fadli Zon
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menuliskan sebuah karya sastra yang bertajuk Sajak Sang Penista. Dalam puisi yang digoreskannya ini, Fadli Zon tidak menyebutkan siapa dan nama yang dimaksudnya itu.
Berikut tulisan puisi yang dikutip SINDOnews dari akun Twitter politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu, @fadlizon, Jumat (3/2/2017).
Sajak Sang Penista
Oleh: Fadli Zon
Di tengah damai Jakarta. Kau pamerkan keangkuhan sempurna. Sumpah serapah intimidasi. Mengalir sederas air banjir. Lalu kau cibir orang-orang pinggir. Menggusur tanpa basa-basi. Menindas dengan tangan besi. Dan kau seenaknya korupsi. Dari rumah sakit hingga reklamasi. Memenuhi nafsu ambisi
Di tengah damai Jakarta. Kau nista ayat-ayat Tuhan. Alquran dituduh alat kebohongan. Kaulah yang merobek kebhinnekaan. Juara pengkhianat Pancasila. Pemecah belah kerukunan beragama. Biang segala adu domba.
Di tengah damai Jakarta. Kau fitnah lagi Kyai dan Ulama. Serbuan berita palsu hasutan gila. Ancaman terror fisik hingga penjara. Kau bagai diktaktor pemilik dunia. Menyebar resah ke segala arah. Menggalang lautan amarah.
Kami tahu kau hanya pion berlagak jagoan. Di belakangmu pasukan hantu gentayangan. Tangan-tangan kotor penguasa komplotan. Konspirasi barisan kejahatan. Hukum mudah kau beli murah. Keadilan punah habis dijarah. Demokrasi dikebiri sudah.
Peluru muntah berhamburan. Provokasi pesta kerusuhan. Tapi ingatlah sang penista. Takdir pasti kan tiba. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Do’a ulama kabarkan keberanian. Umat yang terhina jihad kebenaran. Orang-orang miskin membangun perlawanan. Dan tirani pasti tumbang.
Berikut tulisan puisi yang dikutip SINDOnews dari akun Twitter politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu, @fadlizon, Jumat (3/2/2017).
Sajak Sang Penista
Oleh: Fadli Zon
Di tengah damai Jakarta. Kau pamerkan keangkuhan sempurna. Sumpah serapah intimidasi. Mengalir sederas air banjir. Lalu kau cibir orang-orang pinggir. Menggusur tanpa basa-basi. Menindas dengan tangan besi. Dan kau seenaknya korupsi. Dari rumah sakit hingga reklamasi. Memenuhi nafsu ambisi
Di tengah damai Jakarta. Kau nista ayat-ayat Tuhan. Alquran dituduh alat kebohongan. Kaulah yang merobek kebhinnekaan. Juara pengkhianat Pancasila. Pemecah belah kerukunan beragama. Biang segala adu domba.
Di tengah damai Jakarta. Kau fitnah lagi Kyai dan Ulama. Serbuan berita palsu hasutan gila. Ancaman terror fisik hingga penjara. Kau bagai diktaktor pemilik dunia. Menyebar resah ke segala arah. Menggalang lautan amarah.
Kami tahu kau hanya pion berlagak jagoan. Di belakangmu pasukan hantu gentayangan. Tangan-tangan kotor penguasa komplotan. Konspirasi barisan kejahatan. Hukum mudah kau beli murah. Keadilan punah habis dijarah. Demokrasi dikebiri sudah.
Peluru muntah berhamburan. Provokasi pesta kerusuhan. Tapi ingatlah sang penista. Takdir pasti kan tiba. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Do’a ulama kabarkan keberanian. Umat yang terhina jihad kebenaran. Orang-orang miskin membangun perlawanan. Dan tirani pasti tumbang.
(maf)