Seruan Wakil Ketua DPR untuk Sadarkan Polri
A
A
A
JAKARTA - Bangsa Indonesia masih trauma dengan komunisme. Sayangnya, Polri dinilai mulai tidak sensitif soal komunisme.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengingatkan, Polri harus menghargai sensitivitas umat Islam dan ulama menyangkut komunisme. Menurutnya, sejarah pemberontakan Gerakan 30 September 1965 menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
"Mari kita sadarkan. Polri harus waspada bahwa bangsa kita takkan mudah menerima kembali komunisme," ujar Fahri dalam akun Twitter @Fahrihamzah disertai hashtag PaluArit, Selasa (24/1/2017).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai sensitivitas ABRI saat itu (sekarang TNI-red) tidak kalah dengan sensitiVitas kalangan Islam mengenai simbol palu dan arit. Polri kata dia, juha seharusnya memiliki sensivitas yang sama. (Baca: Marzuki Alie Pertanyakan Mencoret Bendera Merah Putih Dianggap Menodai Lambang Negara)
"Polri dulu adalah elemen dalam ABRI yang sangat sensitif dengan pemberontakan PKI," ucapnya.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengingatkan, Polri harus menghargai sensitivitas umat Islam dan ulama menyangkut komunisme. Menurutnya, sejarah pemberontakan Gerakan 30 September 1965 menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
"Mari kita sadarkan. Polri harus waspada bahwa bangsa kita takkan mudah menerima kembali komunisme," ujar Fahri dalam akun Twitter @Fahrihamzah disertai hashtag PaluArit, Selasa (24/1/2017).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai sensitivitas ABRI saat itu (sekarang TNI-red) tidak kalah dengan sensitiVitas kalangan Islam mengenai simbol palu dan arit. Polri kata dia, juha seharusnya memiliki sensivitas yang sama. (Baca: Marzuki Alie Pertanyakan Mencoret Bendera Merah Putih Dianggap Menodai Lambang Negara)
"Polri dulu adalah elemen dalam ABRI yang sangat sensitif dengan pemberontakan PKI," ucapnya.
(kur)