Asian Agri Komitmen Jaga Kelestarian Lingkungan
A
A
A
PELALAWAN - Kelestarian lingkungan dan keseimbangan dalam pengelolaan kebun kelapa sawit menjadi fokus Asian Agri dalam melakukan kegiatan bisnis. Sebagai salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia, Asian Agri menyadari pentingnya alam dan lingkungan perkebunan yang sehat dan produktif.
“Ranah bisnis Asian Agri tidak terlepas dari interaksi kami dengan alam. Di tanah inilah tertanam benih-benih sawit terbaik kami yang lalu tumbuh subur dan mampu memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Direktur Asian Agri Freddy Widjaya di Pelalawan lewat rilis yang diterima Sindonews, Jumat (18/11/20165).
Oleh sebab itu, pihaknya terus berkomitmen untuk bertanggung jawab menjaga alam ini tetap berada pada kondisi terbaiknya. Berbagai usaha selalu dilakukan Asian Agri untuk memastikan kegiatan operasional perusahaan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.
“Kami selalu menanamkan nilai-nilai pengelolaan yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan kepada setiap pekebun dan petani yang menjadi mitra kami,” jelas Freddy.
Di kebun, Asian Agri juga menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang ramah lingkungan, seperti menghindari penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama, menggunakan pupuk-pupuk organik, serta berkomitmen untuk tidak melakukan pembakaran dalam hal pembukaan lahan ataupun saat melakukan replanting.
Contoh lainnya adalah untuk menumpas tikus yang sangat mengganggu, mereka tidak menggunakan racun serangga. Namun, mereka menggunakan binatang pemangsa seperti burung hantu untuk mengurangi hama tikus. "Burung hantu sehari mampu melumpuhkan empat tikus. Jadi teknik ini sangat efektif," kata Marpituah Saragih, Group Manager Kebun Buatan Asian Agri.
Selain itu, untuk menumpas hama ulat di kepala sawit, para petugas menggunakan serangga pemangsa. Selain itu, mereka juga menanam sejumlah bunga di sekitar pohon sawit, seperti bunga sepatu dan bunga pukul 8.
"Tanaman bunga sepatu ini baru kita yang tanam. Bunga ini perlu untuk menyediakan makanan bagi serangga pemangsa kalau ulat-ulat di sawit tidak ada. Jadi serangganya tetap hidup," jelasnya.
Selain itu, wujud nyata komitmen Asian Agri semakin dikokohkan dengan didirikannya lima pabrik Biogas untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh pabrik, yang pada tahun 2020 ditargetkan mencapai 20 pabrik Biogas. Berbagai usaha yang dilakukan perusahaan juga berbuah manis dengan dianugerahkan sertifikasi penghargaan RSPO, ISCC, dan ISPO, yang mengukuhkan keberadaan Asian Agri sebagai perusahaan sawit yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
Pendidikan Sawit Terbaik
Untuk pengelolaan kebun sawit yang berkelanjutan, Asian Agri mendirikan Asian Agri Learning Institute (AAALI), sebuah lembaga pelatihan non-universitas, yang mengakomodir kemampuan anak-anak muda terbaik bangsa yang ingin berkarir di industri kelapa sawit. Pelatihan ini menawarkan pengetahuan dan kemampuan melalui teori dan praktik mengenai cara mengelola tanaman primadona Indonesia ini secara efektif dan efisien, dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan.
“Setiap tahun, AAALI selalu mengadakan penerimaan peserta baru yang terbagi dalam tiga angkatan, yang masing-masing terdiri dari sekitar 100 orang. Para kadet (sebutan bagi para peserta pelatihan AAALI), akan diberikan berbagai pelatihan selama enam bulan,” jelas Sufryiadi, selaku Manager AAALI.
Tidak hanya diberikan pelatihan, para peserta juga diberikan gaji setiap bulan, yang disesuaikan dengan upah minimum rata-rata di masing-masing provinsi. Jumlah gaji akan berkembang hingga tiga kali lipat apabila para peserta diterima menjadi pegawai tetap di Asian Agri.
Hingga saat ini, AAALI yang didirikan sejak tahun 2002, telah berhasil mencetak lebih dari 2.200 lulusan terbaik di bidang kelapa sawit.
Untuk diketahui, Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta terkemuka di Indonesia yang memproduks minyak sawit mentah [CPO] sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25.000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi [PIR Trans].
Sekarang ini, perusahaan mengelola 100.000 Ha lahan dan bermitra dengan 29.000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60.000 Ha perkebunan kelapa sawit.
“Ranah bisnis Asian Agri tidak terlepas dari interaksi kami dengan alam. Di tanah inilah tertanam benih-benih sawit terbaik kami yang lalu tumbuh subur dan mampu memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Direktur Asian Agri Freddy Widjaya di Pelalawan lewat rilis yang diterima Sindonews, Jumat (18/11/20165).
Oleh sebab itu, pihaknya terus berkomitmen untuk bertanggung jawab menjaga alam ini tetap berada pada kondisi terbaiknya. Berbagai usaha selalu dilakukan Asian Agri untuk memastikan kegiatan operasional perusahaan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.
“Kami selalu menanamkan nilai-nilai pengelolaan yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan kepada setiap pekebun dan petani yang menjadi mitra kami,” jelas Freddy.
Di kebun, Asian Agri juga menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang ramah lingkungan, seperti menghindari penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama, menggunakan pupuk-pupuk organik, serta berkomitmen untuk tidak melakukan pembakaran dalam hal pembukaan lahan ataupun saat melakukan replanting.
Contoh lainnya adalah untuk menumpas tikus yang sangat mengganggu, mereka tidak menggunakan racun serangga. Namun, mereka menggunakan binatang pemangsa seperti burung hantu untuk mengurangi hama tikus. "Burung hantu sehari mampu melumpuhkan empat tikus. Jadi teknik ini sangat efektif," kata Marpituah Saragih, Group Manager Kebun Buatan Asian Agri.
Selain itu, untuk menumpas hama ulat di kepala sawit, para petugas menggunakan serangga pemangsa. Selain itu, mereka juga menanam sejumlah bunga di sekitar pohon sawit, seperti bunga sepatu dan bunga pukul 8.
"Tanaman bunga sepatu ini baru kita yang tanam. Bunga ini perlu untuk menyediakan makanan bagi serangga pemangsa kalau ulat-ulat di sawit tidak ada. Jadi serangganya tetap hidup," jelasnya.
Selain itu, wujud nyata komitmen Asian Agri semakin dikokohkan dengan didirikannya lima pabrik Biogas untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh pabrik, yang pada tahun 2020 ditargetkan mencapai 20 pabrik Biogas. Berbagai usaha yang dilakukan perusahaan juga berbuah manis dengan dianugerahkan sertifikasi penghargaan RSPO, ISCC, dan ISPO, yang mengukuhkan keberadaan Asian Agri sebagai perusahaan sawit yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
Pendidikan Sawit Terbaik
Untuk pengelolaan kebun sawit yang berkelanjutan, Asian Agri mendirikan Asian Agri Learning Institute (AAALI), sebuah lembaga pelatihan non-universitas, yang mengakomodir kemampuan anak-anak muda terbaik bangsa yang ingin berkarir di industri kelapa sawit. Pelatihan ini menawarkan pengetahuan dan kemampuan melalui teori dan praktik mengenai cara mengelola tanaman primadona Indonesia ini secara efektif dan efisien, dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan.
“Setiap tahun, AAALI selalu mengadakan penerimaan peserta baru yang terbagi dalam tiga angkatan, yang masing-masing terdiri dari sekitar 100 orang. Para kadet (sebutan bagi para peserta pelatihan AAALI), akan diberikan berbagai pelatihan selama enam bulan,” jelas Sufryiadi, selaku Manager AAALI.
Tidak hanya diberikan pelatihan, para peserta juga diberikan gaji setiap bulan, yang disesuaikan dengan upah minimum rata-rata di masing-masing provinsi. Jumlah gaji akan berkembang hingga tiga kali lipat apabila para peserta diterima menjadi pegawai tetap di Asian Agri.
Hingga saat ini, AAALI yang didirikan sejak tahun 2002, telah berhasil mencetak lebih dari 2.200 lulusan terbaik di bidang kelapa sawit.
Untuk diketahui, Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta terkemuka di Indonesia yang memproduks minyak sawit mentah [CPO] sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25.000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi [PIR Trans].
Sekarang ini, perusahaan mengelola 100.000 Ha lahan dan bermitra dengan 29.000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60.000 Ha perkebunan kelapa sawit.
(kri)