Lone Wolf Dibentuk Melalui Media Sosial

Selasa, 25 Oktober 2016 - 15:47 WIB
Lone Wolf Dibentuk Melalui Media Sosial
Lone Wolf Dibentuk Melalui Media Sosial
A A A
JAKARTA - Kelompok radikal sangat lihai memainkan propagandanya melalui media sosial atau dunia maya. Mereka menjerat pengikutnya dengan meracuni pemikiran mereka yang diberikan tayangan video kejadian mengerikan di Timur Tengah.

Salah satunya video yang dilakukan Amerika Serikat (AS), Nato, dan sekutu lainnya yang menindas dan membantai kelompok radikal. Penayangan video itu menimbulkan rasa empati, dan secara perlahan mulai terjadi self radicalization, yang menumbuhkan motivasi menjadi lone wolf atau aksi teror yang dilakukan sendiri.

"Para pelaku lone wolf itu dibentuk melalui media sosial. Untuk menjadi radikal, mereka tidak perlu bertemu seseorang atau kelompok serta tidak perlu datang ke suatu tempat untuk berbaiat,” ujar pengamat terorisme Irjen Pol (purn) Ansyaad Mbai, di Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Menurutnya lone wolf tengah mengganggu kehidupan damai di Bumi Pertiwi. Dia mencatat, tiga aksi lone wolf terjadi di tahun 2016 ini. Diawali aksi penyerangan Mapolresta Solo, kemudian penyerangan pendeta di sebuah gereja di Medan, dan terakhir penyerangan petugas kepolisian di Tangerang.

Dia mengingatkan, untuk mendeteksi sekaligus mencegah terjadinya lone wolf, upaya penindakan secara fisik harus lebih digencarkan. Bahkan, kata dia para jihadis dan FTF (Foreign Terrorist Fighter) para pengikut ISIS asal Indonesia yang pulang dari Suriah dan Irak perlu diwaspadai. (Baca: Soal Terorisme, Indonesia Harus Peka dan Lihat Kondisi Global)

“Dari informasi yang saya dapat, sudah lebih dari 50 FTF yang kembali ke Indonesia. Tapi yang baru ditangani pengadilan baru 11 orang. Sisanya kemana?” ucapnya.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4338 seconds (0.1#10.140)