Televisi Al Jazeera Akan Buka Siaran Bahasa Indonesia

Rabu, 28 September 2016 - 14:50 WIB
Televisi Al Jazeera...
Televisi Al Jazeera Akan Buka Siaran Bahasa Indonesia
A A A
JAKARTA - Televisi Al Jazeera merencanakan mengembangkan sayapnya dengan membuka siaran bahasa Indonesia. Hal ini terungkap ketika Duta Besar (Dubes) RI untuk Qatar, Marsekal Madya TNI (Purn) M Basri Sidehabi, melakukan pertemuan dengan Head of International Relation Al Jazeera Network, Ihtisham Hibatullah dan Head of Government Relation, Al Jazeera Network, Abdullah Ali.

Pertemuan juga dihadiri Prof Dr Salim Said, Guru Besar Universitas Pertahanan dan mantan Dubes RI untuk Republik Cheko di kantor pusat Al Jazeera Network pada 23 September 2016. Pertemuan tersebut merupakan bagian pengembangan dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Televisi Al Jazeera.

Sebelumnya pemerintah menandatangani kontrak dengan Media Representative Al Jazeera senilai US$ 1,2 juta untuk penayangan 7.884 spot iklan Wonderful Indonesia pada TV Al Jazeera yang ditayangkan sejak 20 Mei 2016 hingga akhir Desember 2016. Kerja sama selain pemasangan iklan pariwisata Indonesia, juga mencakup pelatihan dan capacity building di bidang strategi promosi melalui media elektronik.

Pertemuan dengan TV Al Jazeera juga merupakan tindak lanjut dari pertemuan Dubes Sidehabi dengan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pada awal Mei 2016 untuk meningkatkan promosi pariwisata dengan menampilkan promosi Wonderful Indonesia di Qatar. Termasuk diantaranya kerja sama Kemenpar dengan TV Al Jazeera dan Qatar Airways.

Menurut Ihtisham, sejak dijadikannya bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ASEAN menjadikannya pasar yang menarik untuk dikembangkan. Al Jazeera juga sudah melakukan berbagai kerjasama siaran dengan televisi di Indonesia.

"Al Jazeera memiliki pangsa penonton terbesar di Timur Tengah. TV yang berdiri tahun 1996 memiliki pengaruh dan pangsa yang besar di Timur Tengah, dan negara-negara lain, termasuk Indonesia," kata Ihtisham dalam siaran pers, Rabu (28/9/2016).

Menurut sebuah penelitian sekitar 80% rakyat Arab menyukai Al Jazeera dibanding media pemerintahnya (20%). Dijelaskan pula bahwa Al Jazeera memiliki sekitar 50 juta pemirsa di kawasan dan sekitar 100 juta pemirsa di seluruh dunia. Dengan adanya siaran bahasa Indonesia diharapkan pangsa pemirsa Al Jazeera akan meningkat.

Terkait dengan siaran Al Jazeera berbahasa Inggris, Ihtisham membeberkan, Al Jazeera berupaya menjembatani keragaman antarbudaya yang disiarkan dari kota strategis dunia seperti Doha, Kuala Lumpur, London dan Washington DC.

"Al Jazeera juga melebarkan sayap ke Bosnia, Pakistan, Turki, India, China, dan Rusia. Al Jazeera English dianggap sebagai penyeimbang pemberitaan dari Selatan ke Utara yang diminati berbagai lapisan masyarakat di dunia," ucapnya.

Sejak Maret 2006, siaran Al Jazeera Network berkembang menjadi media dunia yang meliputi Al Jazeera Arabic channel, Al Jazeera English, Al Jazeera Documentary, Al Jazeera Sport, Al Jazeera.net, Al Jazeera Media Training and Development Center, Al Jazeera Center for Studies, Al Jazeera Mubasher and Al Jazeera Mobile.

Al Jazeera kini berhasil menyajikan informasi alternatif yang diminati khususnya di Timur Tengah. Al Jazeera kerap berbeda informasi dari media barat seperti CNN, Fox, NBC khususnya jika meliput berita di Timur Tengah.

Ihtisham menambahkan siaran Aljazeera English memiliki agenda berita yang menjembatani keragaman antarbudaya yang disiarkan dari kota strategis dunia seperti Doha, Kuala Lumpur, London, dan Washington DC. Al Jazeera juga merencanakan melebarkan sayap ke Bosnia, Pakistan, Turki, India, China, dan Rusia.

Menurut Dubes Basri, rencana pembukaan siaran bahasa Indonesia tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk melakukan promosi pariwisata di TV Al Jazeera.

“Kita berharap rencana tersebut akan segera diwujudkan sebagai momen untuk perayaan peringatan ke-40 hubungan diplomatik RI-Qatar,” ujar mantan Anggota DPR ini

Mantan Irjen TNI menambahkan Indonesia berupaya memanfaatkan peluang dari kebijakan look east policy Qatar yang memfokuskan pada potensi ekonomi dan pariwisata negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

“Peluang tersebut harus dimanfaatkan mengingat negara-negara ASEAN lainnya juga gencar melakukan promosi pariwisata dengan menonjolkan karakter wisata masing-masing negaranya,” beber mantan Pilot pertama F-16 tersebut.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1280 seconds (0.1#10.140)