Kamerad Minta Jokowi Copot Kepala BIN
A
A
A
JAKARTA - Komite Aksi Mahasiswa Pemuda untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta. Kamerad meminta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso dicopot dari jabatannya.
"Badan Intelijen Negara (BIN) adalah garda terdepan dalam menjaga negara beserta rakyat dan seluruh tumpah darahnya," ungkap koordinator lapangan Kamerad Fajar Ardy Hidayatullah dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Sabtu (27/8/2016).
Menurut Fajar, untuk mengantisipasi ancaman terhadap kedaulatan bangsa dan negara baik dari dalam maupun luar negeri. Maka kinerja BIN akan sangat jelas terasa dampaknya, meski ciri dan karakter dinas intelijen bersifat senyap dan rahasia.
"Faktanya, sejak era Presiden Jokowi negara dan bangsa Indonesia justru terlihat dan terasa begitu rapuh, berbagai gangguan keamanan baik dari dalam maupun luar negeri kerap kali terjadi," ujarnya.
Fajar mencontohkan, peristiwa kerusuhan dan pembakaran tempat ibadah disertai bentrok antarwarga terjadi di berbagai belahan wilayah Indonesia.
Selain itu kata dia, serangan teroris juga terjadi tidak jauh dari Istana Negara. Serangan itu merupakan serentetan peristiwa ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia pada 14 Januari 2016.
"Begitu lemahnya kinerja aparat intelijen dalam upaya pencegahan gangguan keamanan dan pertahanan negara juga tercermin dari begitu mudahnya kejahatan terorganisir melakukan operasinya," ucapnya.
Di tempat yang sama, Ahmad Banyal dari Universitas Bung Karno menambahkan, kasus dan peristiwa di atas hanya sebagian saja dari banyak peristiwa dan kejadian yang tidak mampu diantisipasi oleh aparat intelijen kita.
"Hal tersebut semakin membuktikan bahwa kinerja Sutiyoso sebagai Kepala BIN sangat lemah," ucapnya. Ahmad menuturkan, masyarakat saat ini membutuhkan seorang kepala intelijen yang memiliki kapasitas, dan integritas dan profesional.
Serta memiliki paradigma modern tentang fungsi dan intelijen di era demokrasi, memiliki jaringan yang luas di bidang sosial, politik, dan kemasyarakatan sebagai modal utama seorang Kepala BIN.
"Dengan kemampuan dan kriteria diatas diiharapkan dapat memaksimalkan jaringannya yang luas itu untuk mensinerjikan BIN dengan berbagai institusi, dalam rangka membentengi Indonesia dari serangan dan gangguan keamanan baik yang datang dari dalam maupun luar negeri,"urainya.
"Badan Intelijen Negara (BIN) adalah garda terdepan dalam menjaga negara beserta rakyat dan seluruh tumpah darahnya," ungkap koordinator lapangan Kamerad Fajar Ardy Hidayatullah dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Sabtu (27/8/2016).
Menurut Fajar, untuk mengantisipasi ancaman terhadap kedaulatan bangsa dan negara baik dari dalam maupun luar negeri. Maka kinerja BIN akan sangat jelas terasa dampaknya, meski ciri dan karakter dinas intelijen bersifat senyap dan rahasia.
"Faktanya, sejak era Presiden Jokowi negara dan bangsa Indonesia justru terlihat dan terasa begitu rapuh, berbagai gangguan keamanan baik dari dalam maupun luar negeri kerap kali terjadi," ujarnya.
Fajar mencontohkan, peristiwa kerusuhan dan pembakaran tempat ibadah disertai bentrok antarwarga terjadi di berbagai belahan wilayah Indonesia.
Selain itu kata dia, serangan teroris juga terjadi tidak jauh dari Istana Negara. Serangan itu merupakan serentetan peristiwa ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia pada 14 Januari 2016.
"Begitu lemahnya kinerja aparat intelijen dalam upaya pencegahan gangguan keamanan dan pertahanan negara juga tercermin dari begitu mudahnya kejahatan terorganisir melakukan operasinya," ucapnya.
Di tempat yang sama, Ahmad Banyal dari Universitas Bung Karno menambahkan, kasus dan peristiwa di atas hanya sebagian saja dari banyak peristiwa dan kejadian yang tidak mampu diantisipasi oleh aparat intelijen kita.
"Hal tersebut semakin membuktikan bahwa kinerja Sutiyoso sebagai Kepala BIN sangat lemah," ucapnya. Ahmad menuturkan, masyarakat saat ini membutuhkan seorang kepala intelijen yang memiliki kapasitas, dan integritas dan profesional.
Serta memiliki paradigma modern tentang fungsi dan intelijen di era demokrasi, memiliki jaringan yang luas di bidang sosial, politik, dan kemasyarakatan sebagai modal utama seorang Kepala BIN.
"Dengan kemampuan dan kriteria diatas diiharapkan dapat memaksimalkan jaringannya yang luas itu untuk mensinerjikan BIN dengan berbagai institusi, dalam rangka membentengi Indonesia dari serangan dan gangguan keamanan baik yang datang dari dalam maupun luar negeri,"urainya.
(whb)