Kekerasan Tak Sesuai dengan Falsafah Idul Fitri

Kamis, 14 Juli 2016 - 14:29 WIB
Kekerasan Tak Sesuai dengan Falsafah Idul Fitri
Kekerasan Tak Sesuai dengan Falsafah Idul Fitri
A A A
JAKARTA - Idul Fitri dalam falsafah Jawa, ada tiga L. Pertama adalah Labur yaitu menghias diri, menutup berbagai perilaku buruk. Caranya dengan melakukan banyak kebajikan yang dapat menutup berbagai perilaku buruk.

Kedua adalah Lebur (melebur), yaitu menyatu dalam semesta, bagian dari masyarakat atau bisa dikatakan tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Ketiga adalah Luber, yaitu berbagi. Dalam perspektif agama, berbagi menjelang Idul Fitri lebih luas lagi.

“Dimulai dengan puasa, kemudian zakat fitrah yang mengandung simbol bahwa kita harus selalu memberi. Agar kembali pada hakikat manusia itu sendiri,” jelas Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Waryono Abdul Ghofur, Rabu, 13 Juli 2016. (Baca: Kota Kelahiran Jokowi, Bom Solo Diminta Jangan Dianggap Sepele)

Maka itu, menurutnya, serangkaian bom yang meledak menjelang Idul Fitri seperti di bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah dan bom bunuh diri di Masjid Nabawi, Madinah, juga bom bunuh diri yang menewaskan ratusan korban di sebuah pusat perbelanjaan di Baghdad, Irak, serta bom bunuh diri di Bandara Attaturk, Istanbul, Turki sangat tidak sesuai dengan makna Idul Fitri.

"Kekerasan bertentangan dengan makna Idul Fitri dan Islam itu sendiri. Idul Fitri itu kembali ke hakikat penciptaan kita sebagai manusia," ucapnya.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6989 seconds (0.1#10.140)