TNI Dinilai Perlu Respons Kabar Paspampres Beli Senjata Ilegal di Amerika

Sabtu, 09 Juli 2016 - 15:31 WIB
TNI Dinilai Perlu Respons...
TNI Dinilai Perlu Respons Kabar Paspampres Beli Senjata Ilegal di Amerika
A A A
JAKARTA - Kabar bahwa seorang Anggota US Army Audi Sumilat didakwa telah menyelundupkan senjata untuk Pasukan Pengaman Presiden dan Wakil Presiden (Paspampres) RI pada 2015 dinilai perlu direspons TNI. ‎Karena, menyangkut pernyataan seseorang dalam proses hukum.

‎"Saya rasa dugaan ini perlu diclearkan, terutama karena menyangkut pernyataan seseorang dalam pengadilan atau proses hukum," ujar‎ Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid‎ saat dihubungi wartawan, Sabtu (9/7/2016).

Menurut dia, jika pernyataan seorang Anggota US Army Audi Sumilat ‎itu tidak benar, maka TNI perlu membantahnya. "Karena menyangkut nama baik pasukan pengamanan presiden (Paspampres), kesatuan yang amat elit dengan tugas yang maha utama," ucap politikus Partai Golkar ini.

Sekadar informasi, Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Republik Indonesia diduga membeli senjata secara ilegal dari Amerika Serikat (AS). Padahal, lembaga tersebut tidak memiliki kewenangan untuk melakukan transaksi jual-beli senjata.

Kabar ini diketahui dari media asing di AS. New York Times mengulas Audi Sumilat (36) adalah anggota angkatan darat Negeri Paman Sam yang bertanggung jawab atas kasus penyelundupan senjata ini. Tidak hanya ke Indonesia, tetapi ia juga mendistribusikannya ke sejumlah negara, seperti Ghana, Kanada, dan Meksiko.

Kasusnya ini sekrang ditangani Pengadilan Negeri New Hampshire. Jika terbukti bersalah, maka Sumilat terancam hukuman maksimal lima tahun penjara dan sanksi administratif USD250 ribu atau Rp3,2 miliar. Vonisnya akan dijatuhkan pada Oktober 2016.

Bill Morse, asisten jaksa yang menangani perkara ini, mengungkapkan Sumilat sudah mengakui kesalahannya di persidangan. Dia juga mengaku bahwa dalam menjalankan aksinya dibantu oleh tiga anggota lain. Seorang dari mereka telah dijadwalkan lebih dulu, yakni pada 19 Juli 2016.

Penyelundupan itu direncanakan pada 2014, ketika mereka sama-sama diposkan dalam pelatihan militer di Fort Benning, Georgia. Senjata-senjata itu dibeli dari Texas untuk kemudian dia selundupkan ke dalam perahu dan dibawa kepada seorang rekannya yang sudah menunggu di New Hampshire.

Dari sana, senjata teresbut diantarkan ke penjaga yang hendak berkunjung ke Washington DC dan penjaga lain yang akan melakukan perjalanan ke Majelis Umum PBB yang berbasis di New York. Dari situlah, senjata-senjata itu diselundupkan keluar AS.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6489 seconds (0.1#10.140)