Pelaku Bom Bunuh Diri Mapolresta Surakarta Jaringan JAT Nusantara
A
A
A
JAKARTA - Nur Rohman (31), pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta, Solo, Jawa Tengah pada Selasa 5 Juli 2016 diduga kuat merupakan jaringan JAT Nusantara.
"Sudah diketahui pengebom dari kelompok JAT Nusantara, tinggal kita cocokkan hasil DNA keluarga dengan pelaku," ujar Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Kertopati kepada Sindonews, Kamis (7/7/2016).
Mantan anggota Komisi I DPR ini mengatakan, jika pelaku terindikasi anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) maka perlu dilihat kembali hal-hal yang terkait IS di Indonesia.
"Aspirasi IS bukan suatu yang baru. Karena dalam sejarah kita pun ada yang sejenis dengan Daulah Islamiyah (dalam lingkup nasional) yaitu gerakan Darul Islam atau NII yang pernah melahirkan berbagai gerakan pemberontakan di masa lalu," ucapnya.
Wanita yang akrab disapa Nuning ini menambahkan bahwa pendukung DI/NII masih hidup di antara kalangan masyarakat. Dengan demikian, apa yang disuarakan IS dapat mereka terima dan dukung, bahkan dianggap sebagai panggilan jihad.
"Saat ini harus waspadai tempat-tempat publik dan ibadah serta kantor-kantor polisi," tandasnya.
Nuning menilai, Polri tidak kecolongan dalam kasus tersebut. Sebab orang-orang yang dicurigai masuk ke Mapolresta Surakarta langsung diketahui dan dihentikan. Apalagi sudah ada perintah dari Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk meningkatkan pengamanan markas komando dari ancaman terorisme.
"Yang perlu menjadi catatan adalah mengapa Solo menjadi tempat pilihan pengeboman? Hal ini tentu suatu indikasi adanya beberapa variable perhitungan pelaku dan perencanaanya. Solo itu 'tepat' sebagai tempat pengeboman," tegasnya.
"Sudah diketahui pengebom dari kelompok JAT Nusantara, tinggal kita cocokkan hasil DNA keluarga dengan pelaku," ujar Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Kertopati kepada Sindonews, Kamis (7/7/2016).
Mantan anggota Komisi I DPR ini mengatakan, jika pelaku terindikasi anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) maka perlu dilihat kembali hal-hal yang terkait IS di Indonesia.
"Aspirasi IS bukan suatu yang baru. Karena dalam sejarah kita pun ada yang sejenis dengan Daulah Islamiyah (dalam lingkup nasional) yaitu gerakan Darul Islam atau NII yang pernah melahirkan berbagai gerakan pemberontakan di masa lalu," ucapnya.
Wanita yang akrab disapa Nuning ini menambahkan bahwa pendukung DI/NII masih hidup di antara kalangan masyarakat. Dengan demikian, apa yang disuarakan IS dapat mereka terima dan dukung, bahkan dianggap sebagai panggilan jihad.
"Saat ini harus waspadai tempat-tempat publik dan ibadah serta kantor-kantor polisi," tandasnya.
Nuning menilai, Polri tidak kecolongan dalam kasus tersebut. Sebab orang-orang yang dicurigai masuk ke Mapolresta Surakarta langsung diketahui dan dihentikan. Apalagi sudah ada perintah dari Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk meningkatkan pengamanan markas komando dari ancaman terorisme.
"Yang perlu menjadi catatan adalah mengapa Solo menjadi tempat pilihan pengeboman? Hal ini tentu suatu indikasi adanya beberapa variable perhitungan pelaku dan perencanaanya. Solo itu 'tepat' sebagai tempat pengeboman," tegasnya.
(kri)