Ade Komarudin Ingin Jadikan Soeharto Ikon Partai Golkar
A
A
A
JAKARTA - Lama tak muncul di muka publik, Keluarga Cendana turun gunung jelang pelaksanaan munas luar biasa (Munaslub) Partai Golkar yang bakal dibuka pada Sabtu, 14 Mei 2016 malam.
Hari ini, Tommy Soeharto dan Siti Hediati Hariadi atau akrab disapa Titiek Soeharto muncul dalam sebuah acara jumpa pers yang digelar calon ketua umum (Caketum) Partai Golkar nomor urut 1, Ade Komarudin (Akom) di sebuah hotel di Nusa Dua, Bali.
Tommy tampak mengenakan jas almamater Golkar warna kuning. Sementara Titiek, mengenakan baju dengan warna senada. Puluhan perempuan cantik pembawa poster bergambar Akom juga memeriahkan jumpa pers tersebut. Kala itu, Akom duduk diapit oleh Tommy dan Titiek. Sementara, tim sukses lainnya duduk berjajar di sebelah Tommy dan Titiek.
Sinyal dukungan Keluarga Cendana atas pencalonan Akom secara jelas disampaikan Tommy. Kesamaan visi dan misi menjadi salah satu alasan utama. "Keluarga memutuskan dukung Akom," kata Tommy, Jumat (13/5/2016).
Dukungan yang diberikan Keluarga Cendana kepada Akom bukan tanpa. Tommy menitipkan tanggung jawab kepada Akom agar memenangkan Golkar di pemilu 2019 jika terpilih menjadi ketua umum.
"Untuk itu, harus kerja keras dan segera rekonsiliasi," kata Tommy.
Dalam kesempatan itu, Akom berterimakasih atas dukungan yang diberikan Keluarga Cendana. Akom mengusulkan agar Presiden RI Ke-2 Soeharto menjadi ikon partai berlambang pohon beringin tersebut. Dia ingin menyerupai PDIP yang memiliki ikon yang dikenal masyarakat luas, yakni Presiden Soekarno.
"Partai Golkar harus hormati legacy Pak Harto dan ikon Golkar adalah Pak Harto. PDI Perjuangan punya ikon. Kenapa Golkar tidak buat Pak Harto sebagai ikon? Kita tidak bisa lepaskan peran bapak pembangunan tersebut. Kita pewarisnya harus bisa menjaga legacy," katanya.
Akom juga menuturkan bahwa pada zaman Orde Baru, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Soeharto mampu memenangkan Partai Golkar dengan doktrin kekaryaan untuk membangun masyarakat adil dan sejahtera.
Pria yang menjabat sebagai Ketua DPR ini menilai sosok Soeharto jauh dari konflik. Berbeda dengan apa yang telah dilalui Partai Golkar dalam 1,5 tahun terakhir.
Selain itu juga, Akom mengkritik Pemerintahan Jokowi-JK yang belum melakukan pembangunan berkelanjutan sebagaimana dilakukan Soeharti dengan Repelitanya (Rencana Pembangunan Lima Tahunan).
"Pak Harto tidak pernah mengenal perpecahan, tapi harmonisasi. Kita harus dalami konsep negara kesejahteraan. Kita belajar dari Pak Harto tentang GBHN dan Repelita," katanya.
Hari ini, Tommy Soeharto dan Siti Hediati Hariadi atau akrab disapa Titiek Soeharto muncul dalam sebuah acara jumpa pers yang digelar calon ketua umum (Caketum) Partai Golkar nomor urut 1, Ade Komarudin (Akom) di sebuah hotel di Nusa Dua, Bali.
Tommy tampak mengenakan jas almamater Golkar warna kuning. Sementara Titiek, mengenakan baju dengan warna senada. Puluhan perempuan cantik pembawa poster bergambar Akom juga memeriahkan jumpa pers tersebut. Kala itu, Akom duduk diapit oleh Tommy dan Titiek. Sementara, tim sukses lainnya duduk berjajar di sebelah Tommy dan Titiek.
Sinyal dukungan Keluarga Cendana atas pencalonan Akom secara jelas disampaikan Tommy. Kesamaan visi dan misi menjadi salah satu alasan utama. "Keluarga memutuskan dukung Akom," kata Tommy, Jumat (13/5/2016).
Dukungan yang diberikan Keluarga Cendana kepada Akom bukan tanpa. Tommy menitipkan tanggung jawab kepada Akom agar memenangkan Golkar di pemilu 2019 jika terpilih menjadi ketua umum.
"Untuk itu, harus kerja keras dan segera rekonsiliasi," kata Tommy.
Dalam kesempatan itu, Akom berterimakasih atas dukungan yang diberikan Keluarga Cendana. Akom mengusulkan agar Presiden RI Ke-2 Soeharto menjadi ikon partai berlambang pohon beringin tersebut. Dia ingin menyerupai PDIP yang memiliki ikon yang dikenal masyarakat luas, yakni Presiden Soekarno.
"Partai Golkar harus hormati legacy Pak Harto dan ikon Golkar adalah Pak Harto. PDI Perjuangan punya ikon. Kenapa Golkar tidak buat Pak Harto sebagai ikon? Kita tidak bisa lepaskan peran bapak pembangunan tersebut. Kita pewarisnya harus bisa menjaga legacy," katanya.
Akom juga menuturkan bahwa pada zaman Orde Baru, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Soeharto mampu memenangkan Partai Golkar dengan doktrin kekaryaan untuk membangun masyarakat adil dan sejahtera.
Pria yang menjabat sebagai Ketua DPR ini menilai sosok Soeharto jauh dari konflik. Berbeda dengan apa yang telah dilalui Partai Golkar dalam 1,5 tahun terakhir.
Selain itu juga, Akom mengkritik Pemerintahan Jokowi-JK yang belum melakukan pembangunan berkelanjutan sebagaimana dilakukan Soeharti dengan Repelitanya (Rencana Pembangunan Lima Tahunan).
"Pak Harto tidak pernah mengenal perpecahan, tapi harmonisasi. Kita harus dalami konsep negara kesejahteraan. Kita belajar dari Pak Harto tentang GBHN dan Repelita," katanya.
(kri)