Jadi Kuda Hitam, Airlangga Dinilai Bisa Jegal Akom di Munaslub
A
A
A
JAKARTA - Pengamat IndoStrategi Pangi Syarwi Chaniago menilai, ada sejumlah calon ketua umum Partai Golkar yang masuk deretan kuda hitam. Namun, posisi mereka dianggap akan merepotkan bahkan mampu menjegal calon kuat lainnya.
Menurut Pangi, ada dua kekuatan besar yang saling memengaruhi konstelasi politik Golkar jelang Munaslub mendatang, yakni kekuatan yang digawangi Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tanjung.
JK dengan instrumen kekuasaan dan uang disebutnya akan mendorong Ketua DPR Ade Komarudin (Akom) untuk menjadi Golkar satu. Di sisi lain, Akbar Tanjung bisa memunculkan dari calon yang masuk deretan kuda hitam. Sampai saat ini, Airlangga Hartanto disebut-sebut telah mendapat restu dari tokoh senior Golkar tersebut.
Pangi berpandangan, dalam spektrum politik situasinya akan mudah berubah dan dinamis. Katanya, bukan tidak mungkin Akbar Tanjung akan 'bermain mata' dengan Megawati Soekarnoputri dan pihak Istana untuk menjegal pencalonan Akom yang disebut-sebut direstui JK.
"Bukan tidak mungkin Akbar Tanjung sedang menyiapkan siasat politik pasca beliau ditinggalkan JK ketika Mukernas Golkar," ujar Pangi kepada Sindonews, Minggu (28/2/2016).
Dinilainya, bagaimanapun juga secara politik JK dan Akbar tidak sejalan di Golkar. Hal itu terbukti ketika pada Munas Bali dimana yang awalnya Akbar mendapat dukungan dari DPD I dan II, kemudian berbelok dukungan pengurus daerah tersebut kepada JK.
Di sisi lain, kata Pangi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tidak menghendaki JK mengantongi kekuatan dan dukungan penuh dari Golkar jika berhasil menggolkan Akom menjadi Ketua Umum.
"Spektrum politik seperti itu beririsan dengan kecemasan Presiden Jokowi kalau JK memegang kendali Golkar lewat Akom, ini berpotensi menjadikan JK matahari kedua, sehingga bisa menenggelamkan figur Presiden Jokowi," tuturnya.
Karenanya, dosen pengajar UIN Jakarta itu mengamati, langkah Akom dan JK tidak akan mulus, jika Akbar 'bermain mata' dengan kekuatan Istana melalui restu partai pendukungnya, khususnya 'restu' Megawati Soekarnoputri.
"Bukan tidak mungkin Akom berhasil dijegal lewat Airlangga Hartanto. Misalnya, Akom orang JK yang mengancam eksistensi presiden Jokowi ketika JK semakin menguat. Maka bisa saja kuda hitam tersebut justru yang lolos jadi ketua umum Golkar," pungkasnya.
PILIHAN:
Lemah dan Tak Berdaya, Alasan Anak Jadi Sasaran Pelecahan Seksual
80% Penularan LGBT Akibat Faktor Non Genetik
Menurut Pangi, ada dua kekuatan besar yang saling memengaruhi konstelasi politik Golkar jelang Munaslub mendatang, yakni kekuatan yang digawangi Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tanjung.
JK dengan instrumen kekuasaan dan uang disebutnya akan mendorong Ketua DPR Ade Komarudin (Akom) untuk menjadi Golkar satu. Di sisi lain, Akbar Tanjung bisa memunculkan dari calon yang masuk deretan kuda hitam. Sampai saat ini, Airlangga Hartanto disebut-sebut telah mendapat restu dari tokoh senior Golkar tersebut.
Pangi berpandangan, dalam spektrum politik situasinya akan mudah berubah dan dinamis. Katanya, bukan tidak mungkin Akbar Tanjung akan 'bermain mata' dengan Megawati Soekarnoputri dan pihak Istana untuk menjegal pencalonan Akom yang disebut-sebut direstui JK.
"Bukan tidak mungkin Akbar Tanjung sedang menyiapkan siasat politik pasca beliau ditinggalkan JK ketika Mukernas Golkar," ujar Pangi kepada Sindonews, Minggu (28/2/2016).
Dinilainya, bagaimanapun juga secara politik JK dan Akbar tidak sejalan di Golkar. Hal itu terbukti ketika pada Munas Bali dimana yang awalnya Akbar mendapat dukungan dari DPD I dan II, kemudian berbelok dukungan pengurus daerah tersebut kepada JK.
Di sisi lain, kata Pangi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tidak menghendaki JK mengantongi kekuatan dan dukungan penuh dari Golkar jika berhasil menggolkan Akom menjadi Ketua Umum.
"Spektrum politik seperti itu beririsan dengan kecemasan Presiden Jokowi kalau JK memegang kendali Golkar lewat Akom, ini berpotensi menjadikan JK matahari kedua, sehingga bisa menenggelamkan figur Presiden Jokowi," tuturnya.
Karenanya, dosen pengajar UIN Jakarta itu mengamati, langkah Akom dan JK tidak akan mulus, jika Akbar 'bermain mata' dengan kekuatan Istana melalui restu partai pendukungnya, khususnya 'restu' Megawati Soekarnoputri.
"Bukan tidak mungkin Akom berhasil dijegal lewat Airlangga Hartanto. Misalnya, Akom orang JK yang mengancam eksistensi presiden Jokowi ketika JK semakin menguat. Maka bisa saja kuda hitam tersebut justru yang lolos jadi ketua umum Golkar," pungkasnya.
PILIHAN:
Lemah dan Tak Berdaya, Alasan Anak Jadi Sasaran Pelecahan Seksual
80% Penularan LGBT Akibat Faktor Non Genetik
(kri)