Kemhan Lanjutkan Pembangunan Pesawat Tempur

Kamis, 07 Januari 2016 - 15:14 WIB
Kemhan Lanjutkan Pembangunan Pesawat Tempur
Kemhan Lanjutkan Pembangunan Pesawat Tempur
A A A
JAKARTA - Program pembangunan pesawat tempur IFX/KFX memasuki babak baru dengan ditandatanganinya kontrak Cost Share Agreement (CSA) antara Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia Ryamizard Ryacudu bersama Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin.

Hal ini menandai dimulainya pelaksanaan tahap kedua atau Engineering and Manufacturing Development (EMD). Kedua belah pihak juga menandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) yang diwakili oleh Dirut PT. DI Budi Santoso dan President and CEO KAI Ltd, Mr Ha Sung Yong.

"Pengembangan pespur IFX/KFX ini merupakan kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan. Kerja sama ini akan meningkatkan kualitas hubungan baik kedua negara sekaligus meningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam mengadakan alutsista secara mandiri," ujar Ryamizard, di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Kamis (07/1/2016).

Menurutnya, Indonesia sebagai negara besar nomor tiga di dunia, sudah saatnya mampu membuat pesawat tempur sendiri. Sehingga negara ini mempunyai kekuatan lengkap yang handal di laut, darat juga di udara.

"Kalau tidak sekarang mau kapan lagi, kalau beli terus semua juga bisa, tapi kalau membuat tidak semua orang bisa. Negara besar kok beli-beli melulu, kan nggak lucu namanya," ujarnya.

Dia menambahkan, anggaran untuk mengembangkan pesawat tempur tersebut dilakukan secara bersama. Indonesia sendiri menggelontorkan anggaran sekitar Rp18 triliun atau 20% dari total anggaran pembuatan pesawat.

"Pembuatan satu-satu dulu, satu di sana (Korea), dua di sana kemudian satu di sini (Indonesia). Awalnya 20% nanti kalau di sini 80% nya dibuat oleh ahli dari Indonesia. Total pembuatan pesawat ini dua skadron, ditargetkan selesai sampai 2025," jelasnya.

Disinggung soal teknologi Korea yang masih diragukan menyusul jatuhnya pesawat T-50i Golden Eagle, di Yogyakarta beberapa waktu lalu, mantan KSAD ini menjelaskan, kecelakaan pesawat sangat berkaitan dengan sejumlah faktor. Dia menyebutkan, faktor cuaca, human, mesin dan sebagainya.

"Pesawat mana di dunia yang enggak jatuh, pesawat Concorde yang canggih saja jatuh. Jadi jangan melihat jatuhnya. Tidak jadi masalah itu, kita belajar dan terus disempurnakan," ucapnya.

Namun, diakuinya pembuatan pesawat tempur tidak mudah dan membutuhkan dukungan dari semua pihak. Tapi, dirinya optimistis pembuatan pesawat IFX/KFX akan sukses. Apalagi, pesawat tempur generasi 4,5 ini memiliki teknologi semi siluman mengungguli kemampuannya pesawat F-16 yang merupakan pesawat tempur generasi keempat.

Sementara itu, Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin, mengucapkan terima kasih dengan peningkatan kerja sama ini. Baginya kerja sama ini menunjukkan kedua negara telah melaksanakan kerja sama industri pertahanan tingkat tinggi, karena untuk membangun ini harus didasarkan pada kepercayaan kedua negara dan pemahaman strategis bersama.

"Proyek pesawat IFX/KFX ini adalah proyek yang memakan anggaran terbesar dari apa yang kami lakukan selama ini yakni 80% dari total pembuatan pesawat, karena itu akan menyukseskan proyek ini," tandas Chang.

Chang Myoungjin menilai, penandatanganan ini merupakan tonggak dimulainya kerja sama antara ilmuwan Indonesia dan Korea Selatan. Untuk itu, pihaknya mengharapkan dukungan penuh dari semua pihak yang hadir di sini. "Saya sebagai penanggung jawab penuh dalam proyek ini, yaitu sebagai Kepala DAPA saya sangat optimis akan kesuksesan dari proyek ini," tukasnya.

Baca: Indonesia di Pusaran Konflik Laut China Selatan.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6808 seconds (0.1#10.140)