Kronologi Singkat Tercetusnya Tiga Poin Sumpah Pemuda
A
A
A
BERBICARA mengenai pemuda-pemudi sama halnya dengan mengulik kembali tentang sejarah panjang sebuah bangsa. Keterlibatan pemuda dalam perkembangan suatu bangsa merupakan satu sisi yang tak bisa terpisahkan.
Indonesia yang telah merdeka selama 70 tahun, tak lepas dari peran pemuda. Bahkan titik kebangkitan utama pemuda pernah diikrarkan dengan Sumpah Pemuda. Momentum ini bisa disebut sebagai generasi emas pemuda Indonesia.
Lahirnya Sumpah Pemuda berawal dari Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27 dan 28 Oktober 1928. Kegiatan ini menjadi refleksi dari fenomena yang terjadi saat itu.
Kongres Pemuda II ini digelar dalam tiga sesi di tiga tempat berbeda di Jakarta oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang diketuai Sugondo Djojopuspito, dengan anggota pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan tiga tempat yang dijadikan tempat pergelaran Kongres Pemuda itu yakni pada rapat pertama, Sabtu 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein yang lebih dikenal dengan Lapangan Banteng.
Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop di Jalan Medan Merdeka Utara. Kemudian pada rapat ketiga atau rapat penutup, dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Ketiga tempat ini berlokasi di Jakarta Pusat.
Sejumlah perwakilan pemuda turut hadir dalam Kongres Pemuda tersebut. Di antaranya, Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dan sebagainya.
(Baca juga: Banyak Generasi Bangsa Tak Hafal Isi Sumpah Pemuda)
Tidak ketinggalan beberapa pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Berbekal Kongres Pemuda ini lahirlah tiga keputusan penting mengenai komitmen pemuda-pemudi Indonesia terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Berikut tiga poin Sumpah Pemuda:
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedua:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Selain itu yang patut dicatat dalam peristiwa ini adalah, untuk pertama kali lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, meski sempat dilarang oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tak gentar dan tetap menyanyikannya.
(Baca juga: Pemimpin Negeri Ini Harus Belajar dari Pemuda 87 Tahun Silam)
Lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf (WR) Soepratman ini, juga dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 oleh surat kabar Sin Po, dengan menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Namun apa yang terjadi setelah tanggal 28 Oktober 1928? Peristiwa 87 tahun itu perlahan pudar di benak pemuda-pemudi masa kini.
Fakta itu terungkap lewat survei yang dilakukan Litbang Koran SINDO, sebanyak 74% menyatakan hanya tahu sebagian saja dari keseluruhan naskah Sumpah Pemuda. Sedangkan yang mampu menjelaskan secara lengkap isi Sumpah Pemuda sebanyak 4% saja.
Tapi ketika dikonfirmasi mengenai kapan tepatnya Sumpah Pemuda ini diperingatkan, ternyata 23% responden menyatakan tidak tahu. Sementara 77% bisa menyebutkan dengan tepat tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Semoga dengan Hari Sumpah Pemuda bisa memberi semangat baru bagi generasi muda, mahasiswa, pelajar maupuan organisasi kepemudaan lainnya, untuk berjibaku membangun kembali kesatuan dan menjadikan Indonesia negara yang bermartabat.
Indonesia yang telah merdeka selama 70 tahun, tak lepas dari peran pemuda. Bahkan titik kebangkitan utama pemuda pernah diikrarkan dengan Sumpah Pemuda. Momentum ini bisa disebut sebagai generasi emas pemuda Indonesia.
Lahirnya Sumpah Pemuda berawal dari Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27 dan 28 Oktober 1928. Kegiatan ini menjadi refleksi dari fenomena yang terjadi saat itu.
Kongres Pemuda II ini digelar dalam tiga sesi di tiga tempat berbeda di Jakarta oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang diketuai Sugondo Djojopuspito, dengan anggota pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan tiga tempat yang dijadikan tempat pergelaran Kongres Pemuda itu yakni pada rapat pertama, Sabtu 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein yang lebih dikenal dengan Lapangan Banteng.
Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop di Jalan Medan Merdeka Utara. Kemudian pada rapat ketiga atau rapat penutup, dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Ketiga tempat ini berlokasi di Jakarta Pusat.
Sejumlah perwakilan pemuda turut hadir dalam Kongres Pemuda tersebut. Di antaranya, Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dan sebagainya.
(Baca juga: Banyak Generasi Bangsa Tak Hafal Isi Sumpah Pemuda)
Tidak ketinggalan beberapa pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Berbekal Kongres Pemuda ini lahirlah tiga keputusan penting mengenai komitmen pemuda-pemudi Indonesia terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Berikut tiga poin Sumpah Pemuda:
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedua:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Selain itu yang patut dicatat dalam peristiwa ini adalah, untuk pertama kali lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, meski sempat dilarang oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tak gentar dan tetap menyanyikannya.
(Baca juga: Pemimpin Negeri Ini Harus Belajar dari Pemuda 87 Tahun Silam)
Lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf (WR) Soepratman ini, juga dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 oleh surat kabar Sin Po, dengan menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Namun apa yang terjadi setelah tanggal 28 Oktober 1928? Peristiwa 87 tahun itu perlahan pudar di benak pemuda-pemudi masa kini.
Fakta itu terungkap lewat survei yang dilakukan Litbang Koran SINDO, sebanyak 74% menyatakan hanya tahu sebagian saja dari keseluruhan naskah Sumpah Pemuda. Sedangkan yang mampu menjelaskan secara lengkap isi Sumpah Pemuda sebanyak 4% saja.
Tapi ketika dikonfirmasi mengenai kapan tepatnya Sumpah Pemuda ini diperingatkan, ternyata 23% responden menyatakan tidak tahu. Sementara 77% bisa menyebutkan dengan tepat tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Semoga dengan Hari Sumpah Pemuda bisa memberi semangat baru bagi generasi muda, mahasiswa, pelajar maupuan organisasi kepemudaan lainnya, untuk berjibaku membangun kembali kesatuan dan menjadikan Indonesia negara yang bermartabat.
(maf)