Ini Bakal Pahlawan untuk Indonesia 2015
A
A
A
JAKARTA - MNC Group pada tahun ini kembali menggelar Pahlawan untuk Indonesia (PUI). Ini merupakan acara penghargaan kepada orang-orang yang berperan besar memberikan dampak baik bagi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.
"Karena Indonesia membutuhkan sosok seperti itu. Peduli terhadap sesama," kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo saat melakukan launching MNC Pahlawan untuk Indonesia (MPUI) di Financial Center, Kompleks MNC, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa 22 September pekan lalu.
MPUI 2015 adalah perhelatan yang ke-4 setelah sukses diadakan sejak tahun 2011. Berbeda dari tahun sebelumnya, MPUI 2015 akan disiarkan langsung oleh 4 TV; MNCTV, RCTI, Global TV, dan Inews.
10 penghargaan Pahlawan untuk Indonesia dari berbagai bidang di Indonesia akan diserahkan kepada nominasi terbaik yang telah dipilih oleh juri-juri yang kapabel. Jajaran juri sebagai berikut.
1. Hary Tanoesoedibjo (Juri Kehormatan)
2. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (Juri Kehormatan)
3. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir (Juri Eksternal)
4. Rektor Universitas Paramadina Firmanzah (Juri Eksternal)
5. Pakar teknologi Betty Alisjahbana (Juri Eksternal)
Sebanyak 26 bakal calon penerima penghargaan telah disaring. Mereka dikelompokkan dalam beberapa kategori, yakni Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan, Olahraga, Kewirausahaan, Inovasi Teknologi, Pekerja, Hukum dan Keadilan, Budaya, Pelayanan Publik.
Mereka akan dinilai para juri berdasarkan:
1. Orisinalitas: “Sejauhmana kegiatan Kandidat mempunyai keunikan dibandingkan dengan aktivitas sosial yang pernah ada selama ini?
2. Kreativitas: “Sejauhmana kandidat bisa mengembangkan ide menjadi hal-hal yang baru”
3. Manfaat: “Seberapa besar dan luas manfaat kegiatan kandidat bagi orang banyak? Dan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan kandidat untuk melakukan kegiatan ini.”
4. Pengembangan dan kesinambungan: “Sejauhmana ide dan kegiatan kandidat bisa dikembangkan di kelompok masyarakat lain. Selain itu bagaimana kemandirian kandidat untuk bisa melanjutkan aktivitasnya, kemampuan untuk menjalankan tanpa tergantung pada pihak lain, terutama dari segi dana.
5. Pengabdian dan pengorbanan: “Sejauh mana totalitas pengabdian kandidat, mengorbankan banyak hal untuk tetap melakukan aktivitas sosialnya. Ini juga menyangkut loyalitas terhadap kegiatan yang dilakukan secara untuk jangka waktu yang cukup lama”
6. Perluasan lebih berunsur pop dan info yang updated: seperti pemenang olympiade dan current.
Berikut 26 bakal calon penerima penghargaan Pahlawan untuk Indonesia 2015.
KATEGORI LINGKUNGAN
Nama : I Wayan Suarbawa
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Nusa Penida, Bali
Bidang : Lingkungan Hidup
"Penjaga Laut Nusa Penida"
Pria kelahiran Nusa Lembongan, 11 Maret 1972 silam sejak kecil telah menjaga pelestarian lingkungan seperti terumbu karang, mangrove hingga satwa laut.
Suarbawa aktif mengedukasi dengan gerakan hutan sejuta pohon, untuk melestarikan dan menghijaukan Nusa penida. Tamatan Fakultas Sastra Universitas Udayana ini, menjadi petani rumput laut, budidaya hingga menjual.
Jika harga rumput laut anjlok, Suarbawa meminta kelompok ibu mengolah menjadi makanan seperti kerupuk, dodol, hingga minuman untuk dijual.
Nama : Pujo Arto
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Tlogoweru, Demak, Jawa Tengah
Bidang : Lingkungan & Pertanian
“Burung Hantu Sahabat Petani”
Pujo Arto warga desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Demak, Jawa tengah, sejak tahun 2010 memprakarsai pembiakan burung hantu jenis tyto alba.
Awalnya satu pasang burung pemakan tikus sawah tersebutditempatkan ke areal pertanian. Karena dinilai efektif membantu petani, gagasan ini kemudian dikembangkan dengan membangunkan rumah karantina untuk pengembangbiakan burung hantu.
Hasil budidaya burung hantu yang ditekuni kelompok tani Desa Tlogoweru juga dibeli oleh kelompok-kelompok tani dari daerah lain, bahkan pemasarannya meluas hingga luar pulau.
Nama : Robeka Rumainum
Umur : 54 Tahun
Lokasi : Samubasa, Nabire, Papua
Bidang : Lingkungan
“Melestarikan Tanaman Pangan Lokal”
Dia berhasil mengembangkan tanaman pangan lokal Sera’e, memimpin kelompok tani yang semuanya janda untuk berkebun. Mama Robeka selalu mendapat cibiran karena di Samabusa tidak ada wanita yang berkebun.
Cibiran yang dulu dia terima, kini memudar seiring keberhasilan dari kerja kerasnya. Dia kembali memopulerkan tanaman Sera’e asli Samabusa.
KATEGORI KESEHATAN
Nama : Bidan Maria Yasinta Lowa
Umur : 39 Tahun
Lokasi : Desa Bantala, Larantuka, Flores Timur, NTT
Bidang : Kesehatan
“Putaran Roda Penolong Nyawa”
Kondisi geografis yang berbukit dan jalan terjal, menjadi salah satu faktor tingginya angka kematian ibu dan bayi di Larantuka. Sebagai wanita, Bidan Maria Yasinta Lowa atau yang lebih dikenal dengan nama Bidan Yanti tak ragu mengendarai motor besar, demi mempercepat langkahnya memberikan pelayanan kesehatan.
Dengan menggunakan sepeda motor pekerjaan Bidan Yanti terbantu, wilayah kerjanya sangat luas ada 6 dusun. Apalagi untuk menolong persalinan yang membutuhkan kecepatan. Bidan Yanti mempunyai prinsip, “Terlambat 1 menit nyawa melayang, apapun yang terjadi saya harus bisa.”
Nama : Luh Putu Upadisari
Umur : 46 Tahun
Lokasi : Pasar Badung, Denpasar, Bali
Bidang : Kesehatan
“Dokter Pasar”
Bermula dari seringnya bertemu dengan pedagang perempuan di Pasar Badung yang sering mengeluh sakit, dokter Sari berinisiatif untuk membuka praktik di dalam area Pasar Badung.
Kini setiap bulannya, klinik yang dikelola dokter Sari bisa melayani 500 pasien yang kebanyakan pedagang, dan buruh pasar. Dokter Sari kini melebarkan sayapnya dengan ikut andil dalam pemberantasan HIV/AIDS di kalangan remaja di wilayah Denpasar.
Nama : Jamiin
Umur : 52 Tahun
Lokasi : Sumbermulyo, Jombang, Jawa Timur
Bidang : Sosial
“Merangkul Jiwa-jiwa Kembara”
Sejak 2003, Jamiin merasa terpanggil untuk menolong dan merawat para penderita gangguan jiwa.Rumah yang berdiri di atas tanah pribadinya seluas 6.500 meter persegi, ia gunakan untuk menampung dan merawat para penderita gangguan jiwa.
Pada 2005, ia membangun yayasan dengan nama Yayasan Penuh Warna. Namun, karena hanya bersifat sosial, satu per satu pengurus yayasan meninggalkannya bersama 113 orang penderita gangguan jiwa.
Kendati sempat kebingungan bagaimana harus menghidupi mereka, Jamiin terus bekerja keras merawat para “anak asuhnya” dari hasil berkebun dan mendirikan sebuah warung makan.
KATEGORI PENDIDIKAN
Nama : Kiswanti
Umur : 45 Tahun
Lokasi : Parung, Bogor, Jawa Barat
Bidang : Pendidikan
“Mendirikan Perpustakaan Gratis”
Memiliki kurang lebih 2.500 buku yang ia koleksi sejak tahun 1980-1987, ia berangan-angan memiliki perpustakaan yang bisa diakses gratis oleh siapa saja.
Kiswanti sadar arti penting pendidikan bagi semua orang. Akhirnya ia menjual motor milik suaminya, dan merelakan tabungan biaya kuliah anaknya untuk mendirikan perpustakaan yang gratis, dan bisa diakses oleh anak-anak di wilayahnya. Perpustakaan itu ia beri nama “Warung Baca Lebak Wangi”.
Kiswanti sudah membuktikannya. Dengan menyediakan ruangan berukuran 45 meter persegi di sisi kiri rumahnya yang dibuka 24 jam, bergantian masyarakat dari kelompok umur yang berbeda mendatangi tempat tersebut.
Pagi mengenalkan huruf dan angka kepada anak usia 3-5 tahun, petang giliran anak usia sekolah (7-10 tahun) belajar agama dan belajar kelompok, malam tempat berkumpul remaja 10-18 tahun belajar berkelompok.
Tak hanya itu. Para ibu-ibu mendatangi tempat ini di sela-sela waktu mereka mengurus rumah tangga. Dari serangkaian aktivitas tersebut menunjukkan, kehadiran Taman Bacaan Warabal telah menumbuhkan budaya baca masyarakat.
Nama : Nadam Dwi Subekti
Umur : 39 Tahun
Lokasi : Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat
Bidang : Pendidikan
“Mendidik Anak-anak Pemulung”
Penggagas berdirinya Sekolah Alam Tunas Mulia yang memberikan pendidikan secara gratis kepada anak anak pemulung di Bantar Gebang, Bekasi. Sekolah yang berkonsep alam dan pendekatan manusiawi.
Memberikan pendidikan dari tingkat PAUD sampai SMP pada 100 anak didiknya. Sistem belajar mengajar sekolah ini mengikuti program kejar Paket A dan B karena variasi umur.
Nama : Kuswanto Nurhadi
Umur : 55 Tahun
Lokasi : Solo, Jawa Tengah
Bidang : Pendidikan
“Pelita dalam gulita”
Sejak tahun 1994, Kuswanto mendirikan TPA khusus penyandang Tuna Netra Al-Ikhwan, di Solo, Jawa Tengah. Terdorong atas keprihatinannya melihat masih rendahnya kurikulum SLB yang mengajarkan agama, Kuswanto kemudian merelakan hartanya berupa tanah dan rumah, untuk membangun TPA khusus penyandang tuna netra secara gratis.
Pengajarnya pun kebanyakan merekrut penyandang tuna netra. Bekerja sebagai dosen teknik di UTS, kuswanto juga membuka usaha air kemasan isi ulang, untuk membiayai kegiatan TPA-nya.
KATEGORI OLAH RAGA
Nama : Yon Daryono
Umur : 69 Tahun
Lokasi : Salatiga, Jawa tengah
Bidang : Olah raga
“Semangat dari Salatiga”
Nama Yon Daryono sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga di Indonesia, khususnya atletik. Melambungnya nama Salatiga di mata nasional bahkan internasional salah satunya dari prestasi olah raga atletik yang lahir di antaranya dari klub Dragon Salatiga yang didirikan Yon Daryono ini.
Melalui klub yang bermarkas di Stadion Kridanggo Salatiga ini, sudah mencetak atlet sekaliber Asia seperti Suryati juara marathon Asia, Heny Melon (juara Asia lari 1.500m), Erny Ulatningsih, dan lainnya. Kejayaan mereka terjadi mulai tahun 1980-an hingga 2000-an.
Seiring perjalanan waktu, Dragon meredup sejak tahun 2004. Kondisi kesehatan Yon sendiri menurun. Harta bendanya pun habis untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Dragon pun menjadi vakum.
Kini kesehatan Yon Daryono mulai membaik. Meski dimakan usia, semangat Yon untuk mencetak atlet seperti dahulu kala kini tumbuh lagi.
Klub Dragon kembali membina puluhan atlet yunior. Salah seorang atlet yang berprestasi adalah Destiana Azzani Pasai (Azza) yang meraih perak nomor jalan cepat dalam pekan Olah Raga Pelajar Nasional (Popnas) di Jakarta tahun 2013.
Nama : Lindswell Kwok
Umur : 24 Tahun
Lokasi : Medan, Sumatera Utara
Bidang : Olah Raga
“Medali untuk Negeri”
Atlet Wushu, Lindswell Kwok berhasil menyumbangkan medali emas pada pesta olah ragaSEA Games 2015di Singapura. Perempuan kelahiran 24 September 1991 itu tampil pada urutan ketiga, ia berhasil meraih 9,72 poin.
Skor Lindswell 0,01 poin lebih tinggi dari runner up,Ling Wee atlet Wushu Singapura. Di SEA Games 2015, ia tampil begitu memukau dengan gerakan-gerakan wushunya yang lincah.
Nama : Marini
Umur : 37 Tahun
Lokasi : DKI Jakarta
Bidang : Olahraga
“Medali Istimewa dari yang Istimewa”
Sejak tahun 2003, tertarik melihat anak-anak berkebutuhan khusus yang selalu riang, tak pernahh mengeluh, dengan segala keterbatasan mereka. Sebagai atlet berkebutuhan khusus melatih mereka membutuhkan kesabaran tinggi, harus menggunakan hati, dan yang paling penting adalah berusaha menjadi bagian dari anak-anak didiknya itu.
Marini berkorban meninggalkan kelaurga untuk fokus melatih atlet-atletnya. Dia pun kerap diprotes anak-anaknya, apalagi untuk persiapan Special Olympics di Amerika. Namun prestasi demi prestasi akhirnya dia didukung keluarga.
Marini yakin bahwa, atlet-atlet yang berkebutuhan khusus harus tetap mendapat dukungan dari semua pihak. “Mereka sudah membuktikan kepada Tanah Air, sudah memberikan medali emas, karena itulah mereka pantas disejajarkan dengan atlit-atlit yang melegenda.”
KATEGORI KEWIRAUSAHAAN
Nama : Wa Ode Sabariah
Umur : 44 Tahun
Lokasi : Desa Poogalampa Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
Bidang : Kewirausahaan
“Koperasi Penguat Ekonomi Petani”
16 tahun sudah Koperasi BUKP MATA MOSOBU didirikan, awalnya dari sebuah arisan desa dengan tujuan mengelola keuangan rumah tangga warga desa dengan baik. 50% dana koperasi ini untuk biaya pendidikan, 30% untuk modal usaha dan 20% untuk biaya perbaikan tempat tinggal.
Saat ini banyak petani dan nelayan yang sudah menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Nama : Eko Mulyadi
Umur : 38 Tahun
Lokasi : Desa Karang Patihan, Ponorogo, Jawa Timur
Bidang : Kewirausahaan
“Pemberdaya Tuna Grahita”
Desa Karang Patihan dicap sebagai “kampung idiot” karena banyak warga berkebutuhan khusus. Pemuda lulusan sekolah menengah atas itu berhasil mengajak para pengidap down syndrome (keterbelakangan mental) menjadi mandiri.
Eko memberdayakan sekitar 98 penyandang tuna grahita yang ada di desanya dengan mengajarkan hidup mandiri, mengurangi ketergantungan diri pada orang lain maupun lingkungannya. Sebuah impian yang sempat mendapat cemoohan dari sebagian masyarakat.
Dengan keteguhan dan dukungan warga lainnya, Eko berhasil membuat mandiri para penyandang gangguan intelektual itu melalui medium budidaya ikan lele.
Nama : Sunardi
Umur : 41 Tahun
Lokasi : Binjai, Sumatera Utara
Bidang : Kewirausahaan
“Pemberdaya Manusia Terbuang”
Sudah 6 tahun melakukan penakaran benih dan jambu madu deli di lahan seluas 120 hektar di kawasan Binjai, Sumatera Utara.
Setelah berjalan 2 tahun Sunardi merangkul 60 anak-anak korban narkoba, kriminal, dalam wadah “pondok bengkel hijau nursery” untuk terlibat dalam kegiatan perkebunan.
Tak berhenti sampai di situ, Sunardi juga mendirikan TPA sebagai tempat pembelajaran Alquran, karena keprihatinannya melihat banyak anak muda dan orang tua yang tidak bisa baca Quran.
KATEGORI INOVASI TEKNOLOGI
Nama : Miswan Edy Susanto
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat
Bidang : Inovasi Teknologi dan Lingkungan
“Cahaya di Kayong Utara”
Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, masih mengalami krisis listrik. Itu juga terjadi secara umum di 14 kabupaten/kota di Kalbar. Tidak heran jika pemadaman bergilir kerap kali terjadi. Bahkan, hampir setiap hari.
Jangankan untuk keperluan industri, untuk penerangan rumah tangga saja jauh dari memadai. Hal itulah yang menggugah Miswan Edy Susanto atau yang akrab disapa Poltak membuat listrik bertenaga air (mikrohidro).
Nama : Syammahfuz Chazali
Umur : 31 Tahun
Lokasi : Bulaksumur, Yogyakarta
Bidang : Inovasi Teknologi
“Pundi-pundi dari Kotoran Sapi”
Kotoran itu anugerah yang indah. Barangkali begitu yang ada di benak Syammahfuz Chazali. Tentu saja bukan bentuknya yang indah atau aromanya yang semerbak.
Di mana-mana kotoran dipandang sebagai limbah yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Fakta inilah yang menggelitik Syam. Ia mengolah dan mengangkat harkat kotoran sapi ini menjadi bahan produk bernilai ekonomis.
Melalui beberapa eksperimen, mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) ini membuktikan bahwa kotoran sapi bisa memberi manfaat baru bagi perkembangan industri gerabah dan keramik di Indonesia.
Nama : Ady Indra Pawennari
Umur : 42 Tahun
Lokasi : Wajo, Sulawesi Selatan.
Bidang : Inovasi dan Teknologi Lingkungan
“Pendekar Lahan Tandus”
Bagi sebagian besar masyarakat pesisir, sabut kelapa mungkin menjadi limbah yang tak berharga. Namun di tangan Ady Indra Pawennari, sabut kelapa tersebut menjadi bahan komoditas bernilai yang menghasilkan rupiah.
Ady menawarkan konsep penyelamatan lingkungan dengan teknik reklamasi dan revegetasi lahan kritis dan pasca tambang menggunakan media sabut kelapa. Konsep yang ditawarkannya tentu saja disertai argumentasi secara ilmiah dan uji coba lapangan yang telah dilakukan BPPT di lahan pasca tambang batubara di Kalimantan Timur dan lahan pasca tambang nikel di Sulawesi Tenggara.
KATEGORI PEKERJA
Nama : Yusraneti
Umur : 35 Tahun
Lokasi : Sumbawa, NTB
Bidang : Pemberdayaan TKI
“Pemberdaya Perempuan, TKI, dan Anak”
Sejak tahun 2000, Neti panggilan akrabnya telah bergelut melakukan pendampingan terhadap para Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal daerahnya Sumbawa. Wanita 35 tahun ini, tergugah jiwa sosialnya karena melihat banyaknya kasus-kasus yang menimpa para perempuan-perempuan Sumbawa yang bekerja di negeri orang.
Kasus-kasus penipuan, kekerasan, hingga kematian selalu melekat kepada nasib para perempuan penghasil devisa. Neti tidak hanya melakukan pendampingan sosial, ia juga terjun langsung meng-inisiasi para perempuan Sumbawa agar bisa mandiri, tanpa perlu bekerja ke luar negeri. Dia membuka pelatihan jahit-menjahit, membuat kripik, agar bisa dijual.
KATEGORI HUKUM DAN KEADILAN
Nama : Eva Susanti Bande
Umur : 36 Tahun
Lokasi : Luwuk, Sulawesi Tengah
Bidang : Hukum dan Lingkungan
“Perempuan Pejuang Agraria”
Eva Bande adalah seorang aktivis perempuan pejuang agraria. Dia memimpin Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS), sebuah organisasi rakyat yang memperjuangkan hak-hak petani untuk mendapatkan tanah yang dirampas para pemilik modal di Sulawesi Tengah.
Eva lahir di Luwuk, Sulawesi tengah, 36 tahun lalu. Selepas menamatkan SMA di kota kelahirannya, ibu tiga anak itu melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Tadulako. Eva lulus sebagai sarjana pada 1998.
Nama : Nurlaela Lamasitudju
Umur : 37 Tahun
Lokasi : Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Bidang : Hukum dan HAM
“Aktivis Pembela Korban HAM”
Suatu malam di bulan Oktober 2004, tanpa sengaja, Nurlaela Lamasitudju (37) melihat secarik undangan untuk bapaknya agar hadir pada pertemuan yang diselenggarakan lembaga swadaya masyarakat bidang hak asasi manusia di Palu, Sulawesi Tengah.
Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari tersebut menjadi tonggak pergumulannya 14 tahun kemudian.Acara itu merupakan pertemuan para korban peristiwa kemanusiaan. Di antara peserta yang hadir, ada yang pernah menjadi korban kemanusiaan peristiwa Gerakan September 1965 hingga korban konflik Poso (1998-2001). Beberapa korban bersaksi tentang apa yang mereka alami.
Karena para korban tersebut belum memiliki wadah khusus untuk diadvokasi, pada hari terakhir pertemuan dideklarasikan Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM).
KATEGORI BUDAYA
Nama : Nari
Umur : 70 Tahun
Lokasi : Desa Kuripan Utara, Lombok Barat
Bidang : Budaya
"Pengabdian dari Rasa Malu"
Di usia yang ke-70 tahun, Pak Nari masih bersemangat mengabdikan diri untuk melestarikan takepan. Takepan adalah naskah kuno beraksara Jawa kuno, Jawa, Bali, dan Sasak (Jejawan) yang ditulis di atas lontar.
Naskah ditulis dalam beberapa bahasa, biasanya Jawa Madya. Tidak hanya membacakan takepan di hajatan-hajatan warga yang mengundang, Pak Nari kadang berjalan sekuat kaki tuanya berjalan untuk membaca takepan dari rumah ke rumah.
Pak Nari juga mengajar anak-anak dan remaja membaca takepan. Untuk menarik peminat, Pak Nari tak hanya menggratiskan 'kursus'-nya, tapi juga membagikan kelereng dan kue gratis untuk para muridnya.
Nama : Mudjiono
Umur : 57 Tahun
Lokasi : Karanganyar, Jawa Tengah
Bidang : Seni & Pendidikan
“Pelestari Seni Dalang Anak-anak”
Kiprah Mudjiono dalam mendidik dalang-dalang cilik memang sudah tak diragukan lagi. Lebih dari dua dekade lamanya, pegawai Taman Budaya Surakarta (TBS) tersebut tekun menuntun para bocah dalam wayang.
Perjuangan Mudjiono dalam melestarikan wayang ke generasi muda tidak mudah, dia mendirikan sangar seni Sarotama di rumahnya, untuk tempat berlatih anak-anak secara gratis. Perjuangan sejak puluhan tahun lalu berbuah manis, anak-anak didiknya, telah banyak yang berhasil meraih penghargaan dalang cilik.
Nama : Afrida Erna Ngato
Umur : 40 Tahun
Lokasi : Halmahera Utara
Bidang : Budaya
Afrida Erna Ngato, bergelar Sangaji Pagu adalah Kepala Suku Pagu, Halmahera Utara. Ia memperjuangkan wilayah adat dan kebudayaan suku Pagu yang terancam punah.
Menurut Sangaji yang merupakan seorang perempuan ini, suku Pagu sudah terancam identitasnya, bahasa Pagu menjadi salah satu bahasa yang terancam punah, anak-anak muda juga tidak lagi merasa bangga menjadi masyarakat adat, mereka gengsi jika dikatakan sebagai anak adat.
Salah satu langkah Afrida, adalah dengan membentuk sekolah adat yang mengajarkan pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat di Pagu, mulai dari budayanya, serta hak-hak mereka atas tanah, wilayah dan sumber daya alam.
Harapannya adalah agar para pemuda adat tahu budaya, nilai-nilai kearifan lokal dan hak adat mereka baik atas tanah, wilayah dan sumberdaya alam, supaya tidak lagi terjadi krisis identitas di kalangan mereka.
KATEGORI PELAYANAN PUBLIK
Nama : Muh. Arif Kirdiat
Umur : 38 Tahun
Lokasi : Banten
Bidang : Pelayanan Publik
"Pendekar Jembatan dari Banten"
Di usia yang ke-38 tahun, Arif terus bersemangat mengabdikan diri untuk membangun jembatan di daerah pedalaman Banten. Targetnya adalah membangun 100 jembatan di Indonesia.
Awalnya, sebagai usahawan di bidang pariwisata Banten, Arif banyak menemukan berbagai halangan masyarakat di pedalaman yang kesulitan menyeberang sungai. Karena itulah dia kemudian mengumpulkan masyarakat dan menggalang dana untuk pembangunan jembatan di pelosok Banten.
Tak heran, sosok yang mengorganisir relawan kampung ini dikenal dengan sebutan "Pendekar Jembatan dari Banten”. Kini usahanya sudah dikenal luas dan mendapat apresiasi dengan adanya donatur dari dalam dan luar negeri.
Nama : Aiptu Nanik Yulianti
Umur :
Lokasi : Nganjuk, Jatim
Bidang : Sosial
“Penolong Kaum Terpasung”
Seorang anggota polwan di Polresta Nganjuk, Jawa Timur gemar melakukan aksi sosial ke masyarakat yang tidak mampu. Meski sering dicemooh karena dianggap cari muka, polwan satu ini tidak pantang mundur.
Puluhan penderita gangguan jiwa terpasung di bebaskan begitu juga penderita tumor dan kangker yang tidak mempunyai biaya. Ialah Aiptu Nanik Yuliani, salah satu anggota polwan Polsek Warujayeng.
Dia berbeda dengan anggota polisi lainnya. Selain menjalankan tugasnya sebagai Babinkamtibmas, janda tiga anak ini di sela-selamenjalankan tugasnya sebagai anggota polisi, Aiptu Nanik menjengukwarganya. Jika diperlukan Aiptu Nanik mengantar mereka ke puskesmas atau rumah sakit setempat hingga keluar kota agar mendapat penanganan medis.
Sudah banyak penderita gangguan jiwa di Kabupaten Nganjuk yang sebelumnya hidup terpasung kini bisa sembuh setelah dibawa berobat gratis di rumah sakit.
"Karena Indonesia membutuhkan sosok seperti itu. Peduli terhadap sesama," kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo saat melakukan launching MNC Pahlawan untuk Indonesia (MPUI) di Financial Center, Kompleks MNC, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa 22 September pekan lalu.
MPUI 2015 adalah perhelatan yang ke-4 setelah sukses diadakan sejak tahun 2011. Berbeda dari tahun sebelumnya, MPUI 2015 akan disiarkan langsung oleh 4 TV; MNCTV, RCTI, Global TV, dan Inews.
10 penghargaan Pahlawan untuk Indonesia dari berbagai bidang di Indonesia akan diserahkan kepada nominasi terbaik yang telah dipilih oleh juri-juri yang kapabel. Jajaran juri sebagai berikut.
1. Hary Tanoesoedibjo (Juri Kehormatan)
2. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (Juri Kehormatan)
3. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir (Juri Eksternal)
4. Rektor Universitas Paramadina Firmanzah (Juri Eksternal)
5. Pakar teknologi Betty Alisjahbana (Juri Eksternal)
Sebanyak 26 bakal calon penerima penghargaan telah disaring. Mereka dikelompokkan dalam beberapa kategori, yakni Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan, Olahraga, Kewirausahaan, Inovasi Teknologi, Pekerja, Hukum dan Keadilan, Budaya, Pelayanan Publik.
Mereka akan dinilai para juri berdasarkan:
1. Orisinalitas: “Sejauhmana kegiatan Kandidat mempunyai keunikan dibandingkan dengan aktivitas sosial yang pernah ada selama ini?
2. Kreativitas: “Sejauhmana kandidat bisa mengembangkan ide menjadi hal-hal yang baru”
3. Manfaat: “Seberapa besar dan luas manfaat kegiatan kandidat bagi orang banyak? Dan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan kandidat untuk melakukan kegiatan ini.”
4. Pengembangan dan kesinambungan: “Sejauhmana ide dan kegiatan kandidat bisa dikembangkan di kelompok masyarakat lain. Selain itu bagaimana kemandirian kandidat untuk bisa melanjutkan aktivitasnya, kemampuan untuk menjalankan tanpa tergantung pada pihak lain, terutama dari segi dana.
5. Pengabdian dan pengorbanan: “Sejauh mana totalitas pengabdian kandidat, mengorbankan banyak hal untuk tetap melakukan aktivitas sosialnya. Ini juga menyangkut loyalitas terhadap kegiatan yang dilakukan secara untuk jangka waktu yang cukup lama”
6. Perluasan lebih berunsur pop dan info yang updated: seperti pemenang olympiade dan current.
Berikut 26 bakal calon penerima penghargaan Pahlawan untuk Indonesia 2015.
KATEGORI LINGKUNGAN
Nama : I Wayan Suarbawa
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Nusa Penida, Bali
Bidang : Lingkungan Hidup
"Penjaga Laut Nusa Penida"
Pria kelahiran Nusa Lembongan, 11 Maret 1972 silam sejak kecil telah menjaga pelestarian lingkungan seperti terumbu karang, mangrove hingga satwa laut.
Suarbawa aktif mengedukasi dengan gerakan hutan sejuta pohon, untuk melestarikan dan menghijaukan Nusa penida. Tamatan Fakultas Sastra Universitas Udayana ini, menjadi petani rumput laut, budidaya hingga menjual.
Jika harga rumput laut anjlok, Suarbawa meminta kelompok ibu mengolah menjadi makanan seperti kerupuk, dodol, hingga minuman untuk dijual.
Nama : Pujo Arto
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Tlogoweru, Demak, Jawa Tengah
Bidang : Lingkungan & Pertanian
“Burung Hantu Sahabat Petani”
Pujo Arto warga desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Demak, Jawa tengah, sejak tahun 2010 memprakarsai pembiakan burung hantu jenis tyto alba.
Awalnya satu pasang burung pemakan tikus sawah tersebutditempatkan ke areal pertanian. Karena dinilai efektif membantu petani, gagasan ini kemudian dikembangkan dengan membangunkan rumah karantina untuk pengembangbiakan burung hantu.
Hasil budidaya burung hantu yang ditekuni kelompok tani Desa Tlogoweru juga dibeli oleh kelompok-kelompok tani dari daerah lain, bahkan pemasarannya meluas hingga luar pulau.
Nama : Robeka Rumainum
Umur : 54 Tahun
Lokasi : Samubasa, Nabire, Papua
Bidang : Lingkungan
“Melestarikan Tanaman Pangan Lokal”
Dia berhasil mengembangkan tanaman pangan lokal Sera’e, memimpin kelompok tani yang semuanya janda untuk berkebun. Mama Robeka selalu mendapat cibiran karena di Samabusa tidak ada wanita yang berkebun.
Cibiran yang dulu dia terima, kini memudar seiring keberhasilan dari kerja kerasnya. Dia kembali memopulerkan tanaman Sera’e asli Samabusa.
KATEGORI KESEHATAN
Nama : Bidan Maria Yasinta Lowa
Umur : 39 Tahun
Lokasi : Desa Bantala, Larantuka, Flores Timur, NTT
Bidang : Kesehatan
“Putaran Roda Penolong Nyawa”
Kondisi geografis yang berbukit dan jalan terjal, menjadi salah satu faktor tingginya angka kematian ibu dan bayi di Larantuka. Sebagai wanita, Bidan Maria Yasinta Lowa atau yang lebih dikenal dengan nama Bidan Yanti tak ragu mengendarai motor besar, demi mempercepat langkahnya memberikan pelayanan kesehatan.
Dengan menggunakan sepeda motor pekerjaan Bidan Yanti terbantu, wilayah kerjanya sangat luas ada 6 dusun. Apalagi untuk menolong persalinan yang membutuhkan kecepatan. Bidan Yanti mempunyai prinsip, “Terlambat 1 menit nyawa melayang, apapun yang terjadi saya harus bisa.”
Nama : Luh Putu Upadisari
Umur : 46 Tahun
Lokasi : Pasar Badung, Denpasar, Bali
Bidang : Kesehatan
“Dokter Pasar”
Bermula dari seringnya bertemu dengan pedagang perempuan di Pasar Badung yang sering mengeluh sakit, dokter Sari berinisiatif untuk membuka praktik di dalam area Pasar Badung.
Kini setiap bulannya, klinik yang dikelola dokter Sari bisa melayani 500 pasien yang kebanyakan pedagang, dan buruh pasar. Dokter Sari kini melebarkan sayapnya dengan ikut andil dalam pemberantasan HIV/AIDS di kalangan remaja di wilayah Denpasar.
Nama : Jamiin
Umur : 52 Tahun
Lokasi : Sumbermulyo, Jombang, Jawa Timur
Bidang : Sosial
“Merangkul Jiwa-jiwa Kembara”
Sejak 2003, Jamiin merasa terpanggil untuk menolong dan merawat para penderita gangguan jiwa.Rumah yang berdiri di atas tanah pribadinya seluas 6.500 meter persegi, ia gunakan untuk menampung dan merawat para penderita gangguan jiwa.
Pada 2005, ia membangun yayasan dengan nama Yayasan Penuh Warna. Namun, karena hanya bersifat sosial, satu per satu pengurus yayasan meninggalkannya bersama 113 orang penderita gangguan jiwa.
Kendati sempat kebingungan bagaimana harus menghidupi mereka, Jamiin terus bekerja keras merawat para “anak asuhnya” dari hasil berkebun dan mendirikan sebuah warung makan.
KATEGORI PENDIDIKAN
Nama : Kiswanti
Umur : 45 Tahun
Lokasi : Parung, Bogor, Jawa Barat
Bidang : Pendidikan
“Mendirikan Perpustakaan Gratis”
Memiliki kurang lebih 2.500 buku yang ia koleksi sejak tahun 1980-1987, ia berangan-angan memiliki perpustakaan yang bisa diakses gratis oleh siapa saja.
Kiswanti sadar arti penting pendidikan bagi semua orang. Akhirnya ia menjual motor milik suaminya, dan merelakan tabungan biaya kuliah anaknya untuk mendirikan perpustakaan yang gratis, dan bisa diakses oleh anak-anak di wilayahnya. Perpustakaan itu ia beri nama “Warung Baca Lebak Wangi”.
Kiswanti sudah membuktikannya. Dengan menyediakan ruangan berukuran 45 meter persegi di sisi kiri rumahnya yang dibuka 24 jam, bergantian masyarakat dari kelompok umur yang berbeda mendatangi tempat tersebut.
Pagi mengenalkan huruf dan angka kepada anak usia 3-5 tahun, petang giliran anak usia sekolah (7-10 tahun) belajar agama dan belajar kelompok, malam tempat berkumpul remaja 10-18 tahun belajar berkelompok.
Tak hanya itu. Para ibu-ibu mendatangi tempat ini di sela-sela waktu mereka mengurus rumah tangga. Dari serangkaian aktivitas tersebut menunjukkan, kehadiran Taman Bacaan Warabal telah menumbuhkan budaya baca masyarakat.
Nama : Nadam Dwi Subekti
Umur : 39 Tahun
Lokasi : Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat
Bidang : Pendidikan
“Mendidik Anak-anak Pemulung”
Penggagas berdirinya Sekolah Alam Tunas Mulia yang memberikan pendidikan secara gratis kepada anak anak pemulung di Bantar Gebang, Bekasi. Sekolah yang berkonsep alam dan pendekatan manusiawi.
Memberikan pendidikan dari tingkat PAUD sampai SMP pada 100 anak didiknya. Sistem belajar mengajar sekolah ini mengikuti program kejar Paket A dan B karena variasi umur.
Nama : Kuswanto Nurhadi
Umur : 55 Tahun
Lokasi : Solo, Jawa Tengah
Bidang : Pendidikan
“Pelita dalam gulita”
Sejak tahun 1994, Kuswanto mendirikan TPA khusus penyandang Tuna Netra Al-Ikhwan, di Solo, Jawa Tengah. Terdorong atas keprihatinannya melihat masih rendahnya kurikulum SLB yang mengajarkan agama, Kuswanto kemudian merelakan hartanya berupa tanah dan rumah, untuk membangun TPA khusus penyandang tuna netra secara gratis.
Pengajarnya pun kebanyakan merekrut penyandang tuna netra. Bekerja sebagai dosen teknik di UTS, kuswanto juga membuka usaha air kemasan isi ulang, untuk membiayai kegiatan TPA-nya.
KATEGORI OLAH RAGA
Nama : Yon Daryono
Umur : 69 Tahun
Lokasi : Salatiga, Jawa tengah
Bidang : Olah raga
“Semangat dari Salatiga”
Nama Yon Daryono sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga di Indonesia, khususnya atletik. Melambungnya nama Salatiga di mata nasional bahkan internasional salah satunya dari prestasi olah raga atletik yang lahir di antaranya dari klub Dragon Salatiga yang didirikan Yon Daryono ini.
Melalui klub yang bermarkas di Stadion Kridanggo Salatiga ini, sudah mencetak atlet sekaliber Asia seperti Suryati juara marathon Asia, Heny Melon (juara Asia lari 1.500m), Erny Ulatningsih, dan lainnya. Kejayaan mereka terjadi mulai tahun 1980-an hingga 2000-an.
Seiring perjalanan waktu, Dragon meredup sejak tahun 2004. Kondisi kesehatan Yon sendiri menurun. Harta bendanya pun habis untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Dragon pun menjadi vakum.
Kini kesehatan Yon Daryono mulai membaik. Meski dimakan usia, semangat Yon untuk mencetak atlet seperti dahulu kala kini tumbuh lagi.
Klub Dragon kembali membina puluhan atlet yunior. Salah seorang atlet yang berprestasi adalah Destiana Azzani Pasai (Azza) yang meraih perak nomor jalan cepat dalam pekan Olah Raga Pelajar Nasional (Popnas) di Jakarta tahun 2013.
Nama : Lindswell Kwok
Umur : 24 Tahun
Lokasi : Medan, Sumatera Utara
Bidang : Olah Raga
“Medali untuk Negeri”
Atlet Wushu, Lindswell Kwok berhasil menyumbangkan medali emas pada pesta olah ragaSEA Games 2015di Singapura. Perempuan kelahiran 24 September 1991 itu tampil pada urutan ketiga, ia berhasil meraih 9,72 poin.
Skor Lindswell 0,01 poin lebih tinggi dari runner up,Ling Wee atlet Wushu Singapura. Di SEA Games 2015, ia tampil begitu memukau dengan gerakan-gerakan wushunya yang lincah.
Nama : Marini
Umur : 37 Tahun
Lokasi : DKI Jakarta
Bidang : Olahraga
“Medali Istimewa dari yang Istimewa”
Sejak tahun 2003, tertarik melihat anak-anak berkebutuhan khusus yang selalu riang, tak pernahh mengeluh, dengan segala keterbatasan mereka. Sebagai atlet berkebutuhan khusus melatih mereka membutuhkan kesabaran tinggi, harus menggunakan hati, dan yang paling penting adalah berusaha menjadi bagian dari anak-anak didiknya itu.
Marini berkorban meninggalkan kelaurga untuk fokus melatih atlet-atletnya. Dia pun kerap diprotes anak-anaknya, apalagi untuk persiapan Special Olympics di Amerika. Namun prestasi demi prestasi akhirnya dia didukung keluarga.
Marini yakin bahwa, atlet-atlet yang berkebutuhan khusus harus tetap mendapat dukungan dari semua pihak. “Mereka sudah membuktikan kepada Tanah Air, sudah memberikan medali emas, karena itulah mereka pantas disejajarkan dengan atlit-atlit yang melegenda.”
KATEGORI KEWIRAUSAHAAN
Nama : Wa Ode Sabariah
Umur : 44 Tahun
Lokasi : Desa Poogalampa Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
Bidang : Kewirausahaan
“Koperasi Penguat Ekonomi Petani”
16 tahun sudah Koperasi BUKP MATA MOSOBU didirikan, awalnya dari sebuah arisan desa dengan tujuan mengelola keuangan rumah tangga warga desa dengan baik. 50% dana koperasi ini untuk biaya pendidikan, 30% untuk modal usaha dan 20% untuk biaya perbaikan tempat tinggal.
Saat ini banyak petani dan nelayan yang sudah menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Nama : Eko Mulyadi
Umur : 38 Tahun
Lokasi : Desa Karang Patihan, Ponorogo, Jawa Timur
Bidang : Kewirausahaan
“Pemberdaya Tuna Grahita”
Desa Karang Patihan dicap sebagai “kampung idiot” karena banyak warga berkebutuhan khusus. Pemuda lulusan sekolah menengah atas itu berhasil mengajak para pengidap down syndrome (keterbelakangan mental) menjadi mandiri.
Eko memberdayakan sekitar 98 penyandang tuna grahita yang ada di desanya dengan mengajarkan hidup mandiri, mengurangi ketergantungan diri pada orang lain maupun lingkungannya. Sebuah impian yang sempat mendapat cemoohan dari sebagian masyarakat.
Dengan keteguhan dan dukungan warga lainnya, Eko berhasil membuat mandiri para penyandang gangguan intelektual itu melalui medium budidaya ikan lele.
Nama : Sunardi
Umur : 41 Tahun
Lokasi : Binjai, Sumatera Utara
Bidang : Kewirausahaan
“Pemberdaya Manusia Terbuang”
Sudah 6 tahun melakukan penakaran benih dan jambu madu deli di lahan seluas 120 hektar di kawasan Binjai, Sumatera Utara.
Setelah berjalan 2 tahun Sunardi merangkul 60 anak-anak korban narkoba, kriminal, dalam wadah “pondok bengkel hijau nursery” untuk terlibat dalam kegiatan perkebunan.
Tak berhenti sampai di situ, Sunardi juga mendirikan TPA sebagai tempat pembelajaran Alquran, karena keprihatinannya melihat banyak anak muda dan orang tua yang tidak bisa baca Quran.
KATEGORI INOVASI TEKNOLOGI
Nama : Miswan Edy Susanto
Umur : 43 Tahun
Lokasi : Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat
Bidang : Inovasi Teknologi dan Lingkungan
“Cahaya di Kayong Utara”
Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, masih mengalami krisis listrik. Itu juga terjadi secara umum di 14 kabupaten/kota di Kalbar. Tidak heran jika pemadaman bergilir kerap kali terjadi. Bahkan, hampir setiap hari.
Jangankan untuk keperluan industri, untuk penerangan rumah tangga saja jauh dari memadai. Hal itulah yang menggugah Miswan Edy Susanto atau yang akrab disapa Poltak membuat listrik bertenaga air (mikrohidro).
Nama : Syammahfuz Chazali
Umur : 31 Tahun
Lokasi : Bulaksumur, Yogyakarta
Bidang : Inovasi Teknologi
“Pundi-pundi dari Kotoran Sapi”
Kotoran itu anugerah yang indah. Barangkali begitu yang ada di benak Syammahfuz Chazali. Tentu saja bukan bentuknya yang indah atau aromanya yang semerbak.
Di mana-mana kotoran dipandang sebagai limbah yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Fakta inilah yang menggelitik Syam. Ia mengolah dan mengangkat harkat kotoran sapi ini menjadi bahan produk bernilai ekonomis.
Melalui beberapa eksperimen, mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) ini membuktikan bahwa kotoran sapi bisa memberi manfaat baru bagi perkembangan industri gerabah dan keramik di Indonesia.
Nama : Ady Indra Pawennari
Umur : 42 Tahun
Lokasi : Wajo, Sulawesi Selatan.
Bidang : Inovasi dan Teknologi Lingkungan
“Pendekar Lahan Tandus”
Bagi sebagian besar masyarakat pesisir, sabut kelapa mungkin menjadi limbah yang tak berharga. Namun di tangan Ady Indra Pawennari, sabut kelapa tersebut menjadi bahan komoditas bernilai yang menghasilkan rupiah.
Ady menawarkan konsep penyelamatan lingkungan dengan teknik reklamasi dan revegetasi lahan kritis dan pasca tambang menggunakan media sabut kelapa. Konsep yang ditawarkannya tentu saja disertai argumentasi secara ilmiah dan uji coba lapangan yang telah dilakukan BPPT di lahan pasca tambang batubara di Kalimantan Timur dan lahan pasca tambang nikel di Sulawesi Tenggara.
KATEGORI PEKERJA
Nama : Yusraneti
Umur : 35 Tahun
Lokasi : Sumbawa, NTB
Bidang : Pemberdayaan TKI
“Pemberdaya Perempuan, TKI, dan Anak”
Sejak tahun 2000, Neti panggilan akrabnya telah bergelut melakukan pendampingan terhadap para Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal daerahnya Sumbawa. Wanita 35 tahun ini, tergugah jiwa sosialnya karena melihat banyaknya kasus-kasus yang menimpa para perempuan-perempuan Sumbawa yang bekerja di negeri orang.
Kasus-kasus penipuan, kekerasan, hingga kematian selalu melekat kepada nasib para perempuan penghasil devisa. Neti tidak hanya melakukan pendampingan sosial, ia juga terjun langsung meng-inisiasi para perempuan Sumbawa agar bisa mandiri, tanpa perlu bekerja ke luar negeri. Dia membuka pelatihan jahit-menjahit, membuat kripik, agar bisa dijual.
KATEGORI HUKUM DAN KEADILAN
Nama : Eva Susanti Bande
Umur : 36 Tahun
Lokasi : Luwuk, Sulawesi Tengah
Bidang : Hukum dan Lingkungan
“Perempuan Pejuang Agraria”
Eva Bande adalah seorang aktivis perempuan pejuang agraria. Dia memimpin Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS), sebuah organisasi rakyat yang memperjuangkan hak-hak petani untuk mendapatkan tanah yang dirampas para pemilik modal di Sulawesi Tengah.
Eva lahir di Luwuk, Sulawesi tengah, 36 tahun lalu. Selepas menamatkan SMA di kota kelahirannya, ibu tiga anak itu melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Tadulako. Eva lulus sebagai sarjana pada 1998.
Nama : Nurlaela Lamasitudju
Umur : 37 Tahun
Lokasi : Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Bidang : Hukum dan HAM
“Aktivis Pembela Korban HAM”
Suatu malam di bulan Oktober 2004, tanpa sengaja, Nurlaela Lamasitudju (37) melihat secarik undangan untuk bapaknya agar hadir pada pertemuan yang diselenggarakan lembaga swadaya masyarakat bidang hak asasi manusia di Palu, Sulawesi Tengah.
Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari tersebut menjadi tonggak pergumulannya 14 tahun kemudian.Acara itu merupakan pertemuan para korban peristiwa kemanusiaan. Di antara peserta yang hadir, ada yang pernah menjadi korban kemanusiaan peristiwa Gerakan September 1965 hingga korban konflik Poso (1998-2001). Beberapa korban bersaksi tentang apa yang mereka alami.
Karena para korban tersebut belum memiliki wadah khusus untuk diadvokasi, pada hari terakhir pertemuan dideklarasikan Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM).
KATEGORI BUDAYA
Nama : Nari
Umur : 70 Tahun
Lokasi : Desa Kuripan Utara, Lombok Barat
Bidang : Budaya
"Pengabdian dari Rasa Malu"
Di usia yang ke-70 tahun, Pak Nari masih bersemangat mengabdikan diri untuk melestarikan takepan. Takepan adalah naskah kuno beraksara Jawa kuno, Jawa, Bali, dan Sasak (Jejawan) yang ditulis di atas lontar.
Naskah ditulis dalam beberapa bahasa, biasanya Jawa Madya. Tidak hanya membacakan takepan di hajatan-hajatan warga yang mengundang, Pak Nari kadang berjalan sekuat kaki tuanya berjalan untuk membaca takepan dari rumah ke rumah.
Pak Nari juga mengajar anak-anak dan remaja membaca takepan. Untuk menarik peminat, Pak Nari tak hanya menggratiskan 'kursus'-nya, tapi juga membagikan kelereng dan kue gratis untuk para muridnya.
Nama : Mudjiono
Umur : 57 Tahun
Lokasi : Karanganyar, Jawa Tengah
Bidang : Seni & Pendidikan
“Pelestari Seni Dalang Anak-anak”
Kiprah Mudjiono dalam mendidik dalang-dalang cilik memang sudah tak diragukan lagi. Lebih dari dua dekade lamanya, pegawai Taman Budaya Surakarta (TBS) tersebut tekun menuntun para bocah dalam wayang.
Perjuangan Mudjiono dalam melestarikan wayang ke generasi muda tidak mudah, dia mendirikan sangar seni Sarotama di rumahnya, untuk tempat berlatih anak-anak secara gratis. Perjuangan sejak puluhan tahun lalu berbuah manis, anak-anak didiknya, telah banyak yang berhasil meraih penghargaan dalang cilik.
Nama : Afrida Erna Ngato
Umur : 40 Tahun
Lokasi : Halmahera Utara
Bidang : Budaya
Afrida Erna Ngato, bergelar Sangaji Pagu adalah Kepala Suku Pagu, Halmahera Utara. Ia memperjuangkan wilayah adat dan kebudayaan suku Pagu yang terancam punah.
Menurut Sangaji yang merupakan seorang perempuan ini, suku Pagu sudah terancam identitasnya, bahasa Pagu menjadi salah satu bahasa yang terancam punah, anak-anak muda juga tidak lagi merasa bangga menjadi masyarakat adat, mereka gengsi jika dikatakan sebagai anak adat.
Salah satu langkah Afrida, adalah dengan membentuk sekolah adat yang mengajarkan pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat di Pagu, mulai dari budayanya, serta hak-hak mereka atas tanah, wilayah dan sumber daya alam.
Harapannya adalah agar para pemuda adat tahu budaya, nilai-nilai kearifan lokal dan hak adat mereka baik atas tanah, wilayah dan sumberdaya alam, supaya tidak lagi terjadi krisis identitas di kalangan mereka.
KATEGORI PELAYANAN PUBLIK
Nama : Muh. Arif Kirdiat
Umur : 38 Tahun
Lokasi : Banten
Bidang : Pelayanan Publik
"Pendekar Jembatan dari Banten"
Di usia yang ke-38 tahun, Arif terus bersemangat mengabdikan diri untuk membangun jembatan di daerah pedalaman Banten. Targetnya adalah membangun 100 jembatan di Indonesia.
Awalnya, sebagai usahawan di bidang pariwisata Banten, Arif banyak menemukan berbagai halangan masyarakat di pedalaman yang kesulitan menyeberang sungai. Karena itulah dia kemudian mengumpulkan masyarakat dan menggalang dana untuk pembangunan jembatan di pelosok Banten.
Tak heran, sosok yang mengorganisir relawan kampung ini dikenal dengan sebutan "Pendekar Jembatan dari Banten”. Kini usahanya sudah dikenal luas dan mendapat apresiasi dengan adanya donatur dari dalam dan luar negeri.
Nama : Aiptu Nanik Yulianti
Umur :
Lokasi : Nganjuk, Jatim
Bidang : Sosial
“Penolong Kaum Terpasung”
Seorang anggota polwan di Polresta Nganjuk, Jawa Timur gemar melakukan aksi sosial ke masyarakat yang tidak mampu. Meski sering dicemooh karena dianggap cari muka, polwan satu ini tidak pantang mundur.
Puluhan penderita gangguan jiwa terpasung di bebaskan begitu juga penderita tumor dan kangker yang tidak mempunyai biaya. Ialah Aiptu Nanik Yuliani, salah satu anggota polwan Polsek Warujayeng.
Dia berbeda dengan anggota polisi lainnya. Selain menjalankan tugasnya sebagai Babinkamtibmas, janda tiga anak ini di sela-selamenjalankan tugasnya sebagai anggota polisi, Aiptu Nanik menjengukwarganya. Jika diperlukan Aiptu Nanik mengantar mereka ke puskesmas atau rumah sakit setempat hingga keluar kota agar mendapat penanganan medis.
Sudah banyak penderita gangguan jiwa di Kabupaten Nganjuk yang sebelumnya hidup terpasung kini bisa sembuh setelah dibawa berobat gratis di rumah sakit.
(hyk)