Lima Kontainer Jenazah Belum Dibuka
A
A
A
MEKKAH - Sebanyak lima kontainer berpendingin yang berisi jenazah korban tragedi Jalan 204 Mina hingga Senin (28/9/2015) sore belum dibuka dan diidentifikasi.
Setiap kontainer yang berada di penyimpanan jenazah Al Muashim, Mekkah itu diduga berisi puluhan jenazah.
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan petugas di lapangan awalnya melaporkan adanya empat kontainer penyimpan jenazah yang belum dibuka.
“Tapi ternyata ada lima kontainer yang belum dibuka,” katanya saat memberi keterangan resmi kepada wartawan di Kantor Daker Mekkah, Senin (28/9/2015) sore.
Rencananya, lanjut Menag, pukul 16.00 waktu Arab Saudi kemarin bakal kembali dirilis foto jenazah yang baru.
“Ini adalah tahapan keempat. Pada tahap pertama telah dirilis 500 foto, tahap kedua 350 foto, tahap ketiga 257 foto. Total ada 1.107 foto yang sudah dirilis. Sedangkan pada tahap keempat yang kami masih belum tahu jumlahnya berapa,” tuturnya.
Lukman menjelaskan pemerintah baru saja membuat nota diplomatik kepada Pemerintah Arab Saudi agar tim medis Indonesia bisa ikut melihat langsung kondisi jasad jamaah haji ketika pertama kali dibuka dari kontainer.
Dengan begitu, kata dia, proses identifikasi bisa dipercepat dan tidak perlu menunggu rilis foto dan file identitas foto.
“Sehingga kita bisa langsung mengenali jamaah melalui fisik jasad para jenazah dengan cara seperti itu proses identifikasi bisa lebih cepat,” tandasnya.
Menag menambahkan, untuk jamaah yang sudah berhasil diidentifikasi mulai dimakamkan di pemakaman umum Mekkah.
Di sisi lain, jamaah haji Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina bakal mendapatkan santunan asuransi haji.
Namun untuk santunan yang berasal dari Pemerintah Arab Saudi, Lukman mengaku belum mengetahui secara pasti.
Sebelumnya, Lukman didampingi Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Abdul Djamil serta Irjen Kemenag M Jasin meninjau ke penyimpanan jenazah di Al Muashim, Mekkah. Menag meminta tim PPIH teliti dalam mengidentifikasi jenazah korban tragedi Mina.
“Yang penting adalah ketelitian kita. Setiap kali mereka (Arab Saudi) mengeluarkan foto, selalu ada petugas yang melihat secara rinci foto per foto sehingga tidak ada yang terlewat. Kalau tidak kita lihat, maka kita tidak bisa cek ke tempat mayat,” tegas Lukman.
Rombongan Menag yang ikut mengidentifikasi setidaknya menemukan tujuh jenazah yang merupakan jamaah haji Indonesia korban tragedi Mina.
Anggota tim pencari jenazah dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Fadil Ahmad menjelaskan jenazah korban tragedi Mina disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara.
Kontainer itu kemudian dimasukkan ke ruang identifikasi saat pemeriksaan akan dimulai.
“Sistemnya yang dipakai di sini yakni kontainer masuk, jenazah turun. Diidentifikasi apakah ada barang yang ditemukan, lalu dimasukan ke file. Setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya. Sekarang ini masih ada empat kontainer jenazah,” tuturnya kepada Menag, (27/9) malam.
Setelah diturunkan, jenazah akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah.
Sedangkan benda atau dokumen apapun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.
Menurut Fadil, proses awal identifikasi jenazah dilakukan berdasarkan dari foto-foto yang telah dirilis.
Jika ternyata ada kemiripan dengan jamaah Indonesia maka dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.
“Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan jamaah Indonesia, kita cek ke filenya. Memang pernah terjadi setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia,” katanya.
Dia menjelaskan, proses identifikasi itu memakan waktu cukup lama karena sering terjadi foto sudah dirilis ternyata saat akan dicek ternyata file-nya belum ada. Sehingga petugas PPHI harus menunggu sampai file itu keluar.
Fadil mengatakan sebagian jamaah bisa terindentifikasi melalu gelang yang masih mereka pakai. Tetapi ada sebagian jenazah yang gelang maupun identitasnya lainnya sudah tidak ada.
Tak heran apapun yang ditemukan di tubuh jenazah kemudian ditelusuri. “Kemarin kita temukan handphone di salah satu jenazah warga Indonesia, selanjutnya kita telusuri telepon dan pesan SMS terakhir ke mana. Akhirnya diketahui bahwa yang bersangkutan merupakan WNI overstayer asal Malang yang sudah 15 tahun tinggal di Arab Saudi,” paparnya.
Diketahui sejak Jumat 25 September 2015 malam atau sehari setelah kejadian, Pemerintah Arab Saudi telah merilis 1.107 foto jenazah yang ditempel di dinding dua buah ruangan besar seluas 60 meter persegi di Al Muashim.
PILIHAN:
Kapal Selam Rusia Perkuat RI, Negara Tetangga Gemetar
Setiap kontainer yang berada di penyimpanan jenazah Al Muashim, Mekkah itu diduga berisi puluhan jenazah.
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan petugas di lapangan awalnya melaporkan adanya empat kontainer penyimpan jenazah yang belum dibuka.
“Tapi ternyata ada lima kontainer yang belum dibuka,” katanya saat memberi keterangan resmi kepada wartawan di Kantor Daker Mekkah, Senin (28/9/2015) sore.
Rencananya, lanjut Menag, pukul 16.00 waktu Arab Saudi kemarin bakal kembali dirilis foto jenazah yang baru.
“Ini adalah tahapan keempat. Pada tahap pertama telah dirilis 500 foto, tahap kedua 350 foto, tahap ketiga 257 foto. Total ada 1.107 foto yang sudah dirilis. Sedangkan pada tahap keempat yang kami masih belum tahu jumlahnya berapa,” tuturnya.
Lukman menjelaskan pemerintah baru saja membuat nota diplomatik kepada Pemerintah Arab Saudi agar tim medis Indonesia bisa ikut melihat langsung kondisi jasad jamaah haji ketika pertama kali dibuka dari kontainer.
Dengan begitu, kata dia, proses identifikasi bisa dipercepat dan tidak perlu menunggu rilis foto dan file identitas foto.
“Sehingga kita bisa langsung mengenali jamaah melalui fisik jasad para jenazah dengan cara seperti itu proses identifikasi bisa lebih cepat,” tandasnya.
Menag menambahkan, untuk jamaah yang sudah berhasil diidentifikasi mulai dimakamkan di pemakaman umum Mekkah.
Di sisi lain, jamaah haji Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina bakal mendapatkan santunan asuransi haji.
Namun untuk santunan yang berasal dari Pemerintah Arab Saudi, Lukman mengaku belum mengetahui secara pasti.
Sebelumnya, Lukman didampingi Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Abdul Djamil serta Irjen Kemenag M Jasin meninjau ke penyimpanan jenazah di Al Muashim, Mekkah. Menag meminta tim PPIH teliti dalam mengidentifikasi jenazah korban tragedi Mina.
“Yang penting adalah ketelitian kita. Setiap kali mereka (Arab Saudi) mengeluarkan foto, selalu ada petugas yang melihat secara rinci foto per foto sehingga tidak ada yang terlewat. Kalau tidak kita lihat, maka kita tidak bisa cek ke tempat mayat,” tegas Lukman.
Rombongan Menag yang ikut mengidentifikasi setidaknya menemukan tujuh jenazah yang merupakan jamaah haji Indonesia korban tragedi Mina.
Anggota tim pencari jenazah dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Fadil Ahmad menjelaskan jenazah korban tragedi Mina disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara.
Kontainer itu kemudian dimasukkan ke ruang identifikasi saat pemeriksaan akan dimulai.
“Sistemnya yang dipakai di sini yakni kontainer masuk, jenazah turun. Diidentifikasi apakah ada barang yang ditemukan, lalu dimasukan ke file. Setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya. Sekarang ini masih ada empat kontainer jenazah,” tuturnya kepada Menag, (27/9) malam.
Setelah diturunkan, jenazah akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah.
Sedangkan benda atau dokumen apapun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.
Menurut Fadil, proses awal identifikasi jenazah dilakukan berdasarkan dari foto-foto yang telah dirilis.
Jika ternyata ada kemiripan dengan jamaah Indonesia maka dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.
“Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan jamaah Indonesia, kita cek ke filenya. Memang pernah terjadi setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia,” katanya.
Dia menjelaskan, proses identifikasi itu memakan waktu cukup lama karena sering terjadi foto sudah dirilis ternyata saat akan dicek ternyata file-nya belum ada. Sehingga petugas PPHI harus menunggu sampai file itu keluar.
Fadil mengatakan sebagian jamaah bisa terindentifikasi melalu gelang yang masih mereka pakai. Tetapi ada sebagian jenazah yang gelang maupun identitasnya lainnya sudah tidak ada.
Tak heran apapun yang ditemukan di tubuh jenazah kemudian ditelusuri. “Kemarin kita temukan handphone di salah satu jenazah warga Indonesia, selanjutnya kita telusuri telepon dan pesan SMS terakhir ke mana. Akhirnya diketahui bahwa yang bersangkutan merupakan WNI overstayer asal Malang yang sudah 15 tahun tinggal di Arab Saudi,” paparnya.
Diketahui sejak Jumat 25 September 2015 malam atau sehari setelah kejadian, Pemerintah Arab Saudi telah merilis 1.107 foto jenazah yang ditempel di dinding dua buah ruangan besar seluas 60 meter persegi di Al Muashim.
PILIHAN:
Kapal Selam Rusia Perkuat RI, Negara Tetangga Gemetar
(dam)