Mendorong Perbaikan Industri

Rabu, 16 September 2015 - 09:47 WIB
Mendorong Perbaikan Industri
Mendorong Perbaikan Industri
A A A
Pada awal 2013 perekonomian Indonesia dipuji sebagai salah satu pusat perekonomian yang paling dinamis.

Laporan McKinsey Global Institute(MGI) yang berjudul The Archipelago Economy: Unleashing IndonesiaThe Archipelago Economy: Unleashing Indonesias Potential, berspekulasi tentang posisi perekonomian Indonesia pada 2013 yang disebutnya akan menempati peringkat keenam dunia. Sayangnya, berbagai proyeksi bernada optimistis tersebut menghadapi tantangan serius.

Sejak pertengahan 2013, perekonomian Indonesia menghadapi situasi yang tak terlalu menguntungkan dengan ditandai nilai tukar rupiah yang terus tertekan. Pertumbuhan ekonomi pada 2015 ini juga tidak menunjukkan hasil yang menyenangkan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di angka 4,71% pada kuartal I 2015 dan 4,67% pada kuartal II di bawah target 5,4% - 5,8% pertumbuhan ekonomi.

Keadaan yang demikian disebabkan ketergantungan Indonesia terhadap impor. Defisit neraca transaksi yang seringkali melebar menunjukkan bahwa tingginya impor barang modal dan bahan baku yang menguasai sekitar 97% impor kita. Besarnya angka tersebut muncul karena industri domestik kita tak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pasar domestik tidak mampu menyediakan kebutuhan bahan baku dan bahan penolong serta barang modal untuk kepentingan produksi dan konsumsi. Penetrasi barang-barang impor kian merasuk ke pasar domestik dan pada saat bersamaan daya saing kita di pasar dunia semakin terseok-seok.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu pemerintah untuk menggalakkan industri terutama industri yang menghasilkan bahan baku atau kelompok industri perantara. Menurut Faisal Basri, setidaknya ada tiga tugas pokok pemerintah untuk mendorong kemajuan industri yakni pembangunan sumber daya manusia, penyediaan infrastruktur, dan fasilitasi riset dan pengembangan (R&D) untuk meningkatkan teknologi.

Pemerintah harus memastikan tiga tugas pokok tersebut sehingga daya saing industri tersebut dapat diperbaiki secara signifikan. Jika pemerintah semakin abai dengan persoalan ini, jelas kita akan semakin dikalahkan dalam persaingan global, apalagi akhir tahun nanti pasar tunggal ASEAN akan diberlakukan.

Pendalaman industrialisasi ini akan sangat membantu menurunkan impor sehingga memperbaiki transaksi perdagangan dan keseimbangan sektor eksternal. Hal tersebut akan menyebabkan kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan kebijakan industrial yang kondusif, diharapkan struktur industri bertambah kokoh, tidak seperti sekarang yang ditandai oleh missing middle atau keropos di tengah.

Industri yang kuat akan berkontribusi terhadap perbaikan daya tahan perekonomian dalam menghadapi gejolak eksternal maupun internal sehingga kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat dicapai.

MUHAMMAD SYAEFUL MUJAB
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP, Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI Universitas Indonesia
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6014 seconds (0.1#10.140)