Teknologi Barcode Semakin Canggih
A
A
A
Enam puluh tahun sejak barcode ditemukan, belum terjadi perubahan berarti terhadap kode batang yang menempel pada berbagai produk tersebut. Kini para peneliti dari Inggris sedang mengembangkan barcode tiga dimensi (3D) dan tim peneliti dari Amerika Serikat (AS) kembangkan barcode yang tak terlihat.
Para peneliti dari Inggris menawarkan barcode 3D yang dapat membantu mengatasi pemalsuan obat-obatan, arloji dan produk lain. Barcode 3D itu akan memiliki sejumlah kode berupa lekukan kecil yang presisi dan kedalaman yang berbeda sehingga memungkinkan adanya miliaran kombinasi berbeda.
Barcode jenis itu dapat dibaca oleh perangkat yang menggunakan berkas cahaya. Karena barcode ini dibuat menggunakan sejumlah pin yang disesuaikan selama proses pencetakan, kode berbeda dapat dibuat, misalnya untuk obat pil pribadi. Sistem canggih ini dikembangkan oleh perusahaan kecil di Yorkshire, Inggris, bernama Sofmat Ltd. Mereka berkolaborasi dengan para insinyur di Universitas Bradford.
Tim sekarang mendapat dana penghargaan sebesar 250.000 poundsterling dari badan teknologi pemerintah, Innovate UK. Kini Sofmat telah berada pada tahap akhir dari tiga paket pendanaan tersebut. Itu artinya, mereka akan segera meluncurkanproduknyakepasar. ”Dalam proses curah (skala besar), Anda mungkin memiliki kode QR dan setiap tablet akan memiliki kode yang sama di atasnya. Karena saat Anda berupaya mengubah sesuatu yang besar, itu sangat sulit,” ujar Direktur Sofmat Dr Phil Harrison, dikutip BBC.
Di sisi lain, tim itu juga berkonsentrasi mengembangkan sistem penanda berurutan. ”Dalam rongga cetakan, ada sejumlah pin yang bergerak dengan penggerak mikro. Dengan mengubah ketinggian pin, anda dapat menempatkan kode alfanumerik berbeda pada tiap tablet,” tuturnya. Dengan empat pin pembuat lubang dengan 36 ketinggian berbeda, tim dapat memproduksi 1,7 juta kode. Selanjutnya, mereka ingin meningkatkan menjadi sistem enam pin, dengan variasi ketinggian yang lebih banyak, sehingga mampu tercipta 14 miliar variasi kode.
Cegah Pemalsuan
Pasar global pada barang-barang palsu, mulai dari obat-obatan hingga sepeda motor, diperkirakan bernilai USD1,8 miliar setiap tahun. Nilai itu diperkirakan terus naik pesat dalam beberapa tahun mendatang. Saat berbicara dengan para jurnalis di British Science Festival, Bradford, Dr Harrison menjelaskan, Sofmat bekerja dengan perusahaan farmasi di Swiss untuk memutuskan cara terbaik mengembangkan sistem itu secara komersial.
Karena banyak pil yang diproduksi dengan cetak injeksi, barcode 3D dapat dipasang dalam proses tersebut dengan mudah. Kemudian, rumah sakit atau perusahaan farmasi dapat membeli alat pemindai untuk memverifikasi pengobatan. ”Ini akan menjadi kotak hitam kecil pada satu bagian dari sebuah tablet obat,” kata Dr Harrison.
Timnya berharap, prototipe alat pemindai itu akan selesai dibuat pada 2016. Tim juga melihat peluang menerapkan penggunaan kode 3D itu pada permukaan logam, sehingga akan menarik bagi produk-produk buatan Swiss. ”Kita bisapada sejumlah manufaktur arloji saat itu, tentang perlindungan produk mereka dari pemalsuan,” tutur Dr Harrison.
Dr Elaine Brown, dosen senior di fakultas teknik mesin dan proses engineering Universitas Bradford menjelaskan, mengatasi pemalsuan produk merupakan masalah besar. ”Bahaya pemalsuan sudah meluas ke semua jenis produk, benar-benar masif. Ini tidak hanya kehilangan laba bisnis, ini memengaruhi semua orang. Jika Anda mendapat resep obat, Anda ingin tahu apakah itu obat asli atau palsu. Jika itu obat palsu, maka itu dapat berbahaya bagi Anda,” ujarnya.
Tim peneliti dari Worcester Polytechnic Institute di Amerika Serikat (AS) juga membuat terobosan baru di bidang barcode tersebut. Mereka menciptakan barcode yang tak terlihat menggunakan teknologi partikel nano. Barcode jenis ini dikembangkan untuk melacak bahan peledak, obat-obatan dan uang kertas. Menurut tim dari AS tersebut, sejumlah partikel nano memiliki karakteristik unik yang dapat digunakan untuk menandai benda-benda tersebut.
Para peneliti menjelaskan, teknik ini dapat mengaitkan barangbarang tersebut pada manufaktur mereka, penjual atau pembelinya. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports beberapa waktu lalu. ”Partikel nano sangat kecil, mereka dapat diletakkan dalam objek apa pun,” ujar Dr Ming Su yang melakukan riset tersebut.
Menggunakan barcode untuk menandai dan melacak objek sekarang digunakan secara luas oleh dunia industri. Meski demikian, para peneliti menjelaskan, barcodeyang tak terlihat ini dapat digunakan untuk memerangi kejahatan dan mengurangi pemalsuan. Tim menemukan bahwa beberapa partikel nano dapat ditambahkan pada barang-barang seperti bahan peledak, tinta, dan obat-obatan selama proses produksi.
Karena partikel ini memiliki titik leleh yang unik, mereka dapat dideteksi dengan alat pemindai, dengan menyediakan barcode”panas”. Dr Su menjelaskan, ”Partikel nano itu tidak akan mengalami reaksi kimia apa pun, dan partikel itu tidak memengaruhi fungsi objek tersebut. Satu hal yang dilakukan hanya menyediakan tanda kode panas.” Untuk menunjukkan efektivitas teknologi ini, tim menambahkan partikel kecil pada dinitrotoluene, pendahulu TNT.
Mereka menemukan bahwa ”tag” unik itu dapat dideteksi meskipun setelah bahan peledak itu diledakkan. Metode lain juga terus dikembangkandalamdunia barcode, seperti penggunaan label yang dapat berpendar, menggoreskan tanda kecil pada objek seperti berlian, danadajuga barcodeDNA. Semua langkah itu tentu akan membuat para pemalsu semakin kewalahan.
Syarifudin
Para peneliti dari Inggris menawarkan barcode 3D yang dapat membantu mengatasi pemalsuan obat-obatan, arloji dan produk lain. Barcode 3D itu akan memiliki sejumlah kode berupa lekukan kecil yang presisi dan kedalaman yang berbeda sehingga memungkinkan adanya miliaran kombinasi berbeda.
Barcode jenis itu dapat dibaca oleh perangkat yang menggunakan berkas cahaya. Karena barcode ini dibuat menggunakan sejumlah pin yang disesuaikan selama proses pencetakan, kode berbeda dapat dibuat, misalnya untuk obat pil pribadi. Sistem canggih ini dikembangkan oleh perusahaan kecil di Yorkshire, Inggris, bernama Sofmat Ltd. Mereka berkolaborasi dengan para insinyur di Universitas Bradford.
Tim sekarang mendapat dana penghargaan sebesar 250.000 poundsterling dari badan teknologi pemerintah, Innovate UK. Kini Sofmat telah berada pada tahap akhir dari tiga paket pendanaan tersebut. Itu artinya, mereka akan segera meluncurkanproduknyakepasar. ”Dalam proses curah (skala besar), Anda mungkin memiliki kode QR dan setiap tablet akan memiliki kode yang sama di atasnya. Karena saat Anda berupaya mengubah sesuatu yang besar, itu sangat sulit,” ujar Direktur Sofmat Dr Phil Harrison, dikutip BBC.
Di sisi lain, tim itu juga berkonsentrasi mengembangkan sistem penanda berurutan. ”Dalam rongga cetakan, ada sejumlah pin yang bergerak dengan penggerak mikro. Dengan mengubah ketinggian pin, anda dapat menempatkan kode alfanumerik berbeda pada tiap tablet,” tuturnya. Dengan empat pin pembuat lubang dengan 36 ketinggian berbeda, tim dapat memproduksi 1,7 juta kode. Selanjutnya, mereka ingin meningkatkan menjadi sistem enam pin, dengan variasi ketinggian yang lebih banyak, sehingga mampu tercipta 14 miliar variasi kode.
Cegah Pemalsuan
Pasar global pada barang-barang palsu, mulai dari obat-obatan hingga sepeda motor, diperkirakan bernilai USD1,8 miliar setiap tahun. Nilai itu diperkirakan terus naik pesat dalam beberapa tahun mendatang. Saat berbicara dengan para jurnalis di British Science Festival, Bradford, Dr Harrison menjelaskan, Sofmat bekerja dengan perusahaan farmasi di Swiss untuk memutuskan cara terbaik mengembangkan sistem itu secara komersial.
Karena banyak pil yang diproduksi dengan cetak injeksi, barcode 3D dapat dipasang dalam proses tersebut dengan mudah. Kemudian, rumah sakit atau perusahaan farmasi dapat membeli alat pemindai untuk memverifikasi pengobatan. ”Ini akan menjadi kotak hitam kecil pada satu bagian dari sebuah tablet obat,” kata Dr Harrison.
Timnya berharap, prototipe alat pemindai itu akan selesai dibuat pada 2016. Tim juga melihat peluang menerapkan penggunaan kode 3D itu pada permukaan logam, sehingga akan menarik bagi produk-produk buatan Swiss. ”Kita bisapada sejumlah manufaktur arloji saat itu, tentang perlindungan produk mereka dari pemalsuan,” tutur Dr Harrison.
Dr Elaine Brown, dosen senior di fakultas teknik mesin dan proses engineering Universitas Bradford menjelaskan, mengatasi pemalsuan produk merupakan masalah besar. ”Bahaya pemalsuan sudah meluas ke semua jenis produk, benar-benar masif. Ini tidak hanya kehilangan laba bisnis, ini memengaruhi semua orang. Jika Anda mendapat resep obat, Anda ingin tahu apakah itu obat asli atau palsu. Jika itu obat palsu, maka itu dapat berbahaya bagi Anda,” ujarnya.
Tim peneliti dari Worcester Polytechnic Institute di Amerika Serikat (AS) juga membuat terobosan baru di bidang barcode tersebut. Mereka menciptakan barcode yang tak terlihat menggunakan teknologi partikel nano. Barcode jenis ini dikembangkan untuk melacak bahan peledak, obat-obatan dan uang kertas. Menurut tim dari AS tersebut, sejumlah partikel nano memiliki karakteristik unik yang dapat digunakan untuk menandai benda-benda tersebut.
Para peneliti menjelaskan, teknik ini dapat mengaitkan barangbarang tersebut pada manufaktur mereka, penjual atau pembelinya. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports beberapa waktu lalu. ”Partikel nano sangat kecil, mereka dapat diletakkan dalam objek apa pun,” ujar Dr Ming Su yang melakukan riset tersebut.
Menggunakan barcode untuk menandai dan melacak objek sekarang digunakan secara luas oleh dunia industri. Meski demikian, para peneliti menjelaskan, barcodeyang tak terlihat ini dapat digunakan untuk memerangi kejahatan dan mengurangi pemalsuan. Tim menemukan bahwa beberapa partikel nano dapat ditambahkan pada barang-barang seperti bahan peledak, tinta, dan obat-obatan selama proses produksi.
Karena partikel ini memiliki titik leleh yang unik, mereka dapat dideteksi dengan alat pemindai, dengan menyediakan barcode”panas”. Dr Su menjelaskan, ”Partikel nano itu tidak akan mengalami reaksi kimia apa pun, dan partikel itu tidak memengaruhi fungsi objek tersebut. Satu hal yang dilakukan hanya menyediakan tanda kode panas.” Untuk menunjukkan efektivitas teknologi ini, tim menambahkan partikel kecil pada dinitrotoluene, pendahulu TNT.
Mereka menemukan bahwa ”tag” unik itu dapat dideteksi meskipun setelah bahan peledak itu diledakkan. Metode lain juga terus dikembangkandalamdunia barcode, seperti penggunaan label yang dapat berpendar, menggoreskan tanda kecil pada objek seperti berlian, danadajuga barcodeDNA. Semua langkah itu tentu akan membuat para pemalsu semakin kewalahan.
Syarifudin
(ars)