Spesies Baru Seperti Manusia Ditemukan di Afrika Selatan

Minggu, 13 September 2015 - 10:46 WIB
Spesies Baru Seperti...
Spesies Baru Seperti Manusia Ditemukan di Afrika Selatan
A A A
Para peneliti menemukan spesies baru seperti manusia di salah satu bagian di gua di Afrika Selatan. Penemuan 15 kerangka individu itu merupakan temuan tunggal terbesar dalam jenis itu di Afrika.

Peneliti mengklaim penemuan ini akan mengubah ide dan teori tentang nenek moyang manusia. Studi yang telah dirilis di jurnal Elife ini juga mengindikasikan bahwa individu-individu tersebut memiliki aktivitas ritual. Spesies baru yang disebut naledi itu diklasifikasikan dalam grup atau genus Homo yang merupakan manusia modern. Para peneliti yang menemukan kerangka itu belum mengetahui berapa lama spesies itu hidup di wilayah Afrika.

Meski demikian, peneliti yang memimpin tim, Prof Lee Berger, yakin mereka dapat menjadi salah satu genus Homo pertama yang diperkirakan hidup di Afrika 3 juta tahun silam. Seperti semua peneliti yang bekerja di bidang itu, dia berupaya menghindari istilah ”mata rantai yang hilang”. Prof Berger menjelaskan, naledi dapat dianggap sebagai ”jembatan” antara primata berkaki dua yang lebih primitif dan manusia.

”Kami pergi dengan ide menemukan satu fosil. Itu berubah menjadi sejumlah fosil. Itu menjadi penemuan berbagai tulang kerangka dan beberapa individu. Dan hingga akhir dari 21 hari pengalaman luar biasa, kami telah menemukan sekumpulan fosil keluarga manusia terbesar yang pernah ditemukan sepanjang sejarah benua Afrika. Itu pengalaman luar biasa,” papar Prof Berger pada BBC .

Prof Chris Stringer dari Natural History Museum menganggap penemuan naledi sangat penting. ”Apa yang kita lihat ialah semakin banyak spesies yang menunjukkan bahwa alam bereksperimen dengan bagaimana perkembangan manusia, hingga muncul beberapa jenis berbeda dari spesies seperti manusia yang paralel di berbagai tempat berbeda di Afrika. Hanya satu jenis yang selamat hingga muncul seperti kita,” ujarnya.

Tulang-tulang itu kini disimpan dalam satu ruangan di Universitas Witwatersrand. Pintu menuju ruang tersebut seperti lemari besi bank. Saat Prof Berger menutup pintu itu, dia menjelaskan bahwa pengetahuan kita tentang manusia paling awal hanya berdasarkan sebagian kerangka dan tulang tengkorak. Penemuan 15 pasang kerangka termasuk pria dan wanita dalam beragam usia, mulai dari bayi hingga usia lanjut.

Penemuan itu belum pernah terjadi sebelumnya di Afrika dan akan semakin menerangi pemahaman kita tentang bagaimana manusia pertama berkembang. ”Kita sedang berusaha mengetahui semua tentang spesies ini,” tutur Prof Berger sambil berjalan menunjukkan kerangka Homo naledi.

”Kita akan mengetahui bagaimana anak ini disapih, kapan mereka lahir, bagaimana mereka berkembang, kecepatan mereka tumbuh, perbedaan antara pria dan wanita di setiap tahap pertumbuhan mulai dari masa bayi menuju masa anak-anak hingga remaja, hingga bagaimana mereka tua dan bagaimana mereka mati.” Para peneliti mengaku terkejut dengan baiknya tulang-tulang itu diawetkan.

Tengkorak, gigi, dan kaki terlihat seperti anak-anak, meskipun sebenarnya tulang itu milik perempuan lanjut usia. Tangannya seperti manusia juga dan jari-jarinya sedikit menekuk seperti kera. Homo naledi tidak seperti manusia primitif mana pun yang ditemukan di Afrika. Mereka memiliki otak yang kecil, seukuran otak gorila dan tulang panggul serta bahu primitif.

Meski demikian, temuan ini dimasukkan dalam genus yang sama sebagai manusia karena bentuk tengkorak yang lebih berkembang, gigi yang relatif kecil, karakter tangan panjang dan kaki yang seperti manusia modern. Salah satu pertanyaan penting yang muncul ialah bagaimana tulang belulang itu bisa berada di Gua Rising Star.

Gua itu berjarak empat jam berkendara dari kampus universitas, di wilayah yang disebut Cradle of Humankind. Gua itu mengarah ke terowongan bawah tanah di mana beberapa tim peneliti harus merangkak untuk bisa masuk. Salah satu anggota tim adalah Marina Elliott. Dia menunjukkan pintu masuk yang sempit menuju gua dan menggambarkan bagaimana perasaannya saat melihat ruangan berisi tulang belulang.

”Pertama kali saya pergi ke lokasi itu saya merasa seperti Howard Carter saat dia membuka makam Tutankhamen. Anda berada di ruang yang sempit dan lalu menemukan ruang terbuka, semua tibatiba yang Anda lihat adalah hal-hal yang luar biasa. Itu menakjubkan,” tuturnya.

Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0908 seconds (0.1#10.140)