Mozaik Keragaman Demografi
A
A
A
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, merayakan hari jadinya yang ke-51 tahun.
Bersamaan dengan perayaan tersebut, Lembaga Demografi UI juga meluncurkan sebuah buku hasil penelitian dan analisis di lapangan mengenai demografi dengan judul Mozaik Demografi , Senin (31/8), di Grha Bimasena, Jakarta.
Buku tersebut berisi tentang uraian keadaan, permasalahan, tantangan, dan potensi demografi berdasarkan sudut pandang dari tiap disiplin ilmu. Satu hal yang menarik, Mozaik Demografi juga mengungkap keragaman demografis di Indonesia. Ketua Lembaga Demografi FEUI Sonny Harry B Harmadi menyatakan, meski Indonesia tengah masuk ke dalam fase bonus demografi (2012-2035), pertumbuhan di tiap daerah di Indonesia sangat berjenjang.
Keragaman antarprovinsi ditunjukkan oleh perbedaan dan pertumbuhan penduduk. Misalnya persentase pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah adalah 0,37%, sementara Papua mencapai 5,39%. Disparitas tersebut menunjukkan adanya permasalahan pembangunan kependudukan di Indonesia. Permasalahan lainnya dari disparitas tersebut, indikator kesehatan antarwilayah yang sangat berjenjang berkontribusi tinggi pada angka kematian ibu dan bayi.
”Indonesia yang notabene tengah berada di fase bonus demografi, namun terjadi keragaman demografis yang menyebabkan pertumbuhan di tiap daerah sangat berjenjang,” kata Harry. Mengutip buku Mozaik Demografi , Harry menjelaskan mengenai rapid urbanization di Indonesia, di mana proporsi penduduk perkotaan meningkat drastis dalam 40 tahun terakhir.
Selanjutnya, pada 2015 diperkirakan lebih dari 52% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Namun, urbanisasi yang cepat dalam beberapa tahun terakhir diikuti oleh menurunnya peran sektor manufaktur. Penduduk perkotaan didominasi usia produktif, namun berbeda dengan pedesaan yang memiliki beban penduduk usia nonproduktif besar.
Dari keragaman demografi tersebut, Harry juga menyinggung tentang cita-cita 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045. Bagaimana seharusnya bonus demografi yang hanya datang sesekali harus dimanfaatkan dengan baik untuk mencapai Indonesia yang sejahtera. Maka itu, ia menekankan bahwa seharusnya bangsa Indonesia memiliki visi 2045 dengan menyadari rancang bangun strategi didasarkan pada potensi dan kondisi penduduk Indonesia saat ini dan di masa mendatang.
”Indonesia harus mempunyai visi 2045 dengan menyadari rancang bangun potensi dan kondisi penduduk,” ujarnya. Mantan Menteri Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangsetu memberikan perspektif masa depan Indonesia dari kacamata ekonomi kreatif. Menurutnya, untuk menghasilkan ekonomi kreatif harus dilandasi dengan warisan budaya, ilmu, dan teknologi.
Sementara itu, pertumbuhan dan penyebaran penduduk menjadi kunci dalam membangun landasan tersebut. Bagaimana pertumbuhan dan penyebaran tersebut dapat menyediakan sumber daya manusia yang profesional dan kompetitif sehingga dapat memberikan kontribusi ekonomi. Maka untuk menyongsong hal-hal tadi, perencanaan kependudukan sangat dibutuhkan.
”Membangun ekonomi kreatif harus didasari ilmu, warisan budaya, dan juga teknologi. Namun, perencanaan kependudukan menjadi pendukung kuat terciptanya landasan-landasan tadi,” kata Mari. Selain tantangan keragaman demografis dan prospek di bidang ekonomi kreatif, buku Mozaik Demografi juga membahas mengenai pendidikan. Modal manusia merupakan akumulasi dan investasi SDM, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, nutrisi, maupun pelatihan.
Bahasan lainnya adalah tentang keterkaitan antara keterampilan dan pendidikan dengan transformasi struktural. Benar bahwa pendidikan dasar penting pada tahap awal industrialisasi, tetapi tidak cukup saat mencapai tingkat industrialisasi yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dan vokasi sangat dibutuhkan untuk mengejar kemajuan teknologi industri yang bergerak cepat.
Namun, buku tersebut juga memberikan catatan mengenai rencana dan keseriusan pemerintah, apakah akan memberikan insentif kepada penduduk untuk mendorong pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Buku Mozaik Demografi cukup komplit mengupas berbagai permasalahan dan tantangan kependudukan di Indonesia, seperti isu kemiskinan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), ketenagakerjaan, keluarga, lansia, dan kebijakan kependudukan.
Imas damayanti
Bersamaan dengan perayaan tersebut, Lembaga Demografi UI juga meluncurkan sebuah buku hasil penelitian dan analisis di lapangan mengenai demografi dengan judul Mozaik Demografi , Senin (31/8), di Grha Bimasena, Jakarta.
Buku tersebut berisi tentang uraian keadaan, permasalahan, tantangan, dan potensi demografi berdasarkan sudut pandang dari tiap disiplin ilmu. Satu hal yang menarik, Mozaik Demografi juga mengungkap keragaman demografis di Indonesia. Ketua Lembaga Demografi FEUI Sonny Harry B Harmadi menyatakan, meski Indonesia tengah masuk ke dalam fase bonus demografi (2012-2035), pertumbuhan di tiap daerah di Indonesia sangat berjenjang.
Keragaman antarprovinsi ditunjukkan oleh perbedaan dan pertumbuhan penduduk. Misalnya persentase pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah adalah 0,37%, sementara Papua mencapai 5,39%. Disparitas tersebut menunjukkan adanya permasalahan pembangunan kependudukan di Indonesia. Permasalahan lainnya dari disparitas tersebut, indikator kesehatan antarwilayah yang sangat berjenjang berkontribusi tinggi pada angka kematian ibu dan bayi.
”Indonesia yang notabene tengah berada di fase bonus demografi, namun terjadi keragaman demografis yang menyebabkan pertumbuhan di tiap daerah sangat berjenjang,” kata Harry. Mengutip buku Mozaik Demografi , Harry menjelaskan mengenai rapid urbanization di Indonesia, di mana proporsi penduduk perkotaan meningkat drastis dalam 40 tahun terakhir.
Selanjutnya, pada 2015 diperkirakan lebih dari 52% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Namun, urbanisasi yang cepat dalam beberapa tahun terakhir diikuti oleh menurunnya peran sektor manufaktur. Penduduk perkotaan didominasi usia produktif, namun berbeda dengan pedesaan yang memiliki beban penduduk usia nonproduktif besar.
Dari keragaman demografi tersebut, Harry juga menyinggung tentang cita-cita 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045. Bagaimana seharusnya bonus demografi yang hanya datang sesekali harus dimanfaatkan dengan baik untuk mencapai Indonesia yang sejahtera. Maka itu, ia menekankan bahwa seharusnya bangsa Indonesia memiliki visi 2045 dengan menyadari rancang bangun strategi didasarkan pada potensi dan kondisi penduduk Indonesia saat ini dan di masa mendatang.
”Indonesia harus mempunyai visi 2045 dengan menyadari rancang bangun potensi dan kondisi penduduk,” ujarnya. Mantan Menteri Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangsetu memberikan perspektif masa depan Indonesia dari kacamata ekonomi kreatif. Menurutnya, untuk menghasilkan ekonomi kreatif harus dilandasi dengan warisan budaya, ilmu, dan teknologi.
Sementara itu, pertumbuhan dan penyebaran penduduk menjadi kunci dalam membangun landasan tersebut. Bagaimana pertumbuhan dan penyebaran tersebut dapat menyediakan sumber daya manusia yang profesional dan kompetitif sehingga dapat memberikan kontribusi ekonomi. Maka untuk menyongsong hal-hal tadi, perencanaan kependudukan sangat dibutuhkan.
”Membangun ekonomi kreatif harus didasari ilmu, warisan budaya, dan juga teknologi. Namun, perencanaan kependudukan menjadi pendukung kuat terciptanya landasan-landasan tadi,” kata Mari. Selain tantangan keragaman demografis dan prospek di bidang ekonomi kreatif, buku Mozaik Demografi juga membahas mengenai pendidikan. Modal manusia merupakan akumulasi dan investasi SDM, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, nutrisi, maupun pelatihan.
Bahasan lainnya adalah tentang keterkaitan antara keterampilan dan pendidikan dengan transformasi struktural. Benar bahwa pendidikan dasar penting pada tahap awal industrialisasi, tetapi tidak cukup saat mencapai tingkat industrialisasi yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dan vokasi sangat dibutuhkan untuk mengejar kemajuan teknologi industri yang bergerak cepat.
Namun, buku tersebut juga memberikan catatan mengenai rencana dan keseriusan pemerintah, apakah akan memberikan insentif kepada penduduk untuk mendorong pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Buku Mozaik Demografi cukup komplit mengupas berbagai permasalahan dan tantangan kependudukan di Indonesia, seperti isu kemiskinan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), ketenagakerjaan, keluarga, lansia, dan kebijakan kependudukan.
Imas damayanti
(ars)