Edukasi untuk Membangun Karakter Bangsa
A
A
A
BEKASI - MNC Group kembali menyelenggarakan literasi media. Kali ini seminar dengan tujuan mendidik masyarakat dalam menghadapi media digelar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bani Saleh, Kota Bekasi, kemarin.
Sekitar 250 peserta antusias mengikuti acara ini. Terlihat dari interaksi narasumber dengan peserta yang begitu aktif. Direktur Networking Media MNC Group Wijaya Kusuma Subroto mengatakan, MNC terus menyosialisasikan keberadaan iNews TV di channel 30. Yangkedua, memberikanlayanan edukasi untuk membangun karakter bangsa. Wijaya menjelaskan, media memiliki dua wajah, yakni positif dan negatif.
”Mau tidak mau hal tersebut selalu ada di dalam media, tinggalmasing-masingindividu yang dituntut lebih cerdas dan lebih kritis menyikapi perkembangan media yang begitu pesat,” ujarnya. Menurut dia, memang pada dasarnya media merupakan sumber informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun, seiring perkembangan zaman ada 5S dalam media yang membuat media tersebut laku dan memiliki rating tinggi. 5S tersebut yakni sara, saru/seks, sihir/supranatural, sadis, serta sedih.
Lima unsur ini merupakan hal yang sangat didambakan media untuk memenuhi target rating , padahal dampak dari 5S ini sangat negatif. ”Untuk itu, peran orang tua sangat penting dalam menyikapi perkembangan media saat ini,” ucapnya. Terkait animo peserta, Wijaya mengaku sangat puas dan seperti mendapatkan semangat baru. Dari realitas di masyarakat tampak, hampir semua orang menyukai tontonan yang mengandung unsur 5S.
Ini karena tidak adanya sosialisasi ataupun proses pendidikan mengenai literasi media. Setelah mengetahui dampak buruknya, banyak peserta yang mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana menyiasati tontonan yang tidak mendidik. Redaktur KORAN SINDO ArmydianKurniawanmengatakan, literasi media ini diberikan agar mahasiswa memahami operasi media yang benar, menyikapi media dengan benar, serta memihak pada isi media yang benar.
Saat ini media seperti televisi, koran, maupun radio tidak jarang dijadikan alat untuk berkampanye salah satu golongan. ”Masyarakat sekarang ini dituntut harus lebih cerdas,” ujarnya. Menghadapi media yang dijadikan alat, masyarakat harus bisa memosisikan diri di antara media yang ada. Posisi masyarakat harus di tengah, artinya ketika ada pemberitaan A di sebuah televisi jangan hanya menonton satu stasiun televisi, tapi harus juga melakukan periksa silang (crosscheck ) di media televisi lain.
Dengan demikian, penonton otomatis tidak hanya mendapatkan satu sumber informasi. Ketua STAI Bani Saleh Nasrudin mengatakan, berkembangnya media saat ini tentu tidak sedikit membawa dampak negatif bagi penontonnya. Dengan literasi media diharapkan 250 peserta dari persatuan pendidik dan tenaga pendidik anak usia dini bisa menyampaikan apa yang dibicarakan dalam seminar tersebut. Keberadaan tenaga pengajar sebagai peserta berperan penting menangkal efek buruk dari sebuah media.
”Kita berharap semua peserta bisa menjelaskan tidak hanya ke anak didik, tapi juga kepada orang tua murid dan tetangga,” ujarnya.
Nabila, mahasiswi semester V STAI Bani Saleh, mengungkapkan, setelah mengikuti literasi media dia bisa menyiasati perkembangan media di antaranya jika pada siang hari ada tontonan yang mengandung unsur sadis bisa mengalihkan dengan mengajak keponakannya ikut membantu memasak di dapur atau berkegiatan di luar ruangan.
Ridwansyah
Sekitar 250 peserta antusias mengikuti acara ini. Terlihat dari interaksi narasumber dengan peserta yang begitu aktif. Direktur Networking Media MNC Group Wijaya Kusuma Subroto mengatakan, MNC terus menyosialisasikan keberadaan iNews TV di channel 30. Yangkedua, memberikanlayanan edukasi untuk membangun karakter bangsa. Wijaya menjelaskan, media memiliki dua wajah, yakni positif dan negatif.
”Mau tidak mau hal tersebut selalu ada di dalam media, tinggalmasing-masingindividu yang dituntut lebih cerdas dan lebih kritis menyikapi perkembangan media yang begitu pesat,” ujarnya. Menurut dia, memang pada dasarnya media merupakan sumber informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun, seiring perkembangan zaman ada 5S dalam media yang membuat media tersebut laku dan memiliki rating tinggi. 5S tersebut yakni sara, saru/seks, sihir/supranatural, sadis, serta sedih.
Lima unsur ini merupakan hal yang sangat didambakan media untuk memenuhi target rating , padahal dampak dari 5S ini sangat negatif. ”Untuk itu, peran orang tua sangat penting dalam menyikapi perkembangan media saat ini,” ucapnya. Terkait animo peserta, Wijaya mengaku sangat puas dan seperti mendapatkan semangat baru. Dari realitas di masyarakat tampak, hampir semua orang menyukai tontonan yang mengandung unsur 5S.
Ini karena tidak adanya sosialisasi ataupun proses pendidikan mengenai literasi media. Setelah mengetahui dampak buruknya, banyak peserta yang mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana menyiasati tontonan yang tidak mendidik. Redaktur KORAN SINDO ArmydianKurniawanmengatakan, literasi media ini diberikan agar mahasiswa memahami operasi media yang benar, menyikapi media dengan benar, serta memihak pada isi media yang benar.
Saat ini media seperti televisi, koran, maupun radio tidak jarang dijadikan alat untuk berkampanye salah satu golongan. ”Masyarakat sekarang ini dituntut harus lebih cerdas,” ujarnya. Menghadapi media yang dijadikan alat, masyarakat harus bisa memosisikan diri di antara media yang ada. Posisi masyarakat harus di tengah, artinya ketika ada pemberitaan A di sebuah televisi jangan hanya menonton satu stasiun televisi, tapi harus juga melakukan periksa silang (crosscheck ) di media televisi lain.
Dengan demikian, penonton otomatis tidak hanya mendapatkan satu sumber informasi. Ketua STAI Bani Saleh Nasrudin mengatakan, berkembangnya media saat ini tentu tidak sedikit membawa dampak negatif bagi penontonnya. Dengan literasi media diharapkan 250 peserta dari persatuan pendidik dan tenaga pendidik anak usia dini bisa menyampaikan apa yang dibicarakan dalam seminar tersebut. Keberadaan tenaga pengajar sebagai peserta berperan penting menangkal efek buruk dari sebuah media.
”Kita berharap semua peserta bisa menjelaskan tidak hanya ke anak didik, tapi juga kepada orang tua murid dan tetangga,” ujarnya.
Nabila, mahasiswi semester V STAI Bani Saleh, mengungkapkan, setelah mengikuti literasi media dia bisa menyiasati perkembangan media di antaranya jika pada siang hari ada tontonan yang mengandung unsur sadis bisa mengalihkan dengan mengajak keponakannya ikut membantu memasak di dapur atau berkegiatan di luar ruangan.
Ridwansyah
(ars)