Tidak Andalkan Akademik, Utamakan Kerendahan Hati dan Kompetisi
A
A
A
Dunia dikejutkan dengan banyaknya orang India yang menjadi kingpins di Silicon Valley-pusat perusahaan berbasis teknologi di Amerika Serikat.
Fenomena itu menjadi hal menarik karena orang India mampu menjadi CEO perusahaan besar dan menggeser dominasi orang Barat Semisal CEO baru Google, Sundar Pichai. Putra seorang teknisi asal Chennai, India, itu mampu menjadi arsitek Google karena menyukseskan Chrome. Dia bergabung dengan Google pada 2004 dan tidak terlalu lama untuk mencapai posisi puncak tersebut.
Apa yang menjadi Pichai sukses? Dia adalah sosok yang jauh dari sikap egosentris dan kasar yang menjadi gaya kepemimpinan CEO perusahaan pada umumnya. Tapi, Pichai menggunakan gaya yang berbeda dengan meningkatkan kualitas, daya saing dan produktivitas. Gaya yang lunak melekat pada generasi eksekutif asal India saat ini. Bukan hanya Pichai.
Microsoft menunjuk Satya Nadellaits sebagai CEO ketiga menggantikan Steve Ballmer. Perusahaan telekomunikasi multinasional Jepang SoftBank pun merekrut eksekutif Google, Nikesh Arora, sebagai pemimpin. Adobe juga dipimpin Shantanu Narayen. Dan, Sanjay Mehrotra memimpin perusahaan perlengkapan komputer SanDisk. Eksekutif asal India lain adalah bos Mastercard Ajay Banga dan Indra Nooyi yang memimpin Pepsi Co. Ternyata, kesuksesan mereka tidak berkaitan dengan kualifikasi akademik.
Menurut Venktesh Shukla, Presiden The Indus Entrepreneurs, budaya India membantu menciptakan paradigma manajemen kesuksesan. ”Budaya India menempatkan nilai kompetisi dan kerendahan hati,” tutur Shukla, kepada BBC . Orang India juga akrab dengan perbedaan, di mana mereka terbiasa berbicara dengan bahasa yang berbeda dan menghadapi orang dari beragam agama.
”Kemampuan orang India untuk menghadapi perbedaan menjadi kekuatan mereka berkembang di Silicon Valley,” imbuh Shukla. Gurnek Bains, pendiri dan lembaga konsultan psikologi YSC, mengatakan bahwa pemahaman orang India tentang perbedaan berasal dari tradisi banyak dewa, realitas yang beragam, dan perbedaan perspektif. ”Dengan demikian, mereka (orang India) dapat menyatu dalam perubahan dunia yang cepat di dalam industri teknologi informasi,” tutur penulis buku Cultural DNA: The Psychology of Globalization.
Berdasarkan penelitian YSC terhadap 200 eksekutif dari seluruh dunia membuktikan CEO asal India memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan. Namun, para CEO dari India itu tidak memiliki kekuatan intelektual yang patut dibanggakan. Itu membuktikan bahwa tidak ada orang yang sempurna. ”Para eksekutif asal India sangat lemah dalam kerja sama tim di mana CEO asal Amerika dan Eropa memiliki keunggulan dalam hal itu,” tutur Bains.
Rahasia kesuksesan orang India meraih kesuksesan adalah kemampuan mereka. Sebanyak 6% orang yang bekerja di Silicon Valley adalah keturunan India. Namun, 15% pengusaha perintis di bidang teknologi juga berasal dari India.
Menurut Profesor Vivek Wadhwa, pengusaha asal India yang juga akademikus di beberapa universitas di AS, sepertiga perusahaan baru di bidang teknologi diluncurkan oleh orang India. ”Banyaknya orang India menjadi CEO menjadi motivasi bagi anak-anak India,” kata Wadhwa.
Arvin
Fenomena itu menjadi hal menarik karena orang India mampu menjadi CEO perusahaan besar dan menggeser dominasi orang Barat Semisal CEO baru Google, Sundar Pichai. Putra seorang teknisi asal Chennai, India, itu mampu menjadi arsitek Google karena menyukseskan Chrome. Dia bergabung dengan Google pada 2004 dan tidak terlalu lama untuk mencapai posisi puncak tersebut.
Apa yang menjadi Pichai sukses? Dia adalah sosok yang jauh dari sikap egosentris dan kasar yang menjadi gaya kepemimpinan CEO perusahaan pada umumnya. Tapi, Pichai menggunakan gaya yang berbeda dengan meningkatkan kualitas, daya saing dan produktivitas. Gaya yang lunak melekat pada generasi eksekutif asal India saat ini. Bukan hanya Pichai.
Microsoft menunjuk Satya Nadellaits sebagai CEO ketiga menggantikan Steve Ballmer. Perusahaan telekomunikasi multinasional Jepang SoftBank pun merekrut eksekutif Google, Nikesh Arora, sebagai pemimpin. Adobe juga dipimpin Shantanu Narayen. Dan, Sanjay Mehrotra memimpin perusahaan perlengkapan komputer SanDisk. Eksekutif asal India lain adalah bos Mastercard Ajay Banga dan Indra Nooyi yang memimpin Pepsi Co. Ternyata, kesuksesan mereka tidak berkaitan dengan kualifikasi akademik.
Menurut Venktesh Shukla, Presiden The Indus Entrepreneurs, budaya India membantu menciptakan paradigma manajemen kesuksesan. ”Budaya India menempatkan nilai kompetisi dan kerendahan hati,” tutur Shukla, kepada BBC . Orang India juga akrab dengan perbedaan, di mana mereka terbiasa berbicara dengan bahasa yang berbeda dan menghadapi orang dari beragam agama.
”Kemampuan orang India untuk menghadapi perbedaan menjadi kekuatan mereka berkembang di Silicon Valley,” imbuh Shukla. Gurnek Bains, pendiri dan lembaga konsultan psikologi YSC, mengatakan bahwa pemahaman orang India tentang perbedaan berasal dari tradisi banyak dewa, realitas yang beragam, dan perbedaan perspektif. ”Dengan demikian, mereka (orang India) dapat menyatu dalam perubahan dunia yang cepat di dalam industri teknologi informasi,” tutur penulis buku Cultural DNA: The Psychology of Globalization.
Berdasarkan penelitian YSC terhadap 200 eksekutif dari seluruh dunia membuktikan CEO asal India memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan. Namun, para CEO dari India itu tidak memiliki kekuatan intelektual yang patut dibanggakan. Itu membuktikan bahwa tidak ada orang yang sempurna. ”Para eksekutif asal India sangat lemah dalam kerja sama tim di mana CEO asal Amerika dan Eropa memiliki keunggulan dalam hal itu,” tutur Bains.
Rahasia kesuksesan orang India meraih kesuksesan adalah kemampuan mereka. Sebanyak 6% orang yang bekerja di Silicon Valley adalah keturunan India. Namun, 15% pengusaha perintis di bidang teknologi juga berasal dari India.
Menurut Profesor Vivek Wadhwa, pengusaha asal India yang juga akademikus di beberapa universitas di AS, sepertiga perusahaan baru di bidang teknologi diluncurkan oleh orang India. ”Banyaknya orang India menjadi CEO menjadi motivasi bagi anak-anak India,” kata Wadhwa.
Arvin
(ars)