Polda Sita 115 Kg Sabu dan Tangkap 23 Pengedar Narkoba
A
A
A
JAKARTA - Polda Metro Jaya menangkap 23 orang pelaku pengedar narkoba yang terdiri atas 3 warga negara (WN) Nigeria, 3 WN China, dan 17 WNI. Penangkapan tersebut adalah hasil Operasi Nila yang berlangsung 2 Agustus-9 September.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, dari hasil operasi ini polisi berhasil menyita 115 kg sabu dan 5.450butirekstasisenilaiRp174 miliar. ”Modusnya macammacam, ada yang diselundupkan dengan memasukan ke dalam pipa piston dan paralon, dimasukkan melalui dinding tas, sandal, termos air panas, aki mobil, dandalam speaker mobil,” katanya di Polda Metro Jaya kemarin.
Dia melanjutkan, para pelaku yang ditangkap terbagi menjadi dua, yakni kurir dan bandar. Narkoba tersebut diselundupkan ke Ibu Kota melalui jalur laut. Dari pelaku yang ditangkap ada perempuan yang dijadikan kurir dengan cara dipacari atau dinikahi bandar narkoba. ”Untuk menyelundupkannya itu macammacam, kebanyakan narkoba ini masuk dari Malaysia,” ujarnya.
Puluhan tersangka yang ditangkap akan dijerat Pasal 114 ayat (2) subsiderPasal112 juncto Pasal 132 ayat (2) UU Nomor 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso menegaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan dimasuki sindikat narkoba.
Banyaknya pelabuhan ”tikus” yang tidak terawasi mendorong BNN menggandeng TNI guna menjaga wilayah perairan Indonesia. ”Kenapa melibatkan TNI? Saya kira wajar-wajar saja karena sudah jelas di pantai ada TNI Angkatan Laut (AL), kapalkapal ilegal tidak bisa masuk ke perairan kita, itu kewenangan di AL. Kepolisian ada Polair, nanti mereka masuk ke darat, ada polisi,” tuturnya.
Untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia perlu kerja sama antarpenegak hukum. Polisi dan BNN tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, tetapi perlu melibatkan TNI yang menjaga perbatasan wilayah perairan Indonesia. ”Bila perlu tenggelamkan di laut narkoba ini sama pelakupelakunya,” ungkap Budi.
Jenderal berbintang tiga ini menegaskan, perlu ada upaya proaktif yang lebih agresif dan masif untuk memberantas peredaran narkotika di Indonesia hingga ke akarakarnya. ”Justru hasil ini untuk bahan kita mengevaluasi, berarti peredarannya masih besar. Artinya ada yang perlu disempurnakan dalam langkah-langkah ke depan, kita harus proaktif dan agresif secara bersama-sama menangani masalah ini,” katanya.
Budi juga menyinggung masalah pengawasan di lembaga pemasyarakatan. Hal ini karena banyak penjara yang justru dijadikan tempat pengendalian jaringan narkoba. ”Artinya pengawasan di lembaga pemasyarakatan juga harus dibenahi. Kita berikan masukan juga ke Kemenkumham untuk mengevaluasi kembali,” ujarnya.
Helmi Syarif
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, dari hasil operasi ini polisi berhasil menyita 115 kg sabu dan 5.450butirekstasisenilaiRp174 miliar. ”Modusnya macammacam, ada yang diselundupkan dengan memasukan ke dalam pipa piston dan paralon, dimasukkan melalui dinding tas, sandal, termos air panas, aki mobil, dandalam speaker mobil,” katanya di Polda Metro Jaya kemarin.
Dia melanjutkan, para pelaku yang ditangkap terbagi menjadi dua, yakni kurir dan bandar. Narkoba tersebut diselundupkan ke Ibu Kota melalui jalur laut. Dari pelaku yang ditangkap ada perempuan yang dijadikan kurir dengan cara dipacari atau dinikahi bandar narkoba. ”Untuk menyelundupkannya itu macammacam, kebanyakan narkoba ini masuk dari Malaysia,” ujarnya.
Puluhan tersangka yang ditangkap akan dijerat Pasal 114 ayat (2) subsiderPasal112 juncto Pasal 132 ayat (2) UU Nomor 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso menegaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan dimasuki sindikat narkoba.
Banyaknya pelabuhan ”tikus” yang tidak terawasi mendorong BNN menggandeng TNI guna menjaga wilayah perairan Indonesia. ”Kenapa melibatkan TNI? Saya kira wajar-wajar saja karena sudah jelas di pantai ada TNI Angkatan Laut (AL), kapalkapal ilegal tidak bisa masuk ke perairan kita, itu kewenangan di AL. Kepolisian ada Polair, nanti mereka masuk ke darat, ada polisi,” tuturnya.
Untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia perlu kerja sama antarpenegak hukum. Polisi dan BNN tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, tetapi perlu melibatkan TNI yang menjaga perbatasan wilayah perairan Indonesia. ”Bila perlu tenggelamkan di laut narkoba ini sama pelakupelakunya,” ungkap Budi.
Jenderal berbintang tiga ini menegaskan, perlu ada upaya proaktif yang lebih agresif dan masif untuk memberantas peredaran narkotika di Indonesia hingga ke akarakarnya. ”Justru hasil ini untuk bahan kita mengevaluasi, berarti peredarannya masih besar. Artinya ada yang perlu disempurnakan dalam langkah-langkah ke depan, kita harus proaktif dan agresif secara bersama-sama menangani masalah ini,” katanya.
Budi juga menyinggung masalah pengawasan di lembaga pemasyarakatan. Hal ini karena banyak penjara yang justru dijadikan tempat pengendalian jaringan narkoba. ”Artinya pengawasan di lembaga pemasyarakatan juga harus dibenahi. Kita berikan masukan juga ke Kemenkumham untuk mengevaluasi kembali,” ujarnya.
Helmi Syarif
(bbg)