Badai Pasir di Jeddah Berakhir
A
A
A
JEDDAH - Badai pasir yang melanda kawasan Jeddah, Arab Saudi sejak Selasa 8 September 2015 petang akhirnya berakhir pada Rabu (9/9/2015) pagi tadi.
Debu pasir menyelimuti sejumlah kawasan, seperti Bandara King Abdul Aziz yang menjadi tempat pendaratan jamaah haji Indonesia.
Otoritas bandara langsung membersihkan debu lembut di sekitar bandara, termasuk tempat mikat di Plasa Indonesia.
“Tadi (kemarin) sekitar jam tujuh pagi badai pasir sudah berakhir,” ujar Pelaksana Perlindungan Jamaah daerah kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah AKP Jajang Sukendar, Rabu (9/9/2015).
Sebelumnya, badai sempat menggangu penerbangan di Bandara King Abdul Aziz. Berdasarkan pantauan Koran SINDO, debu menghampar di seluruh area bandara, termasuk halaman Plasa Indonesia.
Jarak pandang pun terbatas. Karena berisiko, semua petugas memakai masker.Setelah terjangan badai mulai menurun dan kondisi cuaca membaik, beberapa pesawat berani mendarat.
Sekira pukul 23.00, pesawat yang membawa rombongan jamaah haji kloter 43 dari embarkasi Surabaya, Jawa Timur mendarat. Saat keluar dari pemeriksaan imigrasi, semua penumpang memakai masker pelindung debu.
“Tadi saat masih di atas (udara) sempat ada pengumuman cuaca buruk dan diminta pakai sabuk pengaman,” kata Farida, jamaah haji asal Malang yang ikut kloter 43.
Tujuh pesawat yang seharusnya mendarat pada Selasa 8 September 2015 malam terpaksa dialihkan ke bandara terdekat, yakni Madinah, Yanbu dan Taif.
“Penerbangan masuk dialihkan ke bandara terdekat dan ada beberapa keberangkatan yang ditunda,” kata Abdul Hameed Abal-Ari salah satu pejabat senior di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah seperti dikutip Arabnews.com.
Sadiya Haneef, warga distrik Al-Sulaimaniya mengungkapkan badai terjadi begitu cepat. “Saya melihat dari balkon rumah ada seperti jamur di langit, seperti kepulan asap. Namun ternyata badai pasir,” katanya.
Badai besar yang berlangsung selama 40 menit itu menurut informasi juga melanda beberapa negara di kawasan Timur Tengah, yakni Lebanon, Suriah, Israel, Siprus, dan Palestina.
Kepala Daker Bandara Jeddah-Madinah Nurul Badruttamam menjelaskan terjangan badai pasir begitu cepat.
“Menurut informasi, ini badai terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Belum pernah terjadi badai debu pasir yang cukup besar seperti ini. Petugas langsung bertindak cepat dengan membagikan masker,” katanya.
Dia menambahkan, sebuah pesawat Garuda Indonesia dan satu pesawat Saudi Arabian Airline yang membawa jamaah haji Indonesia terpaksa pendaratannya dialihkan ke Bandara Madinah. Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 7274 tersebut membawa jamaah haji kloter 27 embarkasi Jakarta Pondok Gede asal Provinsi DKI Jakarta.
Seharusnya, pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Jeddah pada pukul 19.10 waktu Arab Saudi. Setelah kondisi membaik, pesawat diterbangkan lagi ke Jeddah dan mendarat pukul 21.13. Sedangkan pesawat Saudi Arabaian Airlines nomor penerbangan SV 5205 harusnya mendarat di Bandara Jeddah jam 19.35.
Namun pendaratannya juga dialihkan ke Bandara Madinah. Pesawat ini akhirnya terbang lagi ke Jeddah dan mendarat pukul 22.45.
Kendati badai sudah berakhir, namun Nurul menyatakan bahwa setiap jamaah yang turun akan tetap diberi masker. ”Karena masih ada bau-bau debu maka kita bagikan masker ke jamaah,” tandasnya.
Dokter jaga Klinik Kesehatan Daker Bandara Jeddah, Agung Dewantoro menjelaskan debu pasir lembut membuat tiga jamaah mengalami sesak napas dan harus dirawat di klinik.
“Pada saat di pesawat tak terkaji apa-apa, namun begitu ke luar dari pesawat langsung sesak napas. Tadi ada dua pasien memiliki riwayat penyakit pernapasan kronik, sehingga begitu kena debu langsung bereaksi. Seorang pasien lagi tak memiliki penyakit pernafasan, ”ujar dokter spesialis paru-paru dari RS Moewardi, Solo, ini.
Debu pasir ini bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas/bawah. Oleh karena itu, kata dia, jamaah disarankan mengenakan penutup hidung atau masker. Jika ada keluhan sesak nafas, kata dia, hendaknya langsung lapor ke dokter jaga.
Tim kesehatan begitu mengetahui ada badai pasir langsung diperintahkan membagikan masker. Saat badai debu berlangsung, seorang jamaah haji asal Medan, Sumetera Utara mengalami musibah.
Jamaah haji perempuan bernama Ichairiah Main, 65, terpeleset di kamar mandi Plasa Indonesia saat sedang ganti baju putih ihram. “Mengalami patah tulang di kaki kanan sebelah atas. Selanjutnya kita kirim ke rumah sakit Arab Saudi untuk menjalani perawatan medis secara intensif,” tuturnya.
PILIHAN:
Ibas: Banyak yang Rindu Kepemimpinan SBY
Debu pasir menyelimuti sejumlah kawasan, seperti Bandara King Abdul Aziz yang menjadi tempat pendaratan jamaah haji Indonesia.
Otoritas bandara langsung membersihkan debu lembut di sekitar bandara, termasuk tempat mikat di Plasa Indonesia.
“Tadi (kemarin) sekitar jam tujuh pagi badai pasir sudah berakhir,” ujar Pelaksana Perlindungan Jamaah daerah kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah AKP Jajang Sukendar, Rabu (9/9/2015).
Sebelumnya, badai sempat menggangu penerbangan di Bandara King Abdul Aziz. Berdasarkan pantauan Koran SINDO, debu menghampar di seluruh area bandara, termasuk halaman Plasa Indonesia.
Jarak pandang pun terbatas. Karena berisiko, semua petugas memakai masker.Setelah terjangan badai mulai menurun dan kondisi cuaca membaik, beberapa pesawat berani mendarat.
Sekira pukul 23.00, pesawat yang membawa rombongan jamaah haji kloter 43 dari embarkasi Surabaya, Jawa Timur mendarat. Saat keluar dari pemeriksaan imigrasi, semua penumpang memakai masker pelindung debu.
“Tadi saat masih di atas (udara) sempat ada pengumuman cuaca buruk dan diminta pakai sabuk pengaman,” kata Farida, jamaah haji asal Malang yang ikut kloter 43.
Tujuh pesawat yang seharusnya mendarat pada Selasa 8 September 2015 malam terpaksa dialihkan ke bandara terdekat, yakni Madinah, Yanbu dan Taif.
“Penerbangan masuk dialihkan ke bandara terdekat dan ada beberapa keberangkatan yang ditunda,” kata Abdul Hameed Abal-Ari salah satu pejabat senior di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah seperti dikutip Arabnews.com.
Sadiya Haneef, warga distrik Al-Sulaimaniya mengungkapkan badai terjadi begitu cepat. “Saya melihat dari balkon rumah ada seperti jamur di langit, seperti kepulan asap. Namun ternyata badai pasir,” katanya.
Badai besar yang berlangsung selama 40 menit itu menurut informasi juga melanda beberapa negara di kawasan Timur Tengah, yakni Lebanon, Suriah, Israel, Siprus, dan Palestina.
Kepala Daker Bandara Jeddah-Madinah Nurul Badruttamam menjelaskan terjangan badai pasir begitu cepat.
“Menurut informasi, ini badai terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Belum pernah terjadi badai debu pasir yang cukup besar seperti ini. Petugas langsung bertindak cepat dengan membagikan masker,” katanya.
Dia menambahkan, sebuah pesawat Garuda Indonesia dan satu pesawat Saudi Arabian Airline yang membawa jamaah haji Indonesia terpaksa pendaratannya dialihkan ke Bandara Madinah. Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 7274 tersebut membawa jamaah haji kloter 27 embarkasi Jakarta Pondok Gede asal Provinsi DKI Jakarta.
Seharusnya, pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Jeddah pada pukul 19.10 waktu Arab Saudi. Setelah kondisi membaik, pesawat diterbangkan lagi ke Jeddah dan mendarat pukul 21.13. Sedangkan pesawat Saudi Arabaian Airlines nomor penerbangan SV 5205 harusnya mendarat di Bandara Jeddah jam 19.35.
Namun pendaratannya juga dialihkan ke Bandara Madinah. Pesawat ini akhirnya terbang lagi ke Jeddah dan mendarat pukul 22.45.
Kendati badai sudah berakhir, namun Nurul menyatakan bahwa setiap jamaah yang turun akan tetap diberi masker. ”Karena masih ada bau-bau debu maka kita bagikan masker ke jamaah,” tandasnya.
Dokter jaga Klinik Kesehatan Daker Bandara Jeddah, Agung Dewantoro menjelaskan debu pasir lembut membuat tiga jamaah mengalami sesak napas dan harus dirawat di klinik.
“Pada saat di pesawat tak terkaji apa-apa, namun begitu ke luar dari pesawat langsung sesak napas. Tadi ada dua pasien memiliki riwayat penyakit pernapasan kronik, sehingga begitu kena debu langsung bereaksi. Seorang pasien lagi tak memiliki penyakit pernafasan, ”ujar dokter spesialis paru-paru dari RS Moewardi, Solo, ini.
Debu pasir ini bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas/bawah. Oleh karena itu, kata dia, jamaah disarankan mengenakan penutup hidung atau masker. Jika ada keluhan sesak nafas, kata dia, hendaknya langsung lapor ke dokter jaga.
Tim kesehatan begitu mengetahui ada badai pasir langsung diperintahkan membagikan masker. Saat badai debu berlangsung, seorang jamaah haji asal Medan, Sumetera Utara mengalami musibah.
Jamaah haji perempuan bernama Ichairiah Main, 65, terpeleset di kamar mandi Plasa Indonesia saat sedang ganti baju putih ihram. “Mengalami patah tulang di kaki kanan sebelah atas. Selanjutnya kita kirim ke rumah sakit Arab Saudi untuk menjalani perawatan medis secara intensif,” tuturnya.
PILIHAN:
Ibas: Banyak yang Rindu Kepemimpinan SBY
(dam)