Bersepeda di Tengah Cuaca Panas demi Kesembuhan Jamaah
A
A
A
RAUT wajah Suhar Dani sumringah saat tiba di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Khalidiyah, Mekkah, Senin (7/9) sore.
Pria asal Madiun, Jawa Timur ini salah satu dari sembilan mukimin (WNI yang tinggal di Arab Saudi) yang terpilih menjadi tenaga pengantar obat (TEPAT). Setiap hari dia bertugas mengantar obat untuk tim kesehatan di sembilan sektor pemondokan jamaah haji Indonesia. Cuaca panas menyengat dengan kelembaban udara rendah yang membuat cairan tubuh terkuras tak menyurutkan semangatnya.
Bermodal sepeda bekas, Suhar Dani menempuh medan terjal naik-turun menuju pemondokan yang jaraknya ada yang mencapai 4,5 km dari Masjidilharam. ”Sepeda bekas ini saya beli 150 riyal atau sekitar Rp570.000. Kalau beli sepeda baru harganya sampai 350 riyal atau sekitar Rp1,3 juta. Saya sudah pernah jadi tenaga TEPAT pada 2013,” katanya kepada KORAN SINDO . Suhar menuturkan, hanya Indonesia yang memiliki ide cemerlang mengantarkan obat menggunakan sepeda.
”Negara lain tak ada yang memiliki ide seperti ini. Karena unik, saya tertarik bergabung,” katanya. Selama mengantar obat pada musim haji 2013, dia mendapat berbagai pengalaman unik dan menegangkan. Bapak dari empat anak ini pernah menabrak taksi ketika mengantar obat ke pemondokan di Sektor 6. Tiba-tiba rem sepedanya blong saat melintasi turunan tajam, padahal di bawah sedang ada taksi yang berhenti.
”Akhirnya sepeda saya menabrak taksi. Ban sampai berubah jadi angka delapan. Untung saya hanya lecet sedikit,” kenang pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir ambulans di Kota Jeddah ini. Pernah juga sepeda Suhar Dani yang tak dikunci dibawa main anak-anak ke jalanan. ”Langsung saya kejar dan panggil mereka,” lanjut Suhar Dani yang sudah 22 tahun bermukim di Arab Saudi. Area mengantar obat tidak hanya di pemondokan, melainkan saat wukuf di Arafah, Musdalifah, dan Mina (Armina). Sebagai konsekuensi jadi petugas pengantar obat, sesuai kontrak yang diteken, dia dilarang berhaji.
”Saya kan sudah pernah berhaji. Jadi, saya sudah siap untuk tidak naik haji lagi,” urainya. Petugas pengantar obat seperti Suhar Dani sangat dibutuhkan di Mekkah ketika puncak haji tiba. Jalanan di Tanah Suci macet lantaran dipadati lebih 2 juta jamaah sehingga diperlukan terobosan agar obat bisa sampai ke tangan jamaah tepat waktu.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Mawari Edy mengatakan, kriteria petugas TEPAT memang harus sehat, punya pengetahuan terkait pelayanan kesehatan, punya fasilitas sepeda atau sepeda motor, serta diutamakan siap untuk tidak berhaji untuk menjamin kinerja mereka efektif selama masa tugas. Menurut dia, personel TEPAT jumlahnya disesuaikan dengan jumlah sektor yang ada di Mekkah dan kebutuhannya mengikuti permintaan dari seksi Perbekalan Kesehatan (Perbekes).
”Mereka akan bertugas selama 40 hari. Saat ini petugas TEPAT baru ada di Mekkah, sedangkan di Madinah belum pernah dibentuk,” katanya.
Sunu Hastoro F
Mekkah
Pria asal Madiun, Jawa Timur ini salah satu dari sembilan mukimin (WNI yang tinggal di Arab Saudi) yang terpilih menjadi tenaga pengantar obat (TEPAT). Setiap hari dia bertugas mengantar obat untuk tim kesehatan di sembilan sektor pemondokan jamaah haji Indonesia. Cuaca panas menyengat dengan kelembaban udara rendah yang membuat cairan tubuh terkuras tak menyurutkan semangatnya.
Bermodal sepeda bekas, Suhar Dani menempuh medan terjal naik-turun menuju pemondokan yang jaraknya ada yang mencapai 4,5 km dari Masjidilharam. ”Sepeda bekas ini saya beli 150 riyal atau sekitar Rp570.000. Kalau beli sepeda baru harganya sampai 350 riyal atau sekitar Rp1,3 juta. Saya sudah pernah jadi tenaga TEPAT pada 2013,” katanya kepada KORAN SINDO . Suhar menuturkan, hanya Indonesia yang memiliki ide cemerlang mengantarkan obat menggunakan sepeda.
”Negara lain tak ada yang memiliki ide seperti ini. Karena unik, saya tertarik bergabung,” katanya. Selama mengantar obat pada musim haji 2013, dia mendapat berbagai pengalaman unik dan menegangkan. Bapak dari empat anak ini pernah menabrak taksi ketika mengantar obat ke pemondokan di Sektor 6. Tiba-tiba rem sepedanya blong saat melintasi turunan tajam, padahal di bawah sedang ada taksi yang berhenti.
”Akhirnya sepeda saya menabrak taksi. Ban sampai berubah jadi angka delapan. Untung saya hanya lecet sedikit,” kenang pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir ambulans di Kota Jeddah ini. Pernah juga sepeda Suhar Dani yang tak dikunci dibawa main anak-anak ke jalanan. ”Langsung saya kejar dan panggil mereka,” lanjut Suhar Dani yang sudah 22 tahun bermukim di Arab Saudi. Area mengantar obat tidak hanya di pemondokan, melainkan saat wukuf di Arafah, Musdalifah, dan Mina (Armina). Sebagai konsekuensi jadi petugas pengantar obat, sesuai kontrak yang diteken, dia dilarang berhaji.
”Saya kan sudah pernah berhaji. Jadi, saya sudah siap untuk tidak naik haji lagi,” urainya. Petugas pengantar obat seperti Suhar Dani sangat dibutuhkan di Mekkah ketika puncak haji tiba. Jalanan di Tanah Suci macet lantaran dipadati lebih 2 juta jamaah sehingga diperlukan terobosan agar obat bisa sampai ke tangan jamaah tepat waktu.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Mawari Edy mengatakan, kriteria petugas TEPAT memang harus sehat, punya pengetahuan terkait pelayanan kesehatan, punya fasilitas sepeda atau sepeda motor, serta diutamakan siap untuk tidak berhaji untuk menjamin kinerja mereka efektif selama masa tugas. Menurut dia, personel TEPAT jumlahnya disesuaikan dengan jumlah sektor yang ada di Mekkah dan kebutuhannya mengikuti permintaan dari seksi Perbekalan Kesehatan (Perbekes).
”Mereka akan bertugas selama 40 hari. Saat ini petugas TEPAT baru ada di Mekkah, sedangkan di Madinah belum pernah dibentuk,” katanya.
Sunu Hastoro F
Mekkah
(ars)