Sesepuh Nahdlatul Ulama KH Muchit Muzadi Berpulang

Senin, 07 September 2015 - 08:48 WIB
Sesepuh Nahdlatul Ulama KH Muchit Muzadi Berpulang
Sesepuh Nahdlatul Ulama KH Muchit Muzadi Berpulang
A A A
JEMBER - Kabar duka menyelimuti warga Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu sesepuh ulama NU, KH Muchit Muzadi, kemarin berpulang ke Mahakuasa setelah dirawat di RS Persada Malang, Jawa Timur.

KH Muchit memang sudah lama dirawat karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Sejak tiga minggu terakhir, almarhum dirawat di RS Persada sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya. Pemakaman kiai kharismatik asal Jember ini pun dihadiri ribuan warga. Sejumlah tokoh juga terlihat hadir mengantarkan seorang deklarator Partai Kebangkitan Bangsa ini ke tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman umum Jalan Kalimantan, Jember.

Pemakaman almarhum berlokasi di belakang Masjid Sunan Kalijaga dan berjarak sekitar 100 meter dari kediamannya. Almarhum dimakamkandisampingistrinya, Siti Farida, menjelang azan asar. Terlihat Bupati Jember MZA Djalal, Bupati Bondowoso, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas turut memberikan doa di rumah duka. ”Kami sangat kehilangan sosok panutan NU. Beliau seorang sederhana yang meninggalkan kita, semoga almarhum husnul khatimah,” kata MZA Djalal.

Semasa hidupnya mendiang dikenal teguh memegang dan menyebarkan ajaran KH Hasyim Asyari, pendiri NU. Mendiang dikenal sebagai ulama yang fokus memperjuangkan pendidikan formal di Jember. Ulama kelahiran Kecamatan Bangilan, Tuban, 4 Desember 1925 itu kemudian merantau ke Jember dan aktif untuk menyebarkan ajaran Hasyim Asyari. Di mana pun berada, mendiang selalu menyebarkan nilai-nilai NU.

Menurut penuturan Alfian Futuhul Hadi, putra bungsu KH Muchit Muzadi, almarhum ke Jember sekitar tahun 1965 dengan membantu mengajar mengikuti almarhum KH Dhofir Siddiq. ”Di mana pun berada, almarhum selalu menyebarkan nilai-nilai NU. Bahwa NU sebagai organisasi yang lurus, bersifat memperbaiki, dan mengayomi. Maka jika masuk NU, semangatnya pasti memperbaiki diri,” katanya.

Di Jember mendiang merintis berbagai pendidikan formal termasuk sempat dipercaya ikut mengurus lahirnya IAIN Jember dan MAN 1 Jember. Beliau juga pernah menjadi kepala sekolah madrasah dan dekan IAIN Jember. Selain itu, mendiang juga aktif mengajar tentang Aswaja dan ke-NU-an di Pondok Pesantren As Siddiqqi Putri di Talangsari, Jember bersama Halim Siddiq.

”Di sana, mendiang tetap aktif mengajar bahkan hingga masa pensiun. Bapak sangat fokus pada pendidikan dan ke-NUan,” katanya. KH Muchit juga dikenal dekat dengan Rais Akbar NU Hasyim Asy’ari ketika mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Selama menetap di Jember, kakak dari mantan Ketua Umum PBNU NU dan Wantimpres Hasyim Muzadi itu, juga pernah menjadi sekretaris Rais AamNU Achmad Shiddiq pada 1980-an serta menjadi mustasyar PBNU untuk beberapa periode.

Rais Syuriah Pengurus Cabang NU Jember KH Muhyiddin Abdussomad mengatakan, sosok Mbah Muchit - panggilan KH Muchit - adalah suri tauladan bagi warga NU. ”Almarhum memiliki delapan anak, 19 cucu, dan satu cicit. Kami sangat berduka, beliau adalah ayah dan guru kami dan tauladan serta sosok yang istikamah,” kata KH Muhyiddin Abdussomad.

Semasa hidupnya Mbah Muchit dikenal sebagai konseptor ulung dan ideolog di balik berbagai kebijakan strategis NU dalam masalah keagamaan dan kebangsaan. Mbah Muchit adalah murid langsung pendiri NU Hadlratussyaikh KH Hasyim Asyari di Pesantren Tebuireng, Jombang. Di Tebuireng, Mbah Muchit tidak hanya belajar agama, tapi juga belajar berorganisasi.

Pada 1941 Mbah Muchit muda telah menjadi anggota NU. Di sana dia juga bertemu beberapa santri terkenal seperti KH Achmad Shiddiq yang kemudian juga bertindak sebagai Rais Am PBNU.

P juliatmoko
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4346 seconds (0.1#10.140)