Waspada Pencairan Permafrost

Minggu, 06 September 2015 - 09:49 WIB
Waspada Pencairan Permafrost
Waspada Pencairan Permafrost
A A A
Para peneliti mungkin telah mengubah perkiraan waktu mereka tentang kapan permafrost Greenland akan sepenuhnya meleleh akibat perubahan iklim.

Kini penelitian baru dari Denmark menunjukkan pencairan permafrost dapat lebih cepat dibandingkan proyeksi. Permafrost adalah lapisan es yang tetapmembeku di bawah tanah di daerah kutub. Hasil penelitian yang dirilis di jurnal Nature Climate Change beberapa waktu lalu menunjukkan, sejumlah mikroba yang terjebak di permafrost Greenland menjadi aktif saat iklim menghangat dan permafrost mulai mencair.

Saat mikrobamikroba itu menjadi aktif, mereka makan bahan organik yang telah membeku, memproduksi panas dan mengancam cepatnya pencairan permafrost. Dengan kata lain, menurut riset itu, pencairan permafrost dapat mencapai level yang kritis. ”Produksi panas dari metabolisme mikroba terhadap bahan organik diakui sebagai mekanisme yang akan mempercepat pencairan permafrost dan melepas karbon,” papar hasil studi tersebut, dikutip situs internet ThinkProgress.

Studi yang dilakukan para peneliti di Pusat Permafrost pada Universitas Copenhagen menyebutkan, ”Produksi panas internal ini masih kurang diketahui dan kekuatan efek ini masih tidak jelas.”

Kekhawatiran terbesar para peneliti tentang pencairan permafrost adalah tanah yang beku itu penuh dengan karbon. Karbon itu terperangkap dalam tanah karena beku secara permanen sebagai permafrost.

Saat suhu di Arktik, Kutub Utara, naik akibat perubahan iklim permafrost pun mencair dan melepas sejumlah karbon ke atmosfer. Siklus ini juga terus berputar di wilayah permafrost Arktik,yakni perubahan iklim mengakibatkan permafrost mencair, pencairan mengakibatkan perubahan iklim semakin cepat. Hal itu mendorong pencairan permafrost lebih cepat lagi, demikian selanjutnya.

Hal yangmembuat riset baru ini sangat penting ialah penelitian ini menunjukkan pentingnya menahan laju pencairan permafrost. Karena bahkan tanpa temuan baru mikroba penghasil panas ini perkiraan karbon yang dilepas dari pencairan permafrost telah mengkhawatirkan.

Menurut Pusat Data Es dan SaljuNasional,ada sekitar1.700 gigaton karbon yang saat ini membeku dalam permafrost. Jumlah tersebut lebih banyak dari total karbon di atmosfer sekarang. Sesuai data, atmosfer Bumi sekarang mengandung sekitar 850 gigaton karbon. Tanpa mempertimbangkan mikroba itu, proyeksi rata-rata 120 gigaton karbon akan dilepas dari pencairan permafrost pada 2100.

Kondisi itu akan menaikkan suhu rata-rata global 0,29 derajat Celsius. Setelah 2100, jika perubahan iklim memburuk, total emisi permafrost akan naik dua kali lipat. Prediksi ini dibenarkan oleh peneliti riset di PusatData Es dan Salju Nasional Kevin Schaefer yang memperkirakan jumlah karbon yang dilepas di masa depan akibat pencairan permafrost.

Schaefer, yang juga salah satu peneliti studi mikroba, menjelaskan pada ThinkProgress bahwa ini merupakan alarm karena emisi dari permafrost tidak dapat diubah sepenuhnya. ”Ini emisi permanen. Saat Anda mencairkanmaterial itu, tidak ada cara untukmenjadikan materi organik itu kembali menjadi permafrost. Anda tidak dapat membekukan ulang permafrost,” tuturnya.

Belum jelas juga apakah karbon yang dilepas saat permafrost mencair, akan berupa karbondioksida atau methane yang memiliki dampak lebih besar pada perubahan iklim. Setiap pon emisi dibandingkan dengan karbondioksida, metana memiliki 20 kali dampak lebih besar pada pemanasan atmosfer selama periode 100 tahun, menurut Badan Perlindungan Lingkungan.

Laporan New Scientist menyebutkan, jika Arktik menjadi lebih panas dan kering, mikroba- mikroba yang terjebak dalam permafrost dapat memproduksi karbondioksida. Jika kondisi lingkungan lebih hangat dan basah, mikroba akan memproduksi metana.

Penemuan mikroba penghasil panas hanya ancaman yang menambah ketidakpastian pada proyeksi emisi permafrost. Pasalnya, meskipun kita tahu mereka dapat mempercepat pencairan permafrost, para peneliti tidak tahu seberapa besar peningkatannya.

Schaefer mengakui, hasil penelitian ini merupakan kabar buruk pada perubahan iklim global. Kendati demikian, kabar baiknya ialah percepatan pencairan permafrost Arktik dapat dicegah jika pemanasan global dibatasi rata-rata 2 derajat Celsius. Batas2derajat itu secara kebetulan menjadi target negosiasi iklim internasional yang akan digelar pada akhir tahun ini.

Syarifudin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7563 seconds (0.1#10.140)