Banyak Proyek Infrastruktur di Tangsel Molor
A
A
A
TANGERANG - Sejumlah proyek infrastruktur di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) molor dari target. Pembangunan meleset dari target karena Pemkot Tangsel kesulitan membebaskan lahan untuk sejumlah proyek infrastruktur tersebut.
Misalnya, pelebaran Jalan Ciater-Maruga, perluasan TPA Cipeucang, bundaran Pamulang yang disewakan kepada swasta, serta pelebaran dan pembangunan Jalan Prabu Siliwangi. Molornya proyek tersebut berakibat Kota Tangsel terlihat kumuh. ”Banyak kendala di lapangan terkait lahannya,” kata Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie kepada KORAN SINDO kemarin.
Sementara, pelebaran Jalan Ciater-Maruga sepanjang 6 km saat ini tinggal menyisakan lahan 150 meter yang belum dibebaskan. ”Karena ada sengketa,” ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangsel Retno Prawati. Kondisi yang menghubungkan Ciputat-Serpong itu hanya pas untuk dua mobil.
Padahal, badan jalan dari arah Maruga sampai dekat SPBU sudah dilebarkan dan mampu menampung empat jalur mobil. Sisa lahan 150 meter itupun akhirnya menyebabkan penyempitan jalan (bottle neck) dan yang memicu kemacetan sampai sekarang. Pergerakan kendaraan juga kian sulit akibat ketinggian badan jalan yang tidak rata dengan tanah yang belum dibebaskan.
”Memang ini cukup mengganggu tapi kami terus mengupayakan agar masalah lahan ini selesai tahun ini,” jelasnya. Begitu juga dengan proyek pelebaran Jalan Prabu Siliwangi sepanjang 10,1 km. Proyek rehabilitasi jalan provinsi ini sudah terkatung-katung sejak beberapa tahun lalu.
Jalan yang menjadi kewenangan Pemprov Banten itu telah diserahkan pembangunannya kepada perusahaan pemenang tender yakni PT Berantas Abipraya sejak 22 Mei 2015 dengan nilai Rp142,9 miliar. ”Memang belum diperbaiki, mereka (pemenang tender) sebetulnya sudah jalan, tetapi saat ini sedang menyamakan lagi ukuran sebagaimana dalam kontrak. Mereka juga kerja tetapi malam hari karena di bawah jalan kan banyak kabel,” tuturnya.
Berdasarkan kontrak, PT Berantas Abipraya mendapat kewenangan pekerjaan multiyears mulai 22 Mei 2015 hingga November 2016. Proyek mulai perempatan Muncul hingga perempatan Gaplek. Selain dua proyek jalan, Benyamin Davnie mengungkapkan, pihaknya kesulitan melakukan pelebaran Jalan Bhayangkara Raya, Serpong.
Pelebaran jalan sepanjang 2 kilometer yang menghubungkan Perumahan Graha Raya Bintaro dengan Alam Sutera itu gagal dilakukan karena masalah pembebasan lahan. ”Warga minta ganti rugi lahan sangat tinggi, di luar kemampuan pemerintah daerah,” tandasnya.
Alotnya pembebasan lahan juga terdapat dalam proyek perluasan lahan TPA Sampah Cipeucang yang hingga kini belum tuntas. Padahal, perluasan TPA yang dimulai sejak 2012 lalu itu telah dianggarkan Rp35 miliar. ”Pemilik lahannya sampai kini belum mau melepas lahannya,” kata Benyamin.
Target Pemkot Tangsel untuk memperluas lahan TPA seluas 10 hektare meleset. Sejak lima tahun silam hanya 5,5 hektare yang berhasil dibebaskan. Gagalnya pembebasan lahan membuat TPA tidak bisa dikembangkan. Lahan yang digunakan untuk menimbun sampah juga kini sudah penuh.
”Tak mudah membeli tahan di dekat TPA,” ujar Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangsel Mohammad Taher Rachmadi.
Denny irawan
Misalnya, pelebaran Jalan Ciater-Maruga, perluasan TPA Cipeucang, bundaran Pamulang yang disewakan kepada swasta, serta pelebaran dan pembangunan Jalan Prabu Siliwangi. Molornya proyek tersebut berakibat Kota Tangsel terlihat kumuh. ”Banyak kendala di lapangan terkait lahannya,” kata Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie kepada KORAN SINDO kemarin.
Sementara, pelebaran Jalan Ciater-Maruga sepanjang 6 km saat ini tinggal menyisakan lahan 150 meter yang belum dibebaskan. ”Karena ada sengketa,” ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangsel Retno Prawati. Kondisi yang menghubungkan Ciputat-Serpong itu hanya pas untuk dua mobil.
Padahal, badan jalan dari arah Maruga sampai dekat SPBU sudah dilebarkan dan mampu menampung empat jalur mobil. Sisa lahan 150 meter itupun akhirnya menyebabkan penyempitan jalan (bottle neck) dan yang memicu kemacetan sampai sekarang. Pergerakan kendaraan juga kian sulit akibat ketinggian badan jalan yang tidak rata dengan tanah yang belum dibebaskan.
”Memang ini cukup mengganggu tapi kami terus mengupayakan agar masalah lahan ini selesai tahun ini,” jelasnya. Begitu juga dengan proyek pelebaran Jalan Prabu Siliwangi sepanjang 10,1 km. Proyek rehabilitasi jalan provinsi ini sudah terkatung-katung sejak beberapa tahun lalu.
Jalan yang menjadi kewenangan Pemprov Banten itu telah diserahkan pembangunannya kepada perusahaan pemenang tender yakni PT Berantas Abipraya sejak 22 Mei 2015 dengan nilai Rp142,9 miliar. ”Memang belum diperbaiki, mereka (pemenang tender) sebetulnya sudah jalan, tetapi saat ini sedang menyamakan lagi ukuran sebagaimana dalam kontrak. Mereka juga kerja tetapi malam hari karena di bawah jalan kan banyak kabel,” tuturnya.
Berdasarkan kontrak, PT Berantas Abipraya mendapat kewenangan pekerjaan multiyears mulai 22 Mei 2015 hingga November 2016. Proyek mulai perempatan Muncul hingga perempatan Gaplek. Selain dua proyek jalan, Benyamin Davnie mengungkapkan, pihaknya kesulitan melakukan pelebaran Jalan Bhayangkara Raya, Serpong.
Pelebaran jalan sepanjang 2 kilometer yang menghubungkan Perumahan Graha Raya Bintaro dengan Alam Sutera itu gagal dilakukan karena masalah pembebasan lahan. ”Warga minta ganti rugi lahan sangat tinggi, di luar kemampuan pemerintah daerah,” tandasnya.
Alotnya pembebasan lahan juga terdapat dalam proyek perluasan lahan TPA Sampah Cipeucang yang hingga kini belum tuntas. Padahal, perluasan TPA yang dimulai sejak 2012 lalu itu telah dianggarkan Rp35 miliar. ”Pemilik lahannya sampai kini belum mau melepas lahannya,” kata Benyamin.
Target Pemkot Tangsel untuk memperluas lahan TPA seluas 10 hektare meleset. Sejak lima tahun silam hanya 5,5 hektare yang berhasil dibebaskan. Gagalnya pembebasan lahan membuat TPA tidak bisa dikembangkan. Lahan yang digunakan untuk menimbun sampah juga kini sudah penuh.
”Tak mudah membeli tahan di dekat TPA,” ujar Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangsel Mohammad Taher Rachmadi.
Denny irawan
(ftr)