Ketika Rakyat Ingin Perubahan lewat People Power

Selasa, 01 September 2015 - 09:10 WIB
Ketika Rakyat Ingin Perubahan lewat People Power
Ketika Rakyat Ingin Perubahan lewat People Power
A A A
Vox Populi Vox Dei. Suara Rakyat adalah Suara Tuhan. Diktum ini sepertinya menginspirasi gelombang gerakan massa untuk menuntut perubahan di banyak negara.

Gelombang gerakan massa atau populer disebut sebagai people power tersebut erbukti mampu meruntuhkan rezim pemerintahan korup dan tak berpihak pada rakyat.

Revolusi Mawar di Georgia

(Merupakan gerakan rakyat anti-kekerasan di Georgia yang dipimpin oleh politikus Mikhail Saakashvili untuk menuntut pengunduran diri Presiden Eduard Shevardnadze yang dinilai bobrok dan penuh korupsi. Gerakan rakyat itu kemudian mencapai puncaknya saat sidang parlemen baru dimulai pada 22 November 2003 dan diputuskan pemilu presiden pada 4 januari 2004. Kemenangannya pada pemilu tahun 2004 dengan 96% suara menghantarkan Saakashvili menjadi presiden Georgia.

Revolusi Bulldozer di Serbia

Merupakan peristiwa gerakan damai rakyat yang terjadi pada tahun 2000 di Republik Federal Yugoslavia setelah pemilihan presiden Republik Federal Yugoslavia pada 2000 dan menyebabkan jatuhnya rezim Slobodan Milosevic pada 5 Oktober 2000.

Velvet Revolution atau Revolusi Beludru Cekoslowakia (1989)

Gerakan revolusi damai ribuan orang yang dikenal sebagai Revolusi Beludru di Cekoslowakia telah memecah negara ini menjadi Ceko dan Slowakia dan juga mengakhiri kekuasaan komunis selama empat dasawarsa di Cekoslowakia. Vaclav Havel menjadi pemimpin utama Revolusi Beludru . Havel kemudian menjadi presiden terakhir Cekoslovakia. Di bawah kepemimpinanya, Cekoslovakia menjadi dua negara, Ceko dan Slovakia, pada 1993.

Revolusi EDSA Filipina (1986)

Sebuah demonstrasi massal tanpa kekerasan di Filipina yang terjadi pada tahun 1986. Aksi damai selama empat hari yang dilakukan oleh jutaan rakyat Filipina di Metro Manila mengakhiri rezim otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai Presiden. EDSA merupakan singkatan dari Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila yang merupakan tempat demonstrasi.

Revolusi Oranye di Ukraina (2004)

Rangkaian protes dan even politik di Ukraina mulai akhir November 2004 hingga Januari 2005, tepat setelah selesainya pemilu Ukraina tahun 2004 yang dituding telah dicemari oleh korupsi besar-besaran, intimidasi terhadap para pemberi suara, dan penipuan hasil pemilu. Ibu kota Ukraina, Kiev menjadi pusat gerakan revolusi ini dengan ribuan pemrotes berdemonstrasi setiap hari. Protes yang menjalar ke seluruh negeri tersebut berhasil dan hasil pemilu dibatalkan serta pemilu ulang diselenggarakan oleh pemerintah pada tanggal 26 Desember, 2004.

Revolusi Tulip Kirgizstan(2005)

Penggulingan pemerintahan (kudeta) di Republik di Asia tengah, Kirgizstan setelah pemilu parlemen pada Maret 2005. Para aktivis demo mendesak pengakhiran kekuasaan rezim Presiden Askar Akayev yang dinilai banyak melakukan korupsi dan nepotisme serta pengekangan terhadap hak asasi manusia (HAM). Pada 23 Maret protes menyebar ke ibukota Kirgizstan, Bishkek dan keesokan harinya markas besar pemerintah dan bangunan televisi negara dihujani badai para demonstran. Akayev kemudian terbang meninggalkan ibukota dengan helikopter dan undur diri.

Revolusi Cedar di Lebanon 2005)

Sebuah proses perubahan politik secara cepat yang didorong oleh gerakan rakyat di Lebanon yang dipicu oleh pembunuhan Perdana Menteri Rafik Hariri yang memerintah periode 1992-1998 dan 2000-2004

Revolusi Saffron(2007)

Merujuk pada warna-warna jubah para biksu Buddha, yang dengan gagah berani menggelar aksi protes besar-besaran pada 2007 untuk menentang kebijakan anti demokrasi junta militer Myanmar. Awalnya aksi protes dilakukan oleh pelajar dan aktivis. Tapi pada 18 September 2007, ribuan biksu Buddha ikut turun ke jalan untuk aksi damai. Tercatat 2.000 biksu terlibat pada 22 September 2007.

Gerakan Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) di Thailand (2006 dan 2008)

Pada 19 September 2006, pemerintahan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra digulingkan melalui kudeta militer tanpa kekerasan. Gelombang demonstran kaos kuning melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran di jalanan ibukota Bangkok menjelang kudeta yang menjungkalkan Thaksin pada 2006, dan juga para sekutunya pada 2008.

Kudeta ini memicu ketidakstabilan politik dan konflik antara kaum royalis reaksioner, yakni kubu Kaus Kuning atau biasa disebut aliansi rakyat untuk demokrasi (PAD), dan para pendukung Thaksin, Kaus Merah, yang berlangsung selama lima tahun berikutnya. Para pendukung PAD dengan aksi massanya memiliki peran dominan dalam menggulingkan dua perdana menteri Thailand pasca kudeta 19 September.

Arab Spring (2010-2011)

Revolusi Arab yang juga dikenal sebagai Arab Spring adalah gerakan protes besar-besaran yang mulai terjadi di berbagai Negara Arab pada akhir tahun 2010. Pemicunya adalah maraknya KKN, kezhaliman penguasa, krisis ekonomi, kehidupan yang susah dan pemilu yang dianggap tidak bersih. Gerakan ini telah berhasil menggulingkan empat rezim pemerintahan yaitu di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman.

Revolusi Hijau di Iran (2009)

Gerakan protes yang terjadi setelah pemilu Presiden Iran 2009. Para pemrotes menuding ada kecurangan dalam pemilu dan menyatakan dukungan kepada calon oposisi Mir Hossein Mousavi di Tehran dan kota-kota besar lainnya di Iran dan di seluruh dunia. Protes-protes ini disebut Revolusi Hijau karena warna kampanye calon presiden Mousavi.Sebagai balasan, kelompok-kelompok lain juga mengadakan demonstrasi di Tehran untuk mendukung kemenangan Mahmoud Ahmadinejad.

Reformasi Indonesia (1998)

Tergulingnya rezim pemerintahan Presiden Soeharto yang dipicu oleh demo besar mahasiswa dan rakyat pada Mei 1998 yang menuntut reformasi dan perubahan di Indonesia. Sebelum Soeharto lengser pada Mei 1998, Indonesia dihantam krisis moneter sejak Juli 1997 yang belakangan hal ini menjadi salah satu faktor pemicu terus membesarnya gerakan rakyat untuk meminta perubahan hingga akhirnya lahirlah orde reformasi yang ditandainya dengan mundurnya Presiden Soeharto.

ADA YANG GAGAL, ADA YANG SUKSES

-“People power” mengacu pada revolusi sosial damai yang terjadi di Filipina sebagai akibat dari protes rakyat Filipina melawan Presiden Ferdinand Marcos yang telah berkuasa 20 tahun.
-People power juga sering disebut “color revolutions” merujuk pada identitas warna atau lambang (biasanya, bunga) yang dikenakan massa pendukung gerakan tersebut.
-Ciri utama gerakan people power terletak pada ruh dan pilihan instrumen “aksi damai” dan melibatkan “orang biasa” –bukan pelaku politik formal serta menyertakan tuntutan perubahan rezim.

FORMAT GERAKAN

-Mengemas people power menjadi tuntutan bersama demi terwujudnya perubahan rezim menjadi poin krusial bagi gerakan. Sepanjang dua dasawarsa terakhir, landasan moral yang menjadi tuntutan politik dari beragam people power adalah melawan rezim otoriter dan korup.
-Keberadaan solidarity maker juga krusial untuk membentuk solidaritas dan asosiasi massa terhadap tokoh atau organisasi sebagai pengikat gerakan.
-Tuntutan. Meramu tuntutan bukan perkara mudah karena ada beragam kelompok dan individu dalam gerakan people power dengan kepentingan dan “tingkat kepuasan” capaian berbeda.

ELEMEN PENDUKUNG

Struktur mobilisasi.
Keunggulan people power bertumpu pada kemampuan memobilisasi massa dengan tuntutan isu byang seragam dikemas dalam aksi damai pada rentang waktu tertentu.

Libatkan banyak elemen.
People power semakin meluas bila terdiri dari beragam elemen kelompok maupun organisasi masyarakat.

Instrumen gerakan.
Penggunaan instrumen aksi yang telah baku dan “ditoleransi” penguasa lazim digunakan.

“Sertifikasi.”
Mendapatkan legitimasi atas gerakan merupakan hal penting – bahwa gerakan tersebut sah dan “direstui.”

AQUINO, FILIPINA DAN PEOPLE POWER

-Peristiwa “People power” paling dikenang di dunia terjadi di Filipina ketika terjadi revolusi sosial damai rakyat Filipina melawan pemerintah diktator Presiden Ferdinand Marcos yang telah berkuasa 20 tahun.
-Marcos mulai menjabat sebagai presiden pada tahun 1965, kemudian menjabat kembali pada tahun 1969, dan terus memerintah negara itu dengan dekrit pada periode 1973-1986.
-Dugaan suap dan korupsi serta kontroversi mengenai pelanggaran hak asasi manusia, membuat rezim Marcos ditentang keras oleh Senator Benigno “Ninoy” Aquino, Jr, yang dibunuh pada tahun 1983.
-Corazon “Cory” Aquino, janda Ninoy, setuju untuk mencalonkan diri sebagai presiden melawan Marcos meskipun kurang memiliki pengalaman politik. Komisi Pemilihan Umum (COMELEC) secara resmi mengumumkan Marcos mengalahkan Aquino
-Gerakan Nasional untuk Pemilihan Bebas (NAMFREL), sebuah organisasi independen yang melakukan penghitungan suara tidak resmi, menyatakan Aquino sebagai pemenang.
-Jutaan warga Filipina lantas berbondong-bondong ke EDSA mendukung tentara pemberontak untuk menggelar demonstrasi damai yang disebut people power. -Pada tanggal 25 Februari 1986, baik Marcos dan Aquino diambil sumpah sebagai presiden pada dua tempat yang berbeda.
-Dengan bantuan dari pemerintah Amerika Serikat, Marcos, keluarga dan beberapa sekutunya lantas dipaksa mengasingkan diri ke Honolulu, Hawaii, dan menghabiskan hidup di pengasingan
-Aquino kemudian menjadi penguasa Filipina di bawah pemerintahan demokratis yang dibangun kembali.

Foto-Foto: Istimewa/Grafis: Ahmad Ridwan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5775 seconds (0.1#10.140)