Ibu Rumah Tangga Tewas Dianiaya Rentenir
A
A
A
BEKASI - Gara-gara belum melunasi utang sebesar Rp300.000, seorang ibu rumah tangga tewas di tangan rentenir. Leher korban dicekik dan kepalanya dibenturkan ke aspal oleh si pelaku.
Nesih Fufliawati, 38, sempat koma selama enam hari di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, hingga akhirnya meninggal dunia kemarin dini hari. Warga Kampung Kebantenan RT05/10, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, itu sebelumnya dianiaya oleh Alex Marbun yang biasa meminjamkan uang di kawasan tempat tinggal korban.
Tetangga korban, Yona, 40, mengatakan, penganiayaan tersebut begitu cepat dan di luar dugaan. Insiden ini dipicu persoalan utangkorbansebesarRp300.000. Sesuai perjanjian, korban harus membayar utangnya dengan cara mencicil sebanyak 24 kali sebesar Rp15.000 per hari. Saat memasuki cicilan kedelapan, korban berjanji akan melunasi seluruh utangnya pada Selasa( 1/9) atauhari ini. Pelakuyang tak sabar lalu tetap menagih uangnya ke korban sepekan lebih awal atau Selasa (25/8).
Korban yang belum memiliki uang, kemudian menolak untuk membayar. Pelaku terus memaksa korban untuk segera melunasi utangnya sehingga adu mulut antara korban dan pelaku tak terhindarkan. Karena kesal dengan desakan pelaku, tak disangka korban melemparkan segelas air yang ada di lokasi. ”Air itu dilemparkan Nesih kepada Alex,” ujarnya. Saat itukorbanbersamaYona dan dua temannya sedang makan siang di warung yang tak jauh dari rumah mereka.
Air yang dilemparkan dari gelas itu memang tidak mengenai pelaku. Di luar dugaan, pelaku yang emosinya tersulut langsung mencekik leher ibu tiga anak itu kemudian langsung membanting tubuh korban hingga kepala sebelah kiri terbentur aspal. Merasa belum puas, pelaku menindih tubuh korban yang tak berdaya tersungkur di jalan. Korban yang bersimbah darah pun tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian berusaha mengamankan pelaku.
Sejumlah warga ada yang memukul kepala Alex yang saat itu masih mengenakan helm. Saat perhatian warga tersita oleh kondisi korban, seketika teman pelaku datang ke lokasi. Dengan diboncengi sepeda motor, pelakuberhasilmelarikandiri. Kapolresta Bekasi Kota Kombes Pol Daniel Bolly Tifaona mengatakan, pelakunya masih dalam pengejaran. Beberapa saksi sudah diminta keterangan.
Sebelum ada insiden pemukulan ini, Alex memang sering meminjamkan uangnya ke masyarakat sekitar. ”Pelakunya berprofesi sebagai bank keliling. Keberadaannya masih kita buru,” ujarnya. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Enoch Markum menilai desakan ekonomi yang tinggi membuat seseorang bisa terjerat utang kepada rentenir. Pada dasarnya dan secara sadar mereka memahami bahwa sangat berisiko meminjam uang kepada rentenir.
Namun, bisa jadi karena kebutuhan mendesak, akhirnya risiko itu diabaikan. ”Dia ambil high risk seolah seperti low risk . Mungkin juga gelap mata karena saat itu harus dapat uang cepat jadi diambillah jalan pintas itu,” kata Enoch. Mudahnya pinjaman yang diberikan rentenir kepada nasabah membuat orang kerap meminjam, padahal mereka tahu bunga yang dikenakan sangat tinggi.
”Kalau lewat rentenir, mungkin pinjam melalui SMS saja bisa dan cepat,” ucapnya. Mengenai si pelaku, dia menduga kejadian ini sebagai puncak kekesalan. Ketika pelaku dijanjikan akan dibayar tepat waktu, tapi nyatanya tidak sehingga sikap yang dikeluarkan menjadi agresif.
Abdullah m surjaya/ r ratna purnama
Nesih Fufliawati, 38, sempat koma selama enam hari di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, hingga akhirnya meninggal dunia kemarin dini hari. Warga Kampung Kebantenan RT05/10, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, itu sebelumnya dianiaya oleh Alex Marbun yang biasa meminjamkan uang di kawasan tempat tinggal korban.
Tetangga korban, Yona, 40, mengatakan, penganiayaan tersebut begitu cepat dan di luar dugaan. Insiden ini dipicu persoalan utangkorbansebesarRp300.000. Sesuai perjanjian, korban harus membayar utangnya dengan cara mencicil sebanyak 24 kali sebesar Rp15.000 per hari. Saat memasuki cicilan kedelapan, korban berjanji akan melunasi seluruh utangnya pada Selasa( 1/9) atauhari ini. Pelakuyang tak sabar lalu tetap menagih uangnya ke korban sepekan lebih awal atau Selasa (25/8).
Korban yang belum memiliki uang, kemudian menolak untuk membayar. Pelaku terus memaksa korban untuk segera melunasi utangnya sehingga adu mulut antara korban dan pelaku tak terhindarkan. Karena kesal dengan desakan pelaku, tak disangka korban melemparkan segelas air yang ada di lokasi. ”Air itu dilemparkan Nesih kepada Alex,” ujarnya. Saat itukorbanbersamaYona dan dua temannya sedang makan siang di warung yang tak jauh dari rumah mereka.
Air yang dilemparkan dari gelas itu memang tidak mengenai pelaku. Di luar dugaan, pelaku yang emosinya tersulut langsung mencekik leher ibu tiga anak itu kemudian langsung membanting tubuh korban hingga kepala sebelah kiri terbentur aspal. Merasa belum puas, pelaku menindih tubuh korban yang tak berdaya tersungkur di jalan. Korban yang bersimbah darah pun tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian berusaha mengamankan pelaku.
Sejumlah warga ada yang memukul kepala Alex yang saat itu masih mengenakan helm. Saat perhatian warga tersita oleh kondisi korban, seketika teman pelaku datang ke lokasi. Dengan diboncengi sepeda motor, pelakuberhasilmelarikandiri. Kapolresta Bekasi Kota Kombes Pol Daniel Bolly Tifaona mengatakan, pelakunya masih dalam pengejaran. Beberapa saksi sudah diminta keterangan.
Sebelum ada insiden pemukulan ini, Alex memang sering meminjamkan uangnya ke masyarakat sekitar. ”Pelakunya berprofesi sebagai bank keliling. Keberadaannya masih kita buru,” ujarnya. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Enoch Markum menilai desakan ekonomi yang tinggi membuat seseorang bisa terjerat utang kepada rentenir. Pada dasarnya dan secara sadar mereka memahami bahwa sangat berisiko meminjam uang kepada rentenir.
Namun, bisa jadi karena kebutuhan mendesak, akhirnya risiko itu diabaikan. ”Dia ambil high risk seolah seperti low risk . Mungkin juga gelap mata karena saat itu harus dapat uang cepat jadi diambillah jalan pintas itu,” kata Enoch. Mudahnya pinjaman yang diberikan rentenir kepada nasabah membuat orang kerap meminjam, padahal mereka tahu bunga yang dikenakan sangat tinggi.
”Kalau lewat rentenir, mungkin pinjam melalui SMS saja bisa dan cepat,” ucapnya. Mengenai si pelaku, dia menduga kejadian ini sebagai puncak kekesalan. Ketika pelaku dijanjikan akan dibayar tepat waktu, tapi nyatanya tidak sehingga sikap yang dikeluarkan menjadi agresif.
Abdullah m surjaya/ r ratna purnama
(ars)