Berbagi dan Mengabdi

Senin, 31 Agustus 2015 - 10:38 WIB
Berbagi dan Mengabdi
Berbagi dan Mengabdi
A A A
Selvi Faristasari
Mahasiswi Jurusan Matematika



Tanpa terasa, 70 tahun sudah Indonesia merasakan kedaulatan negaranya sendiri. Setiap orang pasti punya caranya sendiri untuk memaknai setiap momen penting dalam hidupnya serta untuk memperjuangkan dan menunjukkan kecintaannya terhadap sesuatu.

Seperti halnya kami, sebagai mahasiswa yang rata-rata sudah memasuki semester tujuh dan bisa dibilang sebagai mahasiswa semester “tua”, memilih untuk memaknai peringatan kemerdekaan tahun ini dengan mengabdikan diri di berbagai penjuru negeri. Ada sedikit cerita yang menurut saya cukup menyentuh di tempat pengabdian.

Suatu hari di sebuah sekolah dasar kecil yang bahkan jumlah siswa per kelasnya tidak sampai menyentuh angka 20, kami mengadakan sebuah kelas inspiratif yang kami sebut sebagai “Kelas Citacita”.

Sistemnya adalah siswa diputarkan sebuah video berdurasi singkat mengenai gambaran umum terkait pekerjaan lalu setiap anak ditanyai nama dan cita-citanya kelak dan dilanjutkan dengan menuliskan cita-cita tersebut dalam secarik kertas lalu dimasukkan ke dalam sebuah stoples. Ketika ditanya satu per satu mengenai cita-citanya, ada salah seorang anak perempuan berusia sekitar delapan tahun yang dengan polos dan lugunya menjawab “citacita saya ingin menjadi KKN.”

Serentak kami tertawa, sekaligus tertohok karena seorang anak kecil yang bahkan belum mengerti betul akan definisi pekerjaan menyatakan dirinya ingin menjadi kami. Kami yang ditugaskan untuk mengabdi, kami yang ditugaskan untuk membagikan ilmu-ilmu yang sudah kami peroleh di bangku universitas.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya keberadaan kami dan rekan mahasiswa kami lainnya di sini, di seluruh penjuru negeri yang bisa dibilang masih cukup tertinggal dalam hal pendidikan. Secara tidak langsung, keberadaan mahasiswamahasiswa yang mengabdikan dirinya ini mampu menularkan semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Karena pada akhirnya, dengan kualitas pendidikan yang baik maka akan melahirkan generasi-generasi baru yang mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan. Hanya, tujuan akhirnya yang perlu diperbaiki. Inilah tugas kita sebagai mahasiswa, sebagai pemuda yang akan mengisi kursi-kursi pemerintahan 10-20 tahun mendatang untuk membangkitkan semangat api dalam diri setiap bibit-bibit pemimpin masa depan ini untuk mempersiapkan dirinya sebagai generasi terbaik.

Generasi yang mampu meneruskan perjuangan pendahulunya dengan cara yang lain. Bukan hanya dengan kekuatan fisik, namun juga dengan kekuatan intelektual yang berkualitas serta menjadi generasi yang akan melindungi harga diri bangsanya dengan sepenuh jiwa. Seperti itulah makna kemerdekaan yang sebenarnya. Merdeka dari kebodohan-kebodohan yang membutakan mata, hati, dan pikiran.

Karena kemerdekaan yang hakiki adalah ketika kita mampu menyinkronisasikan antara mata, hati, dan pikiran kita kepada sebuah kebenaran yang berasal dari Tuhan. Inilah cara kami melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kami. Inilah cara kami menyalakan kembali semangat api kemerdekaan di tahun ini dan menularkannya kepada calon-calon pemimpin negeri.

Semoga dengan tulisan ini dapat menginspirasi pemuda-pemuda calon penerus pemimpin bangsa untuk terus menyalakan semangat api kemerdekaan dalam jiwanya demi mengharumkan nama bangsa dan membawanya kepada kemerdekaan sejati.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8189 seconds (0.1#10.140)