Partai Aksi Rakyat Sulit Dikalahkan
A
A
A
Partai berkuasa Singapura, Partai Aksi Rakyat (PAP), diprediksi sulit digoyang kubu oposisi. Legasi yang diwariskan Lee Kuan Yew memperkuat PAP untuk berkuasa beberapa dekade mendatang.
Para analis memandang, PAP melihat banyak faktor yang menguntungkan mereka ketika pemilu digelar pada tahun ini, di antaranya bertepatan dengan perayaan kemerdekaan ke-50 tahun dan duka nasional masih terasa atas kematian Bapak Bangsa Singapura Lee Kuan Yew pada 23 Maret lalu.
”PAP yakin tahun ini menjadi penerbangan yang aman di tengah cuaca ekonomi global yang tidak menguntungkan,” kata Gillian Koh, peneliti senior Institut Kajian Kebijakan di Universitas Nasional Singapura, dikutip Straits Times . Pemilu Singapura yang akan digelar pada 11 September juga menjadi sinyal ”bahaya” bagi rakyat. Menurut Profesor Alan Chong dari Sekolah Kajian Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang, 11 September dikaitkan dengan serangan teroris di Amerika Serikat.
”Itu bisa menjadi dalih bagi partai berkuasa untuk mengingat rakyat tentang bahaya global dan memilih partai dengan bijak,” ungkapnya. Mantan anggota parlemen dari PAP, Siew Kum Hong, yakin PAP akan mendapatkan suara dalam kisaran 60-an %. Untuk meningkatkan suara, menurut pengamat politik Singapura, Wong Wee Nam, PAP akan mengefektifkan kampanye pemilu dari pintu ke pintu dibandingkan pengerahan massa di publik.
”Kampanye di luar tidak efektif menggaet pendukung,” ujar Wong. Banyak analis memprediksi PAP akan tetap memimpin perolehan suara. Itu dibuktikan ketika perayaan kemerdekaan dan penghormatan terakhir bagi LeeKuanYew, dimanalebihdari 100.000 orang hadir meskipun hujan deras. Apalagi, menurut Kishore Mahbubani, dekan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dari Universitas Nasional Singapura, PAP akan memperoleh kemenangan dengan margin yang besar.
”Namun, PAP menghadapi tantangan meningkatnya dukungan pemilih muda yang menginginkan perwakilan oposisi di parlemen lebih besar,” tuturnya. Penelitian Blackbox Research , firma berbasis riset di Singapura, mengungkapkan bahwa saat ini adalah posisi terbaik bagi PAP untuk memenangkan pemilu. Indeks kepuasan pemerintah mencapai 79,8%.
Menurut Mark A Kayser, profesor politik perbandingan dari Sekolah Pemerintahan Hertie di Berlin, Jerman, pemerintah cenderung memilih waktu pemilu ketika performa ekonomi sedang menguat. Dia mengungkapkan, Pemerintah Singapura mengoordinasikan pemilu agar menjadi kesempatan besar bagi mereka. Sedangkan, Alastair Smith dari Universitas Yale menyebutkan, waktu pemilu akan menentukan bagaimana partai berkuasa bisa memperkirakan masa depan kekuasaan.
”Pemilu yang dipercepat menjadi sinyal bagi pemimpin untuk mengantisipasi penurunan perolehan suara dan agar warga mengevaluasi kembali penilaian terhadap prestasi pemerintah,” ujarnya. Selama ini PAP merupakan partai yang memaknai ideologi sesuai dengan kepentingan mereka.
Partai itu lebih mengagungkan pragmatisme dan mengutamakan kepentingan golongan dengan bahasa yang lebih realistik. Segala cara dan alat digunakan agar PAP bisa mengamankan dukungan politik. Apalagi, Deputi PM Singapura Tharman Shanmugaratnam menyatakan bahwa Singapura tidak mempraktekkan demokrasi seperti yang didefinisikan negara-negara Barat.
”Kita mempraktikkan demokrasi yang didefinisikan PAP,” katanya dikutip Asia Correspondence . Pemilu yang dipercepat merupakan bentuk demokrasi yang diinginkan PAP. Pertanyaan yang menarik dalam pemilu Singapura kali ini adalah apakah akan terjadi pergantian muka bagi kandidat anggota parlemen yang akan bersaing? Menurut Ng Eng Hen, Sekretaris PAP, suksesi itu tergantung dengan pemilih, bukan partai yang menentukan.
”PAP mengajukan kandidat yang akan menjadi tim kepemimpinan masa depan,” tegas Ng. ”Jika partai mengingin pemimpin masa depan yang baru, tetapi tidak mendapatkan dukungan pemilu, maka rencana suksesi pun akan sirna,” tegasnya. Hal yang menguntungkan adalah PAP dibantu dengan sistem pemilu yang menguntungkan mereka.
Beberapa konstituen yang diwakili oleh satu kelompok yang terdiri dari empat sampai enam anggota parlemen, dan meningkatkan angka partai yang menang itu. PAP biasanya membentuk beberapa kelompok yang dipimpin oleh para senior dan anggota parlemen yang populer. Sistem pemilu Singapura itu telah membantu PAP dalam mempertahankan mayoritas komando.
Model itu dianggap membatasi perkembangan partai oposisi. Pada hari pemilihan, 16 daerah di Singapura akan diperebutkan dalam kelompok atau kontistuensi representasi kelompok (GRC). Sedangkan 13 daerah lainnya akan diperebutkan secara individual atau konstituensi anggota-tunggal (SMCS). Baik PAP dan partai oposisi akan memperebutkan 89 kursi. Ada sekitar 2,46 juta pemilih yang memenuhi syarat, naik dari 2,35 juta dari tahun 2011, dengan peningkatan jumlah pemilih lahir pasca kemerdekaan.
Pemilu kali ini merupakan ujian berat bagi PAP. Ini merupakan pemilu tanpa Lee Kuan Yew. Menyadari hal itu, PAP benar-benar menjual program dan akan berjuang untuk setiap suara. ”Ini adalah pemilu. Anda memilih siapa yang akan membentuk pemerintahan Singapura mendatang,” ujar Lee Hsien Loong dikutip Channel News Asia . Pada Sabtu(29/8) lalu, diamengeluarkan Program PAP yang ditawarkan pada pemilu 2015 dengan judul, ”Dengan Anda, untuk Anda, untuk Singapura.”
Dia menyerang oposisi yang mengatakan mereka tidak berkeinginan membentuk pemerintahan. ”Mereka (oposisi) mengetahui kalau mereka tidak kredibel. Mereka mengatakan, pilih saya, jangan kuatir saya tidak akan membentuk pemerintahan mendatang,” sindir Lee. Lee Hsien Loong juga menceritakan kemajuan negara dalam 50 tahun terakhir dan mendesak Singapura untuk berpikir tentang pembangunan 50 tahun mendatang.
”Jika Anda bangga dengan apa yang telah kita capai bersamasama, jika Anda mendukung apa yang ingin kita lakukan ke depan, masa depan yang akan kita bangun, maka silakan mendukung saya, dukung tim saya,” katanya.
Andika hendra m
Para analis memandang, PAP melihat banyak faktor yang menguntungkan mereka ketika pemilu digelar pada tahun ini, di antaranya bertepatan dengan perayaan kemerdekaan ke-50 tahun dan duka nasional masih terasa atas kematian Bapak Bangsa Singapura Lee Kuan Yew pada 23 Maret lalu.
”PAP yakin tahun ini menjadi penerbangan yang aman di tengah cuaca ekonomi global yang tidak menguntungkan,” kata Gillian Koh, peneliti senior Institut Kajian Kebijakan di Universitas Nasional Singapura, dikutip Straits Times . Pemilu Singapura yang akan digelar pada 11 September juga menjadi sinyal ”bahaya” bagi rakyat. Menurut Profesor Alan Chong dari Sekolah Kajian Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang, 11 September dikaitkan dengan serangan teroris di Amerika Serikat.
”Itu bisa menjadi dalih bagi partai berkuasa untuk mengingat rakyat tentang bahaya global dan memilih partai dengan bijak,” ungkapnya. Mantan anggota parlemen dari PAP, Siew Kum Hong, yakin PAP akan mendapatkan suara dalam kisaran 60-an %. Untuk meningkatkan suara, menurut pengamat politik Singapura, Wong Wee Nam, PAP akan mengefektifkan kampanye pemilu dari pintu ke pintu dibandingkan pengerahan massa di publik.
”Kampanye di luar tidak efektif menggaet pendukung,” ujar Wong. Banyak analis memprediksi PAP akan tetap memimpin perolehan suara. Itu dibuktikan ketika perayaan kemerdekaan dan penghormatan terakhir bagi LeeKuanYew, dimanalebihdari 100.000 orang hadir meskipun hujan deras. Apalagi, menurut Kishore Mahbubani, dekan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dari Universitas Nasional Singapura, PAP akan memperoleh kemenangan dengan margin yang besar.
”Namun, PAP menghadapi tantangan meningkatnya dukungan pemilih muda yang menginginkan perwakilan oposisi di parlemen lebih besar,” tuturnya. Penelitian Blackbox Research , firma berbasis riset di Singapura, mengungkapkan bahwa saat ini adalah posisi terbaik bagi PAP untuk memenangkan pemilu. Indeks kepuasan pemerintah mencapai 79,8%.
Menurut Mark A Kayser, profesor politik perbandingan dari Sekolah Pemerintahan Hertie di Berlin, Jerman, pemerintah cenderung memilih waktu pemilu ketika performa ekonomi sedang menguat. Dia mengungkapkan, Pemerintah Singapura mengoordinasikan pemilu agar menjadi kesempatan besar bagi mereka. Sedangkan, Alastair Smith dari Universitas Yale menyebutkan, waktu pemilu akan menentukan bagaimana partai berkuasa bisa memperkirakan masa depan kekuasaan.
”Pemilu yang dipercepat menjadi sinyal bagi pemimpin untuk mengantisipasi penurunan perolehan suara dan agar warga mengevaluasi kembali penilaian terhadap prestasi pemerintah,” ujarnya. Selama ini PAP merupakan partai yang memaknai ideologi sesuai dengan kepentingan mereka.
Partai itu lebih mengagungkan pragmatisme dan mengutamakan kepentingan golongan dengan bahasa yang lebih realistik. Segala cara dan alat digunakan agar PAP bisa mengamankan dukungan politik. Apalagi, Deputi PM Singapura Tharman Shanmugaratnam menyatakan bahwa Singapura tidak mempraktekkan demokrasi seperti yang didefinisikan negara-negara Barat.
”Kita mempraktikkan demokrasi yang didefinisikan PAP,” katanya dikutip Asia Correspondence . Pemilu yang dipercepat merupakan bentuk demokrasi yang diinginkan PAP. Pertanyaan yang menarik dalam pemilu Singapura kali ini adalah apakah akan terjadi pergantian muka bagi kandidat anggota parlemen yang akan bersaing? Menurut Ng Eng Hen, Sekretaris PAP, suksesi itu tergantung dengan pemilih, bukan partai yang menentukan.
”PAP mengajukan kandidat yang akan menjadi tim kepemimpinan masa depan,” tegas Ng. ”Jika partai mengingin pemimpin masa depan yang baru, tetapi tidak mendapatkan dukungan pemilu, maka rencana suksesi pun akan sirna,” tegasnya. Hal yang menguntungkan adalah PAP dibantu dengan sistem pemilu yang menguntungkan mereka.
Beberapa konstituen yang diwakili oleh satu kelompok yang terdiri dari empat sampai enam anggota parlemen, dan meningkatkan angka partai yang menang itu. PAP biasanya membentuk beberapa kelompok yang dipimpin oleh para senior dan anggota parlemen yang populer. Sistem pemilu Singapura itu telah membantu PAP dalam mempertahankan mayoritas komando.
Model itu dianggap membatasi perkembangan partai oposisi. Pada hari pemilihan, 16 daerah di Singapura akan diperebutkan dalam kelompok atau kontistuensi representasi kelompok (GRC). Sedangkan 13 daerah lainnya akan diperebutkan secara individual atau konstituensi anggota-tunggal (SMCS). Baik PAP dan partai oposisi akan memperebutkan 89 kursi. Ada sekitar 2,46 juta pemilih yang memenuhi syarat, naik dari 2,35 juta dari tahun 2011, dengan peningkatan jumlah pemilih lahir pasca kemerdekaan.
Pemilu kali ini merupakan ujian berat bagi PAP. Ini merupakan pemilu tanpa Lee Kuan Yew. Menyadari hal itu, PAP benar-benar menjual program dan akan berjuang untuk setiap suara. ”Ini adalah pemilu. Anda memilih siapa yang akan membentuk pemerintahan Singapura mendatang,” ujar Lee Hsien Loong dikutip Channel News Asia . Pada Sabtu(29/8) lalu, diamengeluarkan Program PAP yang ditawarkan pada pemilu 2015 dengan judul, ”Dengan Anda, untuk Anda, untuk Singapura.”
Dia menyerang oposisi yang mengatakan mereka tidak berkeinginan membentuk pemerintahan. ”Mereka (oposisi) mengetahui kalau mereka tidak kredibel. Mereka mengatakan, pilih saya, jangan kuatir saya tidak akan membentuk pemerintahan mendatang,” sindir Lee. Lee Hsien Loong juga menceritakan kemajuan negara dalam 50 tahun terakhir dan mendesak Singapura untuk berpikir tentang pembangunan 50 tahun mendatang.
”Jika Anda bangga dengan apa yang telah kita capai bersamasama, jika Anda mendukung apa yang ingin kita lakukan ke depan, masa depan yang akan kita bangun, maka silakan mendukung saya, dukung tim saya,” katanya.
Andika hendra m
(ars)