Masjid dengan 512 Toilet dan 566 Kamar Mandi
A
A
A
Di perbatasan tanah haram, tepatnya 11 kilometer dari Masjid Nabawi, Madinah, ada tempat nan indah bernama Masjid Bir Ali.
Di sinilah tempat miqat (berpakaian Ihram) bagi jamaah haji Indonesia yang ingin memasuki Masjidilharam, Mekkah. Dahulu di zaman Rasulullah SAW, lembah itu disebut Lembah Aqiq. Lokasi masjid tempat mengambil miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata.
Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid El Wakil terinspirasi oleh masyarakat di sekitar lembah ini dalam rancangannya. Masjid Bir Ali dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur) karena pada zaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah (yang berarti pohon) karena sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, masjid yang cantik ini dibangun di tempat mana Nabi Muhammad SAW pernah berteduh di bawah sebuah pohon (sejenis akasia). Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah.
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Mekkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu empat sampai enam jam naik bus untuk tiba di Mekkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 kilometer (km). Sebagaimana disyariatkan, ada tiga hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat , termasuk miqat di Bir Ali ini, yaitu mandi sunat ihram dan memakai pakaian ihram; salat sunat ihram dua rakaat; dan berniat ihram serta ber-talbiyah .
Lantaran banyaknya jamaah yang mandi di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram, masjid ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (cacat tubuh). Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi menebar wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87-93 Hijriah), kemudian Zaini Zainuddin Al Istidar pada 861 Hijriah (1456 Masehi), lalu pada zaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Arab Saudi dari 1981-2005 M.
Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan masjid ini memiliki luas sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri atas 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun.
Sunu Hastoro F/MCH
Madinah
Di sinilah tempat miqat (berpakaian Ihram) bagi jamaah haji Indonesia yang ingin memasuki Masjidilharam, Mekkah. Dahulu di zaman Rasulullah SAW, lembah itu disebut Lembah Aqiq. Lokasi masjid tempat mengambil miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata.
Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid El Wakil terinspirasi oleh masyarakat di sekitar lembah ini dalam rancangannya. Masjid Bir Ali dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur) karena pada zaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah (yang berarti pohon) karena sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, masjid yang cantik ini dibangun di tempat mana Nabi Muhammad SAW pernah berteduh di bawah sebuah pohon (sejenis akasia). Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah.
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Mekkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu empat sampai enam jam naik bus untuk tiba di Mekkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 kilometer (km). Sebagaimana disyariatkan, ada tiga hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat , termasuk miqat di Bir Ali ini, yaitu mandi sunat ihram dan memakai pakaian ihram; salat sunat ihram dua rakaat; dan berniat ihram serta ber-talbiyah .
Lantaran banyaknya jamaah yang mandi di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram, masjid ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (cacat tubuh). Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi menebar wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87-93 Hijriah), kemudian Zaini Zainuddin Al Istidar pada 861 Hijriah (1456 Masehi), lalu pada zaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Arab Saudi dari 1981-2005 M.
Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan masjid ini memiliki luas sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri atas 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun.
Sunu Hastoro F/MCH
Madinah
(ars)