Mi Berkuah Sup Khas Etnik Banjar

Minggu, 30 Agustus 2015 - 11:40 WIB
Mi Berkuah Sup Khas...
Mi Berkuah Sup Khas Etnik Banjar
A A A
Berlibur ke Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, kurang berkesan jika belum menjajal kekayaan kulinernya. Tak hanya termasyhur dengan soto banjarnya, di daerah ini juga terdapat olahan tradisional bernama mi bancir.

Mi bancir kini menjadi alternatif baru bagi mereka yang doyan makan besar, tapi di luar nasi atau lontong. Nama bancir sendiri merupakan pelesetan dari kata banci atau waria. Bukan tanpa alasan mi ini dijuluki demikian, karena karakternya yang unik. Bukan kategori mi goreng, tapi bukan juga mi kuah. Meski begitu, mi bancir sedikit berkuah kental dan memiliki banyak taburan.

Hmm ... Seperti galibnya olahan khas Banjarbaru atau Banjarmasin, beberapa masakan setempat memang identik dengan penggunaan suwiran ayam kampung. Tak ketinggalan untuk kuahnya juga menggunakan air kaldu ayam kampung. Cita rasa yang muncul tidak jauh dari gurih dan terasa rempahnya. Apalagi, untuk urusan aroma, wangi mi bancir akan membuat siapa pun tak sabar untuk segera melahapnya.

Di Banjarbaru, hadir pula sebuah restoran mi bancir yang terkenal di seluruh daratan Kalimantan Selatan. Namanya Mie Bancir Agus Sasirangan. Sang pemilik adalah peraih peringkat 2 Master Chef Indonesia RCTI musim pertama. Selepas menyandang predikat juara, Agus pun memperluas usahanya di bidang kuliner. “Saya ingin membesarkan pamor mi bancir sebagai kuliner alternatif khas Kalimantan Selatan.

Sebelumnya, orangorang hanya tahu soto bancir. Nah, lewat mi tradisional ini, saya ingin membuktikan bahwa olahan daerah bisa diekspansi, bahkan menjadi usaha waralaba,” ujar Agus Sasirangan di restorannya, Mie Bancir Banjarbaru. Mi bancir dibuat secara rumahan. Setiap hari Agus dan timnya membuat mi sendiri tanpa tambahan pengawet dan penyedap.

Beda dari produk yang sudah jadidipasaran, mibancirteksturnya lebih kenyal dan kondisinya fresh. Begitu pula dengan kuahnya yang dibuat dadakan saat mi dipesan. “Mi bancir merupakan masakan asli khas Banjar dan warisan kuliner daerah Kalimantan Selatan. Seperti resep aslinya, saya menggunakan bumbu untuk sup banjar.

Saya juga tetap menggunakan ayam kampung untuk kuah dan taburan karena cita rasanya khas dan beraroma menggoda. Gurih, sedikit manis seperti khasnya masakan Banjar, dan rempahnya terasa,” tutur Agus. Bertempat di Jalan Panglima Batur, restoran milik Agus tidak terlalu besar. Namun, bukan berarti menu yang dihadirkan biasa saja.

Tilik saja menu primadona, mi bancir ayam panggang. Seperti lazimnya mi bancir ala kaki lima, Agus juga menghidangkan menu tradisional ini dalam piring alumunium bernuansa zaman dulu. Mi kuning ala bancir biasanya diberi varian taburan. Sepertiayambapukahatauayamkampung utuh, ayam panggang, batis ayam, dan hitalu itik.

Namun, bagi yang suka dengan cita rasa pedas, bisa memilih satu menu modifikasi, yakni mi bancir ceker setan. Seperti mi bancir pada umumnya, mi kuning diberi kuah sup bancir, kemudian di atasnya diberi topping ceker yang sudah dilumuri cabai bubuk. Untuk level pedasnya, menu ini sanggup membuat lidah Anda “terbakar”. “Di sini yang paling diminati mi bancir ayam panggang karena memang orang Banjar gemar masakan manis.

Tapi, ayam bapukah juga sangat digemari mereka yang suka ayam kampung yang dipotong- potong besar,” tandasnya. Porsi dari mi bancir ala master chef ini terbilang sangat mengenyangkan. Harga yang ditetapkan juga sangat bersahabat, yakni mulai Rp17.500-26.000 per porsi.

Dini budiman
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0997 seconds (0.1#10.140)