Rombongan Jamaah Terpencar
A
A
A
MADINAH - Banyak jamaah haji yang telah tiba di Madinah tidak mendiami pemondokan sesuai dengan kelompok terbang (kloter) masing-masing atau terpisah dari rombongannya.
Jamaah itu tersebar di 55 hotel dari 92 hotel yang disewa Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Madinah dengan sistem blocking time atau sewa satu musim haji secara penuh. ”Kendala yang muncul adalah kloter jamaah haji ada yang terpecah sehingga tidak bisa tinggal di satu hotel. Akibatnya banyak koper jamaah yang tercecer,” kata Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam kemarin.
Sebagai gambaran, kapasitas hotel di Madinah berbedabeda. Jika satu kloter yang berjumlah sekitar 450 orang tak bisa ditampung di satu hotel, sebagian akan dipecah ke hotel lain. Jarak antara satu hotel dan yang lainnya ada yang jauh, tetapi ada pula yang dekat. Saat diantar ke hotel, koper diturunkan di hotel yang ditempati sebagian besar jamaah.
Padahal, sebagian jamaah menginap di hotel lain karena dipecah sehingga koper akhirnya tercecer. Koper yang tercecer dikumpulkan dan diidentifikasi sesuai dengan nama jamaah yang tertera di koper. Selanjutnya diantarkan ke jamaah. Kalau dalam jumlah besar akan diangkut dengan bus.
Kendala ini mulai terjadi sejak pengangkutan koper dengan bus dari bandara. Lantaran keterbatasan waktu, petugas tidak bisa memilah ratusan koper sesuai dengan bus yang dinaiki rombongan masing-masing. ”Bisa jadi rombongan yang naik bus 1, kopernya terbawa rombongan yang naik bus 3. Waktunya terbatas karena belum selesai mengatur satu kloter, ternyata kloter lainnya sudah menyusul mendarat,” imbuhnya.
Untuk diketahui, puluhan hotel di kawasan utara, barat, dan selatan Markaziah, Madinah, hingga kemarin siang telah terisi 35.482 jamaah haji asal Indonesia yang tergabung dalam 87 kelompok terbang (kloter). Lokasinya dekat dengan Masjid Nabawi dengan jarak paling jauh sekitar 650 meter.
Nasrullah menambahkan, pengamanan jamaah haji Indonesia saat melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi menjadi tanggung jawab sektor khusus. ”Anggotanya dari unsur TNI dan Polri yang memang terlatih. Mereka biasanya ditempatkan di tiga arah di kawasan Masjid Nabawi,” ujarnya.
Para personel itu mudah dikenali karena memakai seragam petugas, yakni celana hitam dan baju putih dengan strip warna merah di leher dan kantong. Selain itu, petugas sektor khusus memakai rompi warna hitam dengan tulisan mencolok petugas haji Indonesia. ”Mereka proaktif mencari jamaah yang membutuhkan bantuan karena kelelahan maupun tersesat,” tandasnya.
Sektor khusus ini juga bekerja sama dengan petugas keamanan Masjid Nabawi sehingga barang milik jamaah haji asal Indonesia yang ketinggalan bisa diamankan. ”Biasanya setelah sepekan kami ambil ke masjid. Barang yang ditemukan bermacam- macam, ada dompet, jam, handphone , kamera, tas, uang bahkan emas,” katanya.
Harga Sewa Naik
Kepala Seksi Perumahan Daker Madinah Endang Jamali menjelaskan, sebanyak 55 hotel telah ditempati jamaah. Sebagai konsekuensi semua hotel jamaah berada di Markaziah, biaya pemondokan pun naik. Jika tahun kemarin ratarata 550-585 riyal per jamaah, maka tahun ini jamaah harus membayar 858 riyal untuk tinggal selama sembilan hari di Madinah. ”Mulai 29 Agustus hingga 5 September, hotel yang kita sewa akan terisi penuh jamaah Indonesia,” imbuhnya.
Kepala Subbidang Dokumen dan Perlengkapan Haji Kemenag Sofwan mengatakan, dari seluruh paspor jamaah haji reguler yang berjumlah 155.200 orang, saat ini tinggal 192 visa saja yang sedang dalam proses. Jumlah tersebut merupakan progres yang signifikan mengingat pada hari sebelumnya sebanyak 1.111 visa belum terbit.
“Sisa paspor yang terhambat ini disebabkan adanya perbaikan data, terlipat dan kotor sampai tidak terbaca oleh mesin e-reader dari sistem e-hajj,” katanya.
Hunaifi masoed / SUNU HASTORO , MADINAH
Jamaah itu tersebar di 55 hotel dari 92 hotel yang disewa Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Madinah dengan sistem blocking time atau sewa satu musim haji secara penuh. ”Kendala yang muncul adalah kloter jamaah haji ada yang terpecah sehingga tidak bisa tinggal di satu hotel. Akibatnya banyak koper jamaah yang tercecer,” kata Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam kemarin.
Sebagai gambaran, kapasitas hotel di Madinah berbedabeda. Jika satu kloter yang berjumlah sekitar 450 orang tak bisa ditampung di satu hotel, sebagian akan dipecah ke hotel lain. Jarak antara satu hotel dan yang lainnya ada yang jauh, tetapi ada pula yang dekat. Saat diantar ke hotel, koper diturunkan di hotel yang ditempati sebagian besar jamaah.
Padahal, sebagian jamaah menginap di hotel lain karena dipecah sehingga koper akhirnya tercecer. Koper yang tercecer dikumpulkan dan diidentifikasi sesuai dengan nama jamaah yang tertera di koper. Selanjutnya diantarkan ke jamaah. Kalau dalam jumlah besar akan diangkut dengan bus.
Kendala ini mulai terjadi sejak pengangkutan koper dengan bus dari bandara. Lantaran keterbatasan waktu, petugas tidak bisa memilah ratusan koper sesuai dengan bus yang dinaiki rombongan masing-masing. ”Bisa jadi rombongan yang naik bus 1, kopernya terbawa rombongan yang naik bus 3. Waktunya terbatas karena belum selesai mengatur satu kloter, ternyata kloter lainnya sudah menyusul mendarat,” imbuhnya.
Untuk diketahui, puluhan hotel di kawasan utara, barat, dan selatan Markaziah, Madinah, hingga kemarin siang telah terisi 35.482 jamaah haji asal Indonesia yang tergabung dalam 87 kelompok terbang (kloter). Lokasinya dekat dengan Masjid Nabawi dengan jarak paling jauh sekitar 650 meter.
Nasrullah menambahkan, pengamanan jamaah haji Indonesia saat melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi menjadi tanggung jawab sektor khusus. ”Anggotanya dari unsur TNI dan Polri yang memang terlatih. Mereka biasanya ditempatkan di tiga arah di kawasan Masjid Nabawi,” ujarnya.
Para personel itu mudah dikenali karena memakai seragam petugas, yakni celana hitam dan baju putih dengan strip warna merah di leher dan kantong. Selain itu, petugas sektor khusus memakai rompi warna hitam dengan tulisan mencolok petugas haji Indonesia. ”Mereka proaktif mencari jamaah yang membutuhkan bantuan karena kelelahan maupun tersesat,” tandasnya.
Sektor khusus ini juga bekerja sama dengan petugas keamanan Masjid Nabawi sehingga barang milik jamaah haji asal Indonesia yang ketinggalan bisa diamankan. ”Biasanya setelah sepekan kami ambil ke masjid. Barang yang ditemukan bermacam- macam, ada dompet, jam, handphone , kamera, tas, uang bahkan emas,” katanya.
Harga Sewa Naik
Kepala Seksi Perumahan Daker Madinah Endang Jamali menjelaskan, sebanyak 55 hotel telah ditempati jamaah. Sebagai konsekuensi semua hotel jamaah berada di Markaziah, biaya pemondokan pun naik. Jika tahun kemarin ratarata 550-585 riyal per jamaah, maka tahun ini jamaah harus membayar 858 riyal untuk tinggal selama sembilan hari di Madinah. ”Mulai 29 Agustus hingga 5 September, hotel yang kita sewa akan terisi penuh jamaah Indonesia,” imbuhnya.
Kepala Subbidang Dokumen dan Perlengkapan Haji Kemenag Sofwan mengatakan, dari seluruh paspor jamaah haji reguler yang berjumlah 155.200 orang, saat ini tinggal 192 visa saja yang sedang dalam proses. Jumlah tersebut merupakan progres yang signifikan mengingat pada hari sebelumnya sebanyak 1.111 visa belum terbit.
“Sisa paspor yang terhambat ini disebabkan adanya perbaikan data, terlipat dan kotor sampai tidak terbaca oleh mesin e-reader dari sistem e-hajj,” katanya.
Hunaifi masoed / SUNU HASTORO , MADINAH
(ftr)