Belajar Siang Malam, Dapat Beasiswa Penuh sejak SMP
A
A
A
Siapa yang bersungguhsungguh pasti akan mencapai tujuannya. Pepatah itu memang benar adanya. Seperti yang dilakukan Sony Budiyanto, remaja asal Lamongan, Jawa Timur, berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah.
Meski berasal dari keluarga tidak mampu, berkat ketekunan belajar dia mampu menggapai cita-citanya melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan beasiswa Bidikmisi. Sony Budiyanto memang sejak lama ingin kuliah di Fakultas Kedokteran.
Dari kecil dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Cita-cita itu mungkin terdengar muluk-muluk mengingat Sony berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan orang tuanya pun bercerai. ”Orang tua saya bercerai sejak saya masih duduk di bangku kelas dua SMA. Semenjak itu, ibu kembali ke Semarang karena asalnya Semarang dan bapak tetap di Lamongan kerja serabutan.
Sebelumnya juga menjadi pemulung,” kata Sony di sela kegiatan penerimaan mahasiswa baru Undip di kampus Tembalang, kemarin. Keberhasilan Sony menembus seleksi masuk ke Fakultas Kedokteran bukan begitu saja diraih. Sedari kecil dia harus berjuang keras agar bisa tetap sekolah. Sejak orang tuanya berpisah, Sony harus tinggal di kos karena keluarga besar tidak bisa berbuat banyak untuk membantunya.
Sejak kecil Sony termasuk anak yang tekun belajar. Belajar adalah rutinitasnya sejak pulang sekolah hingga larut malam. Tak heran saat di bangku SMP, Sony kerap memperoleh beasiswa karena prestasi akademik. Dia juga aktif mengikuti lombalomba di tingkat nasional dan provinsi, seperti pada olimpiade Biologi dan lainnya.
”SMP-SMA saya memperoleh beasiswa penuh sehingga tidak perlu memikirkan biaya untuk pendidikan saya,” tutur remaja kelahiran 24 Mei 1998 ini. Sony mengaku ingin menjadi dokter agar bisa membantu warga tidak mampu. Dengan menjadi dokter, dia nanti bisa memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat tidak mampu tanpa memberatkan dengan beban biaya selangit.
”Yang jelas saya sekarang harus lebih giat belajar dan dapat mewujudkan cita-cita saya. Kasihan saya kalau melihat masyarakat tidak mampu ketika sakit berobat ke dokter dan kena biaya mahal. Ibaratnya sudah susah, masih ditambah kesusahan lagi karena memikirkan biaya. Yang jelas jika saya nanti menjadi dokter ingin bisa membantu sesuai dengan cara saya sendiri,” ujar putra pertama pasangan Sugiyanto dan Budiyanti ini.
Selama kuliah nanti, Sony ingin mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) agar bisa belajar marketing dan lainnya. ”Di kedokteran, banyak teman yang memiliki prestasi bagus. Jadi saya harus punya semangat agar tidak kalah juga dengan mereka.
Saya berterima kasih dengan sekolah saya, yakni SDN Banaran 1 Babad, SMPN 1 Babad, SMAN 1 Babad Lamongan, yang banyak membantu saya sehingga bisa masuk kuliah kedokteran di Undip ini,” ucapnya. Melihat kondisi ekonomi dan latar belakang keluarga Sony, Undip berjanji membantu orang tua Sony.
Terutama ibunya yang kini tinggal di Semarang dan tidak memiliki pekerjaan agar dapat bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Hal itu disampaikan Pembantu Rektor Bidang Akademik Undip Prof M Zaenuri.
Susilo Himawan
Semarang
Meski berasal dari keluarga tidak mampu, berkat ketekunan belajar dia mampu menggapai cita-citanya melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan beasiswa Bidikmisi. Sony Budiyanto memang sejak lama ingin kuliah di Fakultas Kedokteran.
Dari kecil dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Cita-cita itu mungkin terdengar muluk-muluk mengingat Sony berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan orang tuanya pun bercerai. ”Orang tua saya bercerai sejak saya masih duduk di bangku kelas dua SMA. Semenjak itu, ibu kembali ke Semarang karena asalnya Semarang dan bapak tetap di Lamongan kerja serabutan.
Sebelumnya juga menjadi pemulung,” kata Sony di sela kegiatan penerimaan mahasiswa baru Undip di kampus Tembalang, kemarin. Keberhasilan Sony menembus seleksi masuk ke Fakultas Kedokteran bukan begitu saja diraih. Sedari kecil dia harus berjuang keras agar bisa tetap sekolah. Sejak orang tuanya berpisah, Sony harus tinggal di kos karena keluarga besar tidak bisa berbuat banyak untuk membantunya.
Sejak kecil Sony termasuk anak yang tekun belajar. Belajar adalah rutinitasnya sejak pulang sekolah hingga larut malam. Tak heran saat di bangku SMP, Sony kerap memperoleh beasiswa karena prestasi akademik. Dia juga aktif mengikuti lombalomba di tingkat nasional dan provinsi, seperti pada olimpiade Biologi dan lainnya.
”SMP-SMA saya memperoleh beasiswa penuh sehingga tidak perlu memikirkan biaya untuk pendidikan saya,” tutur remaja kelahiran 24 Mei 1998 ini. Sony mengaku ingin menjadi dokter agar bisa membantu warga tidak mampu. Dengan menjadi dokter, dia nanti bisa memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat tidak mampu tanpa memberatkan dengan beban biaya selangit.
”Yang jelas saya sekarang harus lebih giat belajar dan dapat mewujudkan cita-cita saya. Kasihan saya kalau melihat masyarakat tidak mampu ketika sakit berobat ke dokter dan kena biaya mahal. Ibaratnya sudah susah, masih ditambah kesusahan lagi karena memikirkan biaya. Yang jelas jika saya nanti menjadi dokter ingin bisa membantu sesuai dengan cara saya sendiri,” ujar putra pertama pasangan Sugiyanto dan Budiyanti ini.
Selama kuliah nanti, Sony ingin mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) agar bisa belajar marketing dan lainnya. ”Di kedokteran, banyak teman yang memiliki prestasi bagus. Jadi saya harus punya semangat agar tidak kalah juga dengan mereka.
Saya berterima kasih dengan sekolah saya, yakni SDN Banaran 1 Babad, SMPN 1 Babad, SMAN 1 Babad Lamongan, yang banyak membantu saya sehingga bisa masuk kuliah kedokteran di Undip ini,” ucapnya. Melihat kondisi ekonomi dan latar belakang keluarga Sony, Undip berjanji membantu orang tua Sony.
Terutama ibunya yang kini tinggal di Semarang dan tidak memiliki pekerjaan agar dapat bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Hal itu disampaikan Pembantu Rektor Bidang Akademik Undip Prof M Zaenuri.
Susilo Himawan
Semarang
(bbg)